Gara-gara migas dikuasai hampir 90% oleh aset luar negeri, banyak akun jejaring sosiala yang meradang, memprotes memberikan argumen yang menentang namun pada akhirnya sama mereka sama saja tidak bisa mengendalikan itu.

kenapa migas bisa di kuasai oleh Orang Asing, apakah karena pertamina tidak punya uang?
Ataukah Sumber daya Manusia kita yang sangat rendah?
Ataukah karena pembantu di negeri sendiri?

Semua menjadi benar ketika bukti yang ada sudah jelas, seperti para mahasiswa yang di tuntut untuk mendapat IPK yang bagus dengan LULUS kurang dari $ tahun namun tidak mempedulikan niklai kepemimpinan yang ada, ya semua itu mencetak para penerus bangsa yang siap menjadi pembantu di negara sendiri dibanding menjadi pemikir di negeri sendiri.

Sumber manusia kita di kekang menjadi manusia penerima bukan pemikir untuk memajukan Indonesia, sedikit mahasiswa yang mau protes maupun mau memberikan apresiasi untuk bangsa ini, sedikit dari mereka yang mau meluangkan waktu untuk berlatih kepemimpinan dalam sebuah organisasi.

Mungkin Indonesia kurang modal dari segi mahasiswa, modal mahasiswa yang memiliki jiwa kepemimpinan, yang siap berjuang untuk bangsa meskipun gaji yang dia dapatkan hanya cukup untuk makan keluarganya saja. terkadang sebuah perjuangan itu adalah ketika kita berani lebih maupun kurang dari yang lain meskipun itu berat dari yang lain dengan konsekwensi yang lebih berat namun memberikan pesan yang begitu hangat dan semangat.