- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Peristiwa Meteor Rusia Menyisakan Debu di Angkasa


TS
wildaazisp
Peristiwa Meteor Rusia Menyisakan Debu di Angkasa
Misi gan maaf sebelumnya kalo

Quote:

Quote:
MOSCOW - Peristiwa meteor yang meledak di langit Chelyabinsk, Russia pada pertengahan Februari lalu, meninggalkan kenangan duka bagian sebagian penduduk setempat. Selain mencederai ribuan penduduk Rusia dan hancurnya sejumlah bangunan, meteor juga 'mengetuk' para ilmuwan untuk lebih gigih mendalami kemungkinan ancaman benda luar angkasa ke Bumi.
Dilansir Astrobio, Senin (18/9/2013), ahli fisika atmosfer Nick Gorkavyi dan koleganya menyaksikan pemandangan yang belum pernah dilihat dari atmosfer pasca ledakan meteor. Ilmuwan mengungkapkan, tidak lama setelah fajar pada 15 Februari 2013, sebuah meteor berukuran 59 kaki (18 meter) dan berat 11 ribu metrik ton meledak di atmosfer Bumi.
Meteor tersebut melesat di kecepatan 41.600 mph (18,6 kilometer per detik). Adanya pembakaran dari gesekan dengan udara tipis Bumi, menjadikan batu luar angkasa itu meledak di ketinggian 14,5 mil (23,3, kilometer) di atas wilayah Chelyabinsk, Rusia.
Ledakan mengeluarkan lebih dari 30 kali lipat energi dari bom atom yang pernah menghancurkan Hiroshima. Sebagai perbandingan, meteor yang berdampak pada permukaan Bumi yang menyebabkan kepunahan massal dinosaurus, berukuran sebesar 6 mil (10 kilometer) dan melepaskan 1 miliar kali lipat energi dari bom atom.
Beberapa potongan dari meteor tersebut jatuh ke tanah. Namun, ledakan juga menghasilkan ratusan ton debu yang menetap di stratosfer dan memungkinkan satelit badan antariksa Amerika Serikat, NASA untuk bisa melacaknya.
Satelit NASA mengungkap bagaimana ledakan mampu menciptakan sabuk debu tipis dan tetap bertahan di angkasa. "Kami ingin tahu apakah satelit kami dapat mendeteksi debu meteor," ungkap Gorkavyi dari NASA's Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Md.
Ia mengatakan, tim peneliti melihat adanya pembentukan sabu debu baru di stratosfer Bumi. Ini merupakan pengamatan pertama berbasis satelit luar angkasa dari evolusi panjang bolide (meteor bercahaya yang bisa meledak).
Gorkavyi dan rekannya menggabungkan serangkaian pengukuran satelit dengan model atmosfer. Penelitian dilakukan melalui simulasi untuk mengetahui bagaimana gumpalan asap dari ledakan bolide membentuk aliran jet stratosfer di belahan Bumi utara.
Sekira 3,5 jam setelah ledakan awal, Limb Profiler Ozone Mapping Profiling Suite instrument pada satelit NASA-NOAA Suomi National Polar-orbiting Partnership mendeteksi asap tinggi di atmosfer pada ketinggian sekira 25 mil (40 kilometer). Asap tersebut bergerak cepat ke arah timur di kecepatan 190 mph (lebih dari 300 kph).
Dilansir Astrobio, Senin (18/9/2013), ahli fisika atmosfer Nick Gorkavyi dan koleganya menyaksikan pemandangan yang belum pernah dilihat dari atmosfer pasca ledakan meteor. Ilmuwan mengungkapkan, tidak lama setelah fajar pada 15 Februari 2013, sebuah meteor berukuran 59 kaki (18 meter) dan berat 11 ribu metrik ton meledak di atmosfer Bumi.
Meteor tersebut melesat di kecepatan 41.600 mph (18,6 kilometer per detik). Adanya pembakaran dari gesekan dengan udara tipis Bumi, menjadikan batu luar angkasa itu meledak di ketinggian 14,5 mil (23,3, kilometer) di atas wilayah Chelyabinsk, Rusia.
Ledakan mengeluarkan lebih dari 30 kali lipat energi dari bom atom yang pernah menghancurkan Hiroshima. Sebagai perbandingan, meteor yang berdampak pada permukaan Bumi yang menyebabkan kepunahan massal dinosaurus, berukuran sebesar 6 mil (10 kilometer) dan melepaskan 1 miliar kali lipat energi dari bom atom.
Beberapa potongan dari meteor tersebut jatuh ke tanah. Namun, ledakan juga menghasilkan ratusan ton debu yang menetap di stratosfer dan memungkinkan satelit badan antariksa Amerika Serikat, NASA untuk bisa melacaknya.
Satelit NASA mengungkap bagaimana ledakan mampu menciptakan sabuk debu tipis dan tetap bertahan di angkasa. "Kami ingin tahu apakah satelit kami dapat mendeteksi debu meteor," ungkap Gorkavyi dari NASA's Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Md.
Ia mengatakan, tim peneliti melihat adanya pembentukan sabu debu baru di stratosfer Bumi. Ini merupakan pengamatan pertama berbasis satelit luar angkasa dari evolusi panjang bolide (meteor bercahaya yang bisa meledak).
Gorkavyi dan rekannya menggabungkan serangkaian pengukuran satelit dengan model atmosfer. Penelitian dilakukan melalui simulasi untuk mengetahui bagaimana gumpalan asap dari ledakan bolide membentuk aliran jet stratosfer di belahan Bumi utara.
Sekira 3,5 jam setelah ledakan awal, Limb Profiler Ozone Mapping Profiling Suite instrument pada satelit NASA-NOAA Suomi National Polar-orbiting Partnership mendeteksi asap tinggi di atmosfer pada ketinggian sekira 25 mil (40 kilometer). Asap tersebut bergerak cepat ke arah timur di kecepatan 190 mph (lebih dari 300 kph).
Sekian berita dari ane gan , kalo berkenan boleh minta

Tapi jangan

0
863
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan