- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Memberi Uang Tip Tidak Dianjurkan Di Negara Ini


TS
Narc99
Memberi Uang Tip Tidak Dianjurkan Di Negara Ini

Quote:
Terkadang, turis tak tahu pasti apakah ia harus memberi tip saat traveling. Penduduk di beberapa negara memang seringkali meminta tip. Tapi kalau berkunjung ke 4 negara ini, sebaiknya Anda menyimpan uang itu baik-baik.
Beda daerah, beda lagi budaya tip-nya. Di beberapa negara, memberi tip kepada petugas hotel atau pegawai restoran adalah hal yang biasa dilakukan. Tak jarang pula para pekerja industri pariwisata meminta langsung uang tip kepada traveler.
Tapi di beberapa negara, rupanya memberi uang tip sangat tidak dianjurkan. Dilansir dari News Australia, Rabu (21/8/2013), negara-negara tersebut antara lain Jepang, Korea Selatan, Brazil, dan India.
Jepang misalnya, punya penduduk yang mandiri dan suka bekerja keras. Tak heran mereka tidak suka saat turis memberi uang tip. Lebih buruk lagi, Anda bisa saja dianggap tidak sopan.
Anda tidak tahu betapa mereka membenci hal itu, karena mereka jarang memperlihatkan atau membicarakannya langsung. Tapi meski begitu, di Jepang diberlakukan service charges di beberapa tempat terutama restoran kelas atas. Resto-resto ala western juga sudah menerapkannya.
Di Korea Selatan, memberi uang tip juga tidak terlalu dianjurkan. Penduduk Negeri Ginseng itu merasa uang tip tidak diperlukan. Sama halnya dengan Brazil, Anda tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk tip. Kalaupun ingin memberi untuk apresiasi, sopir taksi di Brazil sudah biasa menerima pembayaran ongkos taksi yang nominalnya dibulatkan ke atas.
India memang terkenal oleh penipuan dan kriminalitas yang marak terjadi di kota-kota besar. Tapi siapa sangka, sebenarnya penduduk negara ini tidak terlalu tergiur oleh uang tip. Kali ini dalam artian yang agak lain: banyak dari mereka yang meminta uang terlebih dahulu sebelum Anda memberikan tip.
[URL="http://travel.detik..com/read/2013/08/21/120737/2336071/1382/ingat-memberi-uang-tip-tidak-dianjurkan-di-4-negara-ini"]sumber[/URL]
Quote:
Berminat kerja sebagai bartender ataupun waiter di negara-negara Asia? Hindari Jepang dan datang saja ke Thailand. Sebuah survei oleh MasterCard Worldwide mengungkapkan 89 persen restoran dan bar di Thailand secara rutin mendapatkan tip dari tamu.
Sebaliknya, hanya 3 persen restoran dan bar di Jepang merasakan hal tersebut. Survei tersebut didapatkan berdasarkan perilaku memberi uang tip pada 7.000 responden yang dilakukan selama tahun 2012. CNNGo memuat hasil survei tersebut pada Jumat (27/7/2012).
Sebagai gambaran, pelayan di restoran dan bar biasa mendapatkan tambahan pendapatan dari uang tip yang diberikan oleh tamu. Kebiasaan memberikan uang tip sebenarnya bukanlah hal yang lazim di banyak negara di Asia.
Seperti diungkapkan Editor Jepang untuk CNNGo Mark Hiratsuka, pemberian uang tip bukanlah bagian dari budaya orang Jepang. "Anda membayar, tutup dompet, dan itu saja," katanya.
Ia menambahkan, kalangan tua di Jepang malah melihat penghargaan berupa uang tip merupakan sesuatu yang membingungkan. Jika seseorang meninggalkan sesuatu di restoran atau bar, lanjutnya, seseorang akan mengejar tamu itu dan mengembalikannya.
Sementara itu, di Thailand, budaya pemberian uang tip masuk ke Thailand secara alami, terutama berhubungan dengan makanan. Di peringkat setelah Thailand adalah Filipina dan Hongkong.
Filipina disebut konsisten melakukan pemberian tip sebesar 75 persen, sementara Hongkong di angka 71 persen. Korea Selatan berada di 13 persen dan Taiwan di 17 persen, menjadikan keduanya bersama Jepang, berada di peringkat tiga terbawah.
"Riset ini mengindikasikan pasar yang begitu beragam yang membentuk wilayah Asia Pasifik. Ini sebuah perpaduan budaya dan memahami mereka merupakan tantangan besar untuk bisnis secara global," ungkap Georgette Tan dari MasterCard, seperti dikutip dari CNNGo.com.
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia di peringkat keenam bersama-sama dengan Malaysia, meraih tingkat konsistensi sebesar 60 persen. Secara jender, pria disebut lebih sering memberikan uang tip daripada perempuan. Hal ini pengecualian di Indonesia, Filipina, dan Singapura.
Berikut daftar pemberi uang tip paling konsisten di Asia-Pasifik.
1. Thailand - 89 persen.
2. Filipina - 75 persen.
3. Hongkong - 71 persen.
4. India - 61 persen.
5. Australia - 55 persen.
6. Malaysia - 40 persen.
6. Indonesia - 40 persen.
8. Singapura - 33 persen.
9. Vietnam - 30 persen.
10. China - 28 persen.
11. Selandia Baru - 20 persen.
12. Taiwan - 17 persen.
13. Korea Selatan - 13 persen.
14. Jepang - 3 persen.
sumber
Masyarakat Jepang memang hebat,rakyatnya berpikir positif,pantas negaranya sangat maju

Spoiler for Tambahan dan Komen Agan-Agan:
Quote:
Original Posted By peney►bener banget nih, ane sebenernya kurang setuju ama yang ngasih tip. untungnya di Indonesia sendiri bisa dibilang kecil harapan dari si penerima tip untuk dikasih duit jadi mereka mikirnya biasa aja, nah kalo di negara2 yang udah budaya tip ga ngasih tip dikiranya pelit
. ane kalo kerja juga ogah deh dikasih tip2an, ga suka ama budaya tip2an.

Quote:
Original Posted By Jokosparrow►Keinget cerita temen yang beberapa minggu yang lalu berkunjung ke Negara Paman Sam
Jadi ceritanya doi sama temen-temennya makan di restoran (sejenis warteglah kalo di Indonesia). Sehabis makan billing yang diterima kira-kira 100 US Dolar. Biasanya kan dimari, kalau diminta seharga bill ya segitu juga bayarnya. Eh, waktu doi bayar seharga yang tertera, malah dimarahi sama waiternya, kudu ngasi lebih. Buset dah.....
Sebagai tambahan mungkin artikel ini bisa lebih menegaskan budaya tip yang ada di negeri USA sono
Kita mungkin sudah mengenal kata TIP. Di beberapa Negara termasuk Amerika, TIP adalah suatu ‘keharusan’, khususnya di setiap rumah makan. Saya dan kawan-kawan waktu baru pertama kali menginjakkan kaki di New York City, masuk dan makan kenyang di salah satu restoran yang ada di pusat kota. Setelah kenyang? Malah sampai dikejar-kejar oleh pelayan restoran karena tidak memberikan TIP. Begini ceritanya, waktu itu kami sama sekali belum paham bahwa selesai makan, wajib meninggalkan TIP di meja atau memberikannya langsung ke cashier. Either way same thing, but you’ve to do it. Crystal clear! If you don’t….bahaya. Kami sama sekali tidak tahu. Nah, waktu selesai bayar makanannya saya dan kawan-kawan langsung keluar. Tiba-tiba ada seorang pelayan (wanita Asia) yang ngejar-ngejar kita sambil teriak, Kurang lebih seperti ini, ‘Guys if you don’t have money don’t eat here…! Where’s the TIP for us?’. Kawan saya dengan wajah merah padam, maklum banyak orang saat itu, balik badan untuk segera memberikan TIP (sekitar 10-14% dari total harga makanan). Malunya minta ampun. Ini mungkin salah satu akibat ‘culture shock’.
Berbicara masalah memberikan TIP mungkin belum banyak diharuskan di tiap rumah makan di Indonesia. Mungkin saja ada di beberapa Rumah Makan Eropa dan Amerika di Indonesia, tapi nggak banyak. Tapi sebenarnya menarik juga bagi kita untuk mempelajari asal mula memberikan TIP ini. Saya mempelajari, mencari tahu, dan mencoba merakit asal-usul memberikan TIP ini. Saya tiba pada kesimpulan, tidak satupun yang memuaskan saya, alias memberikan TIP bagi saya masih rancu dan tidak jelas untuk apa.
Oke, mari kita pelajari semuanya. Yang paling sering diartikan, menurut begitu banyak pendapat, TIP katanya adalah akronim dari To Insure Promptness. Artinya dengan memberikan TIP maka pelayanan atau service akan tepat waktu, lancar dan cepat. Masalahnya, bukankah kita terbiasa memberikan TIP ketika selesai atau usai menyantap hidangan? Lantas bagaimana kita bisa diyakinkan bahwa mereka akan segera mengantar pesanan kita secara tepat waktu? Tidak ada jaminan.
Kemudian, di lain pihak ada pendapat bahwa jauh sebelum TIP digunakan untuk akronim To Insure Promptness, ternyata TIP sudah digunakan sebagai akronimnya To Insure Performance. Nah, ini lebih ‘kacau’ lagi menurut saya. Performance seperti apa sih yang bisa kita insure dari seorang pelayan restoran? Setelah kita memberikan TIP sesudah makanan kita hajar, lalu apa? Ada yang bilang, oke kalau begitu berikan saja TIP sebelum kita makan. Bagi saya ini sama saja. Pelayan yang sudah mendapatkan TIP tidak akan termotivasi lagi untuk meningkatkan performancenya. Apa sebab? Duit TIP toh sudah masuk kantong, mau apa lagi? Yah kerjakan saja business as usual. Jadi tidak ada jaminan bahwa karena kita memberikan TIP maka performance pelayanan akan meningkat. Buktinya? Banyak. Hampir setiap restoran yang saya masuki di Amerika, sangat jarang, mungkin tidak ada sama sekali, yang oleh karena sudah mendapatkan TIP (atau akan mendapatkannya) maka performance mereka meningkat. Kalau yang antri bejibun gimana coba? Sama sajalah.
Kapan sih kata ini pertama kali muncul? Kata TIP sudah muncul pertama kali dan jamak digunakan di pub-pub di Inggris dan Amerika sudah sekitar ratusan tahun yang lalu. Biasanya ada kotak yang diletakkan di dekat pintu masuk bertuliskan T.I.P.S yang artinya To Insure Prompt Service. Menurut catatan kata TIP ini sesungguhnya sudah sejak tahun 1706 digunakan sebagai verb, dan pada tahun 1755 digunakan pula sebagai noun. Tapi ada cerita lain mengatakan bahwa penggunaan kata TIP untuk menggambarkan seseorang yang memberikan sesuatu kepada orang lain sudah dikenal bahkan sejak tahun 1610. Penggunaan di tahun 1600-an tersebut lebih kepada bahasa ‘slang bawah tangan’ yang artinya kurang lebih adalah ‘to give to’ atau ‘to share with’. Ini sering atau condong dipakai untuk sebuah aktivitas kriminal saat itu.
Ada usulan lain lagi, ganti saja kata ‘insure’ (menjamin) menjadi ‘ensure’ (memastikan). Tapi, bukankah sudah ratusan tahun dua kata tersebut sudah tumpang tindih, dan berasimilasi oleh sebagian pengguna Bahasa Inggris? Jadi apa bedanya to insure dan to ensure dalam hal ini? Sami mawon toh? Tidak ada jaminan pun kepastian bahwa dengan memberikan TIP maka sajian akan cepat dan performance pelayanan akan meningkat.
Lalu apakah To Insure Performance dapat benar-benar terjadi? Anda memberikan TIP yang bagus maka itu adalah jaminan gelas bir, teh, atau kopi Anda akan terus terisi penuh sepanjang makan siang atau makan malam yang akan dinikmati? Kadang-kadang ya, bisa jadi juga tidak. Itu semua tergantung sikap dan pribadi sang pelayan itu sendiri, bukan karena TIP-nya. Itu menurut saya. Memberikan TIP sudah menjadi kebiasaan yang membudaya tanpa melihat lagi asal mula kenapa sampai kita mesti memberikan TIP. Justru memberikan TIP menjadikan ‘kewajiban’ buat kita yang makan, tanpa pernah dapat memastikan layanan yang kita terima sesuai dengan TIP yang kita berikan. Sudah dikenai pajak, dikenai TIP pula. Seharusnya TIP sekedar menjadi kesadaran saja, mau kita berikan okay, tidak juga doesn’t matter. Sudah seharusnya seperti itu. Karena ujung-ujungnya tetap saja TIP tidak akan pernah menjamin bahwa akan ada apa yang namanya ‘To Insure Promptness’ atau ‘To Insure Performance’ pun ‘To Insure Prompt Service’. Kita juga sulit memastikannya. Jadi? Biar saja kita dikejar-kejar si pelayan, naik mobil dan tancap gas….Pushhh, gone! He he he…
Sumber : kompasiana
Penulis : Michael Sendow
Jadi ceritanya doi sama temen-temennya makan di restoran (sejenis warteglah kalo di Indonesia). Sehabis makan billing yang diterima kira-kira 100 US Dolar. Biasanya kan dimari, kalau diminta seharga bill ya segitu juga bayarnya. Eh, waktu doi bayar seharga yang tertera, malah dimarahi sama waiternya, kudu ngasi lebih. Buset dah.....

Sebagai tambahan mungkin artikel ini bisa lebih menegaskan budaya tip yang ada di negeri USA sono

Spoiler for artikel terkait:
Sudahkah Anda Memberi TIP Setelah atau Sebelum Makan?
Kita mungkin sudah mengenal kata TIP. Di beberapa Negara termasuk Amerika, TIP adalah suatu ‘keharusan’, khususnya di setiap rumah makan. Saya dan kawan-kawan waktu baru pertama kali menginjakkan kaki di New York City, masuk dan makan kenyang di salah satu restoran yang ada di pusat kota. Setelah kenyang? Malah sampai dikejar-kejar oleh pelayan restoran karena tidak memberikan TIP. Begini ceritanya, waktu itu kami sama sekali belum paham bahwa selesai makan, wajib meninggalkan TIP di meja atau memberikannya langsung ke cashier. Either way same thing, but you’ve to do it. Crystal clear! If you don’t….bahaya. Kami sama sekali tidak tahu. Nah, waktu selesai bayar makanannya saya dan kawan-kawan langsung keluar. Tiba-tiba ada seorang pelayan (wanita Asia) yang ngejar-ngejar kita sambil teriak, Kurang lebih seperti ini, ‘Guys if you don’t have money don’t eat here…! Where’s the TIP for us?’. Kawan saya dengan wajah merah padam, maklum banyak orang saat itu, balik badan untuk segera memberikan TIP (sekitar 10-14% dari total harga makanan). Malunya minta ampun. Ini mungkin salah satu akibat ‘culture shock’.
Berbicara masalah memberikan TIP mungkin belum banyak diharuskan di tiap rumah makan di Indonesia. Mungkin saja ada di beberapa Rumah Makan Eropa dan Amerika di Indonesia, tapi nggak banyak. Tapi sebenarnya menarik juga bagi kita untuk mempelajari asal mula memberikan TIP ini. Saya mempelajari, mencari tahu, dan mencoba merakit asal-usul memberikan TIP ini. Saya tiba pada kesimpulan, tidak satupun yang memuaskan saya, alias memberikan TIP bagi saya masih rancu dan tidak jelas untuk apa.
Oke, mari kita pelajari semuanya. Yang paling sering diartikan, menurut begitu banyak pendapat, TIP katanya adalah akronim dari To Insure Promptness. Artinya dengan memberikan TIP maka pelayanan atau service akan tepat waktu, lancar dan cepat. Masalahnya, bukankah kita terbiasa memberikan TIP ketika selesai atau usai menyantap hidangan? Lantas bagaimana kita bisa diyakinkan bahwa mereka akan segera mengantar pesanan kita secara tepat waktu? Tidak ada jaminan.
Kemudian, di lain pihak ada pendapat bahwa jauh sebelum TIP digunakan untuk akronim To Insure Promptness, ternyata TIP sudah digunakan sebagai akronimnya To Insure Performance. Nah, ini lebih ‘kacau’ lagi menurut saya. Performance seperti apa sih yang bisa kita insure dari seorang pelayan restoran? Setelah kita memberikan TIP sesudah makanan kita hajar, lalu apa? Ada yang bilang, oke kalau begitu berikan saja TIP sebelum kita makan. Bagi saya ini sama saja. Pelayan yang sudah mendapatkan TIP tidak akan termotivasi lagi untuk meningkatkan performancenya. Apa sebab? Duit TIP toh sudah masuk kantong, mau apa lagi? Yah kerjakan saja business as usual. Jadi tidak ada jaminan bahwa karena kita memberikan TIP maka performance pelayanan akan meningkat. Buktinya? Banyak. Hampir setiap restoran yang saya masuki di Amerika, sangat jarang, mungkin tidak ada sama sekali, yang oleh karena sudah mendapatkan TIP (atau akan mendapatkannya) maka performance mereka meningkat. Kalau yang antri bejibun gimana coba? Sama sajalah.
Kapan sih kata ini pertama kali muncul? Kata TIP sudah muncul pertama kali dan jamak digunakan di pub-pub di Inggris dan Amerika sudah sekitar ratusan tahun yang lalu. Biasanya ada kotak yang diletakkan di dekat pintu masuk bertuliskan T.I.P.S yang artinya To Insure Prompt Service. Menurut catatan kata TIP ini sesungguhnya sudah sejak tahun 1706 digunakan sebagai verb, dan pada tahun 1755 digunakan pula sebagai noun. Tapi ada cerita lain mengatakan bahwa penggunaan kata TIP untuk menggambarkan seseorang yang memberikan sesuatu kepada orang lain sudah dikenal bahkan sejak tahun 1610. Penggunaan di tahun 1600-an tersebut lebih kepada bahasa ‘slang bawah tangan’ yang artinya kurang lebih adalah ‘to give to’ atau ‘to share with’. Ini sering atau condong dipakai untuk sebuah aktivitas kriminal saat itu.
Ada usulan lain lagi, ganti saja kata ‘insure’ (menjamin) menjadi ‘ensure’ (memastikan). Tapi, bukankah sudah ratusan tahun dua kata tersebut sudah tumpang tindih, dan berasimilasi oleh sebagian pengguna Bahasa Inggris? Jadi apa bedanya to insure dan to ensure dalam hal ini? Sami mawon toh? Tidak ada jaminan pun kepastian bahwa dengan memberikan TIP maka sajian akan cepat dan performance pelayanan akan meningkat.
Lalu apakah To Insure Performance dapat benar-benar terjadi? Anda memberikan TIP yang bagus maka itu adalah jaminan gelas bir, teh, atau kopi Anda akan terus terisi penuh sepanjang makan siang atau makan malam yang akan dinikmati? Kadang-kadang ya, bisa jadi juga tidak. Itu semua tergantung sikap dan pribadi sang pelayan itu sendiri, bukan karena TIP-nya. Itu menurut saya. Memberikan TIP sudah menjadi kebiasaan yang membudaya tanpa melihat lagi asal mula kenapa sampai kita mesti memberikan TIP. Justru memberikan TIP menjadikan ‘kewajiban’ buat kita yang makan, tanpa pernah dapat memastikan layanan yang kita terima sesuai dengan TIP yang kita berikan. Sudah dikenai pajak, dikenai TIP pula. Seharusnya TIP sekedar menjadi kesadaran saja, mau kita berikan okay, tidak juga doesn’t matter. Sudah seharusnya seperti itu. Karena ujung-ujungnya tetap saja TIP tidak akan pernah menjamin bahwa akan ada apa yang namanya ‘To Insure Promptness’ atau ‘To Insure Performance’ pun ‘To Insure Prompt Service’. Kita juga sulit memastikannya. Jadi? Biar saja kita dikejar-kejar si pelayan, naik mobil dan tancap gas….Pushhh, gone! He he he…
Sumber : kompasiana
Penulis : Michael Sendow
Quote:
Tolong Dong Gan Tinggalkan Jejak dan

Kalau bisa minta


Diubah oleh Narc99 21-08-2013 08:52
0
8.6K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan