- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
8 Alasan yang Menghambat Perkembangan Indonesia (Opini Pribadi Ane)


TS
julian41
8 Alasan yang Menghambat Perkembangan Indonesia (Opini Pribadi Ane)
Quote:
Sebelumnya ane beritahukan sesuai judul, ini adalah murni opini pribadi ane. Jadi, sumbernya ya dari otak ane
Dan otomatis no repost ya gan 


Quote:
Jujur gan, ane miris ngeliat negara sekaya Indonesia hanya masuk kategori negara berkembang. Padahal kalau melihat kenyataannya, Indonesia ini seharusnya sudah menjadi negara maju. Apa sih yang membuat negara ini begitu lambat perkembangannya? Langsung aja simak opini dari ane 

Quote:
1. Sifat Masyarakat yang Terlalu Terbuka
Indonesia selain dikenal dengan kekayaan alamnya, juga dikenal dengan penduduknya yang ramah, betul? Tapi coba perhatikan. Di balik keramahan bangsa Indonesia, ada sifat yang suka kita sebut "tidak enakan". Menurut pemikiran ane gan, sifat ini lah yang secara sengaja atau pun tidak sengaja, dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa luar. Contoh kecilnya gini, ada investor luar dateng ke Indonesia, mereka ngajuin proposal kerja sama ke pemerintah, dikasih perjanjiannya segala macem, pemerintah kita gimana reaksinya? Biasanya mereka enggan atau pun segan buat menolak. Kenapa? Ya itu tadi yang ane sebutin di atas sifat "tidak enakan". Alasannya "gak enak mau nolak". Hasilnya apa? Negara kita isinya perusahaan asing banyak, dengan pekerjanya yang juga banyak orang asing. SDM dalam negeri malah dipandang sebelah mata sama perusahaannya, secara kan pemerintah ga bisa ikut campur masalah penerimaan pegawai kalu tidak diatur di awal perjanjian.
Indonesia selain dikenal dengan kekayaan alamnya, juga dikenal dengan penduduknya yang ramah, betul? Tapi coba perhatikan. Di balik keramahan bangsa Indonesia, ada sifat yang suka kita sebut "tidak enakan". Menurut pemikiran ane gan, sifat ini lah yang secara sengaja atau pun tidak sengaja, dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa luar. Contoh kecilnya gini, ada investor luar dateng ke Indonesia, mereka ngajuin proposal kerja sama ke pemerintah, dikasih perjanjiannya segala macem, pemerintah kita gimana reaksinya? Biasanya mereka enggan atau pun segan buat menolak. Kenapa? Ya itu tadi yang ane sebutin di atas sifat "tidak enakan". Alasannya "gak enak mau nolak". Hasilnya apa? Negara kita isinya perusahaan asing banyak, dengan pekerjanya yang juga banyak orang asing. SDM dalam negeri malah dipandang sebelah mata sama perusahaannya, secara kan pemerintah ga bisa ikut campur masalah penerimaan pegawai kalu tidak diatur di awal perjanjian.
Quote:
2. Pemerintahan yang Buruk
Ini tidak perlu saya jelaskan panjang lebarnya. Kita sama-sama tau gan kalau pemerintah kita sebagian besar bekerja untuk "memperkaya" diri sendiri daripada mengabdi untuk nusa bangsa. KKN udah jadi hal biasa di pemerintahan kita. Kembali ke kesadaran kita sebagai penerusnya nanti nih gan
Ini tidak perlu saya jelaskan panjang lebarnya. Kita sama-sama tau gan kalau pemerintah kita sebagian besar bekerja untuk "memperkaya" diri sendiri daripada mengabdi untuk nusa bangsa. KKN udah jadi hal biasa di pemerintahan kita. Kembali ke kesadaran kita sebagai penerusnya nanti nih gan

Quote:
3. Etos Kerja yang Rendah
Agan pernah merhatiin ada orang yang kalo kerja megang prinsip belum mau kerja dan berusaha keras kalo belum kepepet? Ini yang ane perhatiin pada PNS negara kita. Ane yakin gak semua begitu. Tapi agan bisa menilai kan mana yang jumlahnya lebih banyak? Perhatikan PEMDA DKI Jakarta sebelum masa jabatan Jokowi-Ahok, maka agan akan melihat pemandangan yang seperti itu. Bayangkan pegawai pemerintahan di Ibu Kota negara dengan kinerja seperti itu.
Agan pernah merhatiin ada orang yang kalo kerja megang prinsip belum mau kerja dan berusaha keras kalo belum kepepet? Ini yang ane perhatiin pada PNS negara kita. Ane yakin gak semua begitu. Tapi agan bisa menilai kan mana yang jumlahnya lebih banyak? Perhatikan PEMDA DKI Jakarta sebelum masa jabatan Jokowi-Ahok, maka agan akan melihat pemandangan yang seperti itu. Bayangkan pegawai pemerintahan di Ibu Kota negara dengan kinerja seperti itu.
Quote:
4. Seharusnya Bisa Diandalkan, Tapi Malah Mengandalkan
Indonesia ini negara dengan kelimpahan Sumber Daya Alam yang luar biasa. Ibaratnya, tanah di Indonesia ini bisa ditumbuhi tanaman apa pun. Namun kembali lagi, petani di Indonesia kurang mendapat dukungan dari pemerintah. Akibatnya kita tau, kedelai kita butuh impor, beras butuh impor, dan masih banyak lagi impor-impor lain yang seharusnya bisa dihasilkan dari dalam negeri. Seharusnya Indonesia bisa diandalkan oleh negara lain, tapi kenapa Indonesia malah mengandalkan negara lain? Tanah kita berkali-kali lipat dari Malaysia luasnya. Tapi Malaysia yang menjadi pengekspor kelapa sawit terbesar dunia. Ironis kan?
Indonesia ini negara dengan kelimpahan Sumber Daya Alam yang luar biasa. Ibaratnya, tanah di Indonesia ini bisa ditumbuhi tanaman apa pun. Namun kembali lagi, petani di Indonesia kurang mendapat dukungan dari pemerintah. Akibatnya kita tau, kedelai kita butuh impor, beras butuh impor, dan masih banyak lagi impor-impor lain yang seharusnya bisa dihasilkan dari dalam negeri. Seharusnya Indonesia bisa diandalkan oleh negara lain, tapi kenapa Indonesia malah mengandalkan negara lain? Tanah kita berkali-kali lipat dari Malaysia luasnya. Tapi Malaysia yang menjadi pengekspor kelapa sawit terbesar dunia. Ironis kan?
Quote:
5. Malu dengan Kebudayaan Dalam Negeri
Sekali lagi keironisan yang terjadi di dalam negeri. Pemuda jaman sekarang (walau pun tidak semua), sepertinya lebih bangga bila bisa berbahasa Inggris dibandingkan berbahasa daerah. Negara-negara lain banyak yang mempelajari bahasa Jawa, bahkan di sekolah-sekolahnya membuka kelas bahasa Jawa. Tidak sedikit juga yang mempelajari gamelan Bali di luar negeri, banyak juga yang belajar cara membuat songket dan batik, tapi di dalam negeri coba lihat para pemain gamelan, dalang wayang, penulis batik, rata-rata sudah berumur. Dimana pemuda kita? Waspada lah bila nanti orang asing datang ke dalam negeri dan kita bingung melihat mereka lebih mengenal kebudayaan kita.
Sekali lagi keironisan yang terjadi di dalam negeri. Pemuda jaman sekarang (walau pun tidak semua), sepertinya lebih bangga bila bisa berbahasa Inggris dibandingkan berbahasa daerah. Negara-negara lain banyak yang mempelajari bahasa Jawa, bahkan di sekolah-sekolahnya membuka kelas bahasa Jawa. Tidak sedikit juga yang mempelajari gamelan Bali di luar negeri, banyak juga yang belajar cara membuat songket dan batik, tapi di dalam negeri coba lihat para pemain gamelan, dalang wayang, penulis batik, rata-rata sudah berumur. Dimana pemuda kita? Waspada lah bila nanti orang asing datang ke dalam negeri dan kita bingung melihat mereka lebih mengenal kebudayaan kita.
Quote:
6. Kurangnya Ketegasan dan Kesadaran Hukum
Hukum di Indonesia bisa dibeli! Begitu kalimat yang sudah lumrah kita dengar. Sampai kapan hukum mau diperjualbelikan di dalam negeri? Jangan salahkan polisi yang suka berdiri di balik semak-semak untuk menilang pengendara kendaraan bermotor yang melanggar rambu-rambu lalu lintas. Secara kenyataannya pengendara motor hobinya menerobos lampu merah, tidak memakai helm, berkendara lawan arah, putar balik di tempat yang tidak semestinya, alasannya apa? "Mumpung gak ada polisi". Bisa lihat kan di sini bahwa kesadaran akan hukumnya kurang? Belum lagi berbicara tentang terpidana kasus korupsi yang bisa pergi ke Bali dalam posisi tengah menjalani masa tahanan, terpidana lain lagi yang punya ruangan VIP berkaraoke dan segudang fasilitas lain di dalam lapas, jelas sekali huum bisa dibeli. Agan ada yang pernah tau apa alasan batas kecepatan maksimum di jalan tol yang diterapkan di hampir semua negara maju? Alasan pertama, sudah pasti mencegah terjadinya kecelakaan. Alasan kedua, mencegah terjadinya kemacetan. Ya, kemacetan. Bingung, gan? Gini penjelasannya. Andaikan agan baru masuk tol di KM 3. Ada pemberitahuan di rambu elektronik tol bahwa terjadi kecelakaan di KM 11. Lalu ada pemberitahuan selanjutnya batas kecepatan maksimum 70 Km/Jam. Tujuannya agar volume kendaraan tidak terlalu cepat berpindah ke KM 11. Jadi sengaja ditahan dengan laju maksimum sekian agar di KM 11 segara ditangani dan tidak mengganggu lalu lintas yang akan datang dari KM sebelum-sebelumnya. Akhirnya tidak terjadi kemacetan bukan? Bagaimana jika batas kecepatan maksimumnya di 100 Km/Jam? Akan terjadi penumpukan kendaraan di KM 11 dengan cepat dan otomatis macet. Di sini lah kesadaran aka hukum kembali diperlukan. Apa jadinya kalau pengendara tidak patuh? MACET!!
Hukum di Indonesia bisa dibeli! Begitu kalimat yang sudah lumrah kita dengar. Sampai kapan hukum mau diperjualbelikan di dalam negeri? Jangan salahkan polisi yang suka berdiri di balik semak-semak untuk menilang pengendara kendaraan bermotor yang melanggar rambu-rambu lalu lintas. Secara kenyataannya pengendara motor hobinya menerobos lampu merah, tidak memakai helm, berkendara lawan arah, putar balik di tempat yang tidak semestinya, alasannya apa? "Mumpung gak ada polisi". Bisa lihat kan di sini bahwa kesadaran akan hukumnya kurang? Belum lagi berbicara tentang terpidana kasus korupsi yang bisa pergi ke Bali dalam posisi tengah menjalani masa tahanan, terpidana lain lagi yang punya ruangan VIP berkaraoke dan segudang fasilitas lain di dalam lapas, jelas sekali huum bisa dibeli. Agan ada yang pernah tau apa alasan batas kecepatan maksimum di jalan tol yang diterapkan di hampir semua negara maju? Alasan pertama, sudah pasti mencegah terjadinya kecelakaan. Alasan kedua, mencegah terjadinya kemacetan. Ya, kemacetan. Bingung, gan? Gini penjelasannya. Andaikan agan baru masuk tol di KM 3. Ada pemberitahuan di rambu elektronik tol bahwa terjadi kecelakaan di KM 11. Lalu ada pemberitahuan selanjutnya batas kecepatan maksimum 70 Km/Jam. Tujuannya agar volume kendaraan tidak terlalu cepat berpindah ke KM 11. Jadi sengaja ditahan dengan laju maksimum sekian agar di KM 11 segara ditangani dan tidak mengganggu lalu lintas yang akan datang dari KM sebelum-sebelumnya. Akhirnya tidak terjadi kemacetan bukan? Bagaimana jika batas kecepatan maksimumnya di 100 Km/Jam? Akan terjadi penumpukan kendaraan di KM 11 dengan cepat dan otomatis macet. Di sini lah kesadaran aka hukum kembali diperlukan. Apa jadinya kalau pengendara tidak patuh? MACET!!
Quote:
7. Suka Ikut-Ikutan (Latah)
Agan ada yang domisili daerah Bogor? Pernah perhatiin beberapa tahun lalu gak sebelum pedagang yang kalau sudah sore bermunculan di sepanjang jalan Padjajaran ditertibkan? Apa yang mereka dagangkan di sana? Soto Bogor dari ujung sampe ujung. Kalau agan seorang pengusaha, agan pasti bertanya dimana letak efektifitas penjualannya. Kiri kanan jualan sama. Pendapatan bisa saja sama, secara satu tempat penuh pindah sebelah yang makan. Alhasil taraf hidup masyarakatnya ya segitu-segitu aja. Coba jualan mereka bervariatif. Kan tidak menjadi sebuah persaingan bisnis di satu area kan?
Perhatiin juga orang-orang yang datang ke Pulau Jawa, terutama DKI Jakarta karena berharap dapat pekerjaan atau membuka usaha yang sama dengan yang kerabatnya jalankan. Dimana efektivitasnya? Kalau saja mereka membuka usaha yang berbeda, kan taraf hidupnya bisa saja lebih baik dari kerabatnya bukan?
Agan ada yang domisili daerah Bogor? Pernah perhatiin beberapa tahun lalu gak sebelum pedagang yang kalau sudah sore bermunculan di sepanjang jalan Padjajaran ditertibkan? Apa yang mereka dagangkan di sana? Soto Bogor dari ujung sampe ujung. Kalau agan seorang pengusaha, agan pasti bertanya dimana letak efektifitas penjualannya. Kiri kanan jualan sama. Pendapatan bisa saja sama, secara satu tempat penuh pindah sebelah yang makan. Alhasil taraf hidup masyarakatnya ya segitu-segitu aja. Coba jualan mereka bervariatif. Kan tidak menjadi sebuah persaingan bisnis di satu area kan?
Perhatiin juga orang-orang yang datang ke Pulau Jawa, terutama DKI Jakarta karena berharap dapat pekerjaan atau membuka usaha yang sama dengan yang kerabatnya jalankan. Dimana efektivitasnya? Kalau saja mereka membuka usaha yang berbeda, kan taraf hidupnya bisa saja lebih baik dari kerabatnya bukan?
Quote:
8. Senang Dalam Zona Nyaman
Ini yang paling disayangkan dari semua di atas. Sekalinya sudah mencapai titik kenyamanan, kebiasaan bangsa Indonesia adalah bersantai sampai mendapat "tantangan" selanjutnya. Muncul pertanyaan buat ane gan. Kenapa harus begitu? Andai kan semua orang Indonesia tetap melanjutkan usahanya meskipun sudah dalam kondisi nyaman sekali pun, ane yakin gak perlu nunggu bangkrut buat berinovasi dalam suatu bidang usaha yang sedang dijalankan. Sederhananya tidak perlu kepentok dulu buat bisa bertindak. Budaya ini lah yang menurut ane paling menghambat perkembangan Indonesia menjadi negara maju.
Akhir-akhir ini di berita banyak perlawanan terhadap penertiban di sepanjang bantaran sungai Ciliwung. Apa yang membuat mereka demikian? Rasa nyaman yang sudah melekat pada mereka. Bayangkan gan, mereka menolak untuk ditertibkan! DITERTIBKAN MALAH DITOLAK! Padahal jelas ada upaya penyelesaian dari pemerintah berupa pemindahan lokasi tempat tinggal, ada kenyamanan ditawarkan, ibaratnya sudah diberi jalan keluar, tapi ditolak. Bagaimana kalau mereka diberi tawaran untuk dipindahkan keluar Pulau Jawa? Otomatis ditolak mentah-mentah. Jelas terlihat zona nyaman memang membuat mereka nyaman. Sehingga mereka tidak mau menerima hal di luar kebiasaan mereka.
Ini yang paling disayangkan dari semua di atas. Sekalinya sudah mencapai titik kenyamanan, kebiasaan bangsa Indonesia adalah bersantai sampai mendapat "tantangan" selanjutnya. Muncul pertanyaan buat ane gan. Kenapa harus begitu? Andai kan semua orang Indonesia tetap melanjutkan usahanya meskipun sudah dalam kondisi nyaman sekali pun, ane yakin gak perlu nunggu bangkrut buat berinovasi dalam suatu bidang usaha yang sedang dijalankan. Sederhananya tidak perlu kepentok dulu buat bisa bertindak. Budaya ini lah yang menurut ane paling menghambat perkembangan Indonesia menjadi negara maju.
Akhir-akhir ini di berita banyak perlawanan terhadap penertiban di sepanjang bantaran sungai Ciliwung. Apa yang membuat mereka demikian? Rasa nyaman yang sudah melekat pada mereka. Bayangkan gan, mereka menolak untuk ditertibkan! DITERTIBKAN MALAH DITOLAK! Padahal jelas ada upaya penyelesaian dari pemerintah berupa pemindahan lokasi tempat tinggal, ada kenyamanan ditawarkan, ibaratnya sudah diberi jalan keluar, tapi ditolak. Bagaimana kalau mereka diberi tawaran untuk dipindahkan keluar Pulau Jawa? Otomatis ditolak mentah-mentah. Jelas terlihat zona nyaman memang membuat mereka nyaman. Sehingga mereka tidak mau menerima hal di luar kebiasaan mereka.
Quote:
Sekian dari ane gan
Kalau ada tambahan, monggo di share biar kita bisa diskusi bareng di sini. Semoga melalui pergerakan kecil ane ini bisa menjadi pemicu pergerakan-pergerakan kecil maupun besar selanjutnya 


Quote:
Akhir kata, Ane Cinta Indonesia
karena alasan itu lah ane buat trit ini 


Spoiler for Mohon:



Spoiler for Menerima:



Spoiler for Menolak:



Spoiler for Tambahan dari sesama kaskuser:
Quote:
Original Posted By engo23►kurang satu keknya gan...karena Indonesia negara kepulauan jadi bnyak masalah yang d timbulkan
Quote:
Original Posted By MoreNdanzEviL►ane paling setuju poin 7 , ama 8 gan
juga kebanyakan orang indonesia banyak yang terlalu santai alias males gan (kalo bisa dikerjain besok , sekarang santai aja dulu
)
juga terkenal ama jam ngaretnya
juga kebanyakan orang indonesia banyak yang terlalu santai alias males gan (kalo bisa dikerjain besok , sekarang santai aja dulu

juga terkenal ama jam ngaretnya
Quote:
Original Posted By syakalakabum►hal yang paling mendasar dari ane...kita sendiri tidak mau menjadi bangsa yang besar...pada males, pada korupsi, pada mengandalkan teknologi bangsa lain...
Balik lagi ke diri kita sendiri, sebagai Bangsa Indonesia, bangga menjadi Indonesia, dan menjadi BANGSA MANDIRI di segala bidang,
Balik lagi ke diri kita sendiri, sebagai Bangsa Indonesia, bangga menjadi Indonesia, dan menjadi BANGSA MANDIRI di segala bidang,
Quote:
Original Posted By iput88►klo menurut ane yg menghambat indonesia maju itu masyarakat kita kurang Disiplin gan....
Diubah oleh julian41 22-08-2013 13:00
0
3.7K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan