- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal Japanese Encephalitis, Vaksinasi dan seputarnya


TS
kodokgalapz
Mengenal Japanese Encephalitis, Vaksinasi dan seputarnya

Spoiler for No Repsol:

Selamat pagi mas gan semua, nubi mau share penyakit nie biar waspada ente semua siapa tau ada salah satu agan / aganwati / aganmaho


Spoiler for PENDAHULUAN:
Japanese encephalitis merupakan penyakit akut yang ditularkan melalui nyamuk terinfeksi. Virus Japanese encephalitis termasuk famili Flavivirus. Penyakit ini pertama dikenal pada tahun 1871 di Jepang; diketahui menginfeksi sekitar 6000 orang pada tahun 1924, kemudian terjadi KLB besar pada tahun 1935; hampir setiap tahun terjadi KLB dari tahun 1946-1950. Virus Japanese encephalitis pertama diisolasi pada tahun 1934 dari jaringan otak penderita ensefalitis yang meninggal. Penyakit ini endemik di daerah Asia, mulai dari Jepang, Filipina, Taiwan, korea, China, Indo-China, Thailand, Malaysia, sampai ke Indonesia serta India. Diperkirakan ada 35.000 kasus Japanese encephalitis di Asia setiap tahun. Angka kematian berkisar 20-30%. Anak usia 1-15 tahun paling sering terinfeksi. Di Indonesia, penelitian penyakit Japanese encephalitis sudah dilakukan sejak 1975, menunjukkan seroprevalensi sebesar 10-75%. Penyebaran penyakit ini tergantung musim, terutama pada musim hujan saat populasi nyamuk Culex meningkat, kecuali di Malaysia, Singapura, dan Indonesia (diperkirakan sporadik, terutama di daerah pertanian). Di Indonesia, terdapat sekitar 19 jenis nyamuk yang dapat menularkan penyakit ini; paling sering adalah
Culex tritaeniorhynchus , yang banyak dijumpai di daerah persawahan, rawa-rawa, dan genangan air. Babi dan unggas yang hidup di air, seperti bangau, merupakan hewan utama reservoir virus ini.
Nyamuk Culex tritaeniorhynchusterdiri dari berbagai jenis, dapat menularkan baik ke manusia maupun ke hewan peliharaan lainnya. Di Indonesia virus Japanese encephalitis pertama diisolasi dari nyamuk pada tahun 1972, di
daerah Bekasi. Survai di rumah sakit Sanglah Bali pada tahun 1990-1992 atas 47 kasus ensefalitis menemukan 19 kasus serologi positif terhadap Japanese encephalitis.
Survei sama pada 2001-2002 atas 262 kasus ensefalitis menemukan 112 kasus (42,75%) positif dengan angka kematian (mortality rate) 16% dan angka kecacatan (sequelae rate) 53,12%. Laporan dari rumah sakit yang sama (1997) atas 12 pasien dengan diagnosis ensefalitis didapat 2 kasus positif Japanese encephalitis.Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi; beberapa negara seperti Thailand sudah memasukkan imunisasi Japanese encephalitis ke dalam program rutin—kasus ensefalitis turun bermakna dari 14,7 per 100.000 penduduk menjadi 1 per 100.000 penduduk. Beberapa daerah di Indonesia menunjukkan sekitar 11-67% seropositif (1993-2000). Pemeriksaan menggunakan uji HI ( Hemaglutination Inhibition ) dan uji ELISA.
Pada hewan, penyakit ini dapat menimbulkan abortus, meninggal, atau tanpa gejala. Hewan yang dapat terinfeksi penyakit ini meliputi ternak lembu, sapi, ayam, bebek dan kambing, dan vertebrata lainnya, termasuk ular, kodok,
tikus, dan kelalawar. Burung merupakan hewan penting dalam penyebaran penyakit ini. Virus dapat bereplikasi di dalam darah hewan tanpa menimbulkan penyakit serius, yang memungkinkan siklus penularan. Manusia dan kuda merupakan dead-end host, artinya tidak terjadi penularan dari manusia atau kuda ke manusia atau hewan lain melalui gigitan nyamuk.Penyakit Japanese encephalitis pada manusia dapat menimbulkan gejala ringan seperti
demam fl u biasa sampai berat, bahkan kematian. Pada kasus berat, dapat meninggalkan gejala sisa (40-75%), termasuk kelumpuhan dan keterbelakangan mental/penurunan inteligensia. Karena virus Japanese encephalitis
termasuk famili fl avivirus yang sama dengan virus dengue, harus dilakukan juga uji terhadap virus dengue.
Culex tritaeniorhynchus , yang banyak dijumpai di daerah persawahan, rawa-rawa, dan genangan air. Babi dan unggas yang hidup di air, seperti bangau, merupakan hewan utama reservoir virus ini.
Spoiler for nyamuk:

Nyamuk Culex tritaeniorhynchusterdiri dari berbagai jenis, dapat menularkan baik ke manusia maupun ke hewan peliharaan lainnya. Di Indonesia virus Japanese encephalitis pertama diisolasi dari nyamuk pada tahun 1972, di
daerah Bekasi. Survai di rumah sakit Sanglah Bali pada tahun 1990-1992 atas 47 kasus ensefalitis menemukan 19 kasus serologi positif terhadap Japanese encephalitis.
Survei sama pada 2001-2002 atas 262 kasus ensefalitis menemukan 112 kasus (42,75%) positif dengan angka kematian (mortality rate) 16% dan angka kecacatan (sequelae rate) 53,12%. Laporan dari rumah sakit yang sama (1997) atas 12 pasien dengan diagnosis ensefalitis didapat 2 kasus positif Japanese encephalitis.Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi; beberapa negara seperti Thailand sudah memasukkan imunisasi Japanese encephalitis ke dalam program rutin—kasus ensefalitis turun bermakna dari 14,7 per 100.000 penduduk menjadi 1 per 100.000 penduduk. Beberapa daerah di Indonesia menunjukkan sekitar 11-67% seropositif (1993-2000). Pemeriksaan menggunakan uji HI ( Hemaglutination Inhibition ) dan uji ELISA.
Pada hewan, penyakit ini dapat menimbulkan abortus, meninggal, atau tanpa gejala. Hewan yang dapat terinfeksi penyakit ini meliputi ternak lembu, sapi, ayam, bebek dan kambing, dan vertebrata lainnya, termasuk ular, kodok,
tikus, dan kelalawar. Burung merupakan hewan penting dalam penyebaran penyakit ini. Virus dapat bereplikasi di dalam darah hewan tanpa menimbulkan penyakit serius, yang memungkinkan siklus penularan. Manusia dan kuda merupakan dead-end host, artinya tidak terjadi penularan dari manusia atau kuda ke manusia atau hewan lain melalui gigitan nyamuk.Penyakit Japanese encephalitis pada manusia dapat menimbulkan gejala ringan seperti
demam fl u biasa sampai berat, bahkan kematian. Pada kasus berat, dapat meninggalkan gejala sisa (40-75%), termasuk kelumpuhan dan keterbelakangan mental/penurunan inteligensia. Karena virus Japanese encephalitis
termasuk famili fl avivirus yang sama dengan virus dengue, harus dilakukan juga uji terhadap virus dengue.
Spoiler for GEJALA KLINIS:
Masa inkubasi bervariasi antara 4 sampai 14 hari. Perkembangan gejala terbagi atas 4 stadium:
prodromal (2-3 hari),
fase akut (3-4 hari),
fase subakut (7-10 hari),
fase penyembuhan / convalescence (4-7minggu).
Pada kasus fatal, pasien dapat koma dan meninggal.Gejala biasanya datang tiba-tiba, seperti nyeri kepala, gangguan pernapasan, penurunan nafsu makan, mual, sakit perut, muntah, kelainan saraf, termasuk gangguan jiwa.
Gejala kerusakan otak sehubungan dengan infeksi dapat berupa: kejang dan/atau pergerakan abnormal, pergerakan bola mata yang tidak simetris, refl eks kornea negatif, pernapasan tidak teratur. Demam tidak terlalu tinggi disertai gangguan pernapasan mungkin merupakan gejala klinis Japanese encephalitis
Kejang dialami oleh 10-24 % penderita anak; lebih sedikit pada dewasa. Gejala peningkatan tekanan intrakranial mencakup nyeri kepala hebat, muntah, pupil tidak reaktif terhadap cahaya, hemiplegia, bradikardia, dan hipertensi. Pada fase ini, biasanya pemeriksaan cairan otak menunjukkan peningkatan leukosit. Beberapa hari kemudian, tampak limfosit dominan. Albuminuria sering ditemukan.
Pemeriksaan fisik
a. Kelainan neurologik biasanya bervariasi.
b. Kelemahan menyeluruh, tonus otot meningkat, dan peningkatan refl eks (termasuk refl eks patologis) sering ditemukan, diikuti hiporefl eksia.
c. Papiledema ditemukan pada sekitar 10% pasien dan pada 33% pasien, ditemukan tanda saraf kranial (seperti mata juling).
d. Tanda ekstrapiramidal sering ditemukan, termasuk wajah seperti topeng, tremor, kaku, dan gerakan gerakan tidak lazim
Pemeriksaan laboratorium
Fase akut: peningkatan leukosit, kemudian limfosit predominan di cairan otak. Sering juga dijumpai albuminuria.
prodromal (2-3 hari),
fase akut (3-4 hari),
fase subakut (7-10 hari),
fase penyembuhan / convalescence (4-7minggu).
Pada kasus fatal, pasien dapat koma dan meninggal.Gejala biasanya datang tiba-tiba, seperti nyeri kepala, gangguan pernapasan, penurunan nafsu makan, mual, sakit perut, muntah, kelainan saraf, termasuk gangguan jiwa.
Gejala kerusakan otak sehubungan dengan infeksi dapat berupa: kejang dan/atau pergerakan abnormal, pergerakan bola mata yang tidak simetris, refl eks kornea negatif, pernapasan tidak teratur. Demam tidak terlalu tinggi disertai gangguan pernapasan mungkin merupakan gejala klinis Japanese encephalitis
Kejang dialami oleh 10-24 % penderita anak; lebih sedikit pada dewasa. Gejala peningkatan tekanan intrakranial mencakup nyeri kepala hebat, muntah, pupil tidak reaktif terhadap cahaya, hemiplegia, bradikardia, dan hipertensi. Pada fase ini, biasanya pemeriksaan cairan otak menunjukkan peningkatan leukosit. Beberapa hari kemudian, tampak limfosit dominan. Albuminuria sering ditemukan.
Pemeriksaan fisik
a. Kelainan neurologik biasanya bervariasi.
b. Kelemahan menyeluruh, tonus otot meningkat, dan peningkatan refl eks (termasuk refl eks patologis) sering ditemukan, diikuti hiporefl eksia.
c. Papiledema ditemukan pada sekitar 10% pasien dan pada 33% pasien, ditemukan tanda saraf kranial (seperti mata juling).
d. Tanda ekstrapiramidal sering ditemukan, termasuk wajah seperti topeng, tremor, kaku, dan gerakan gerakan tidak lazim
Pemeriksaan laboratorium
Fase akut: peningkatan leukosit, kemudian limfosit predominan di cairan otak. Sering juga dijumpai albuminuria.
Spoiler for PENCEGAHAN:
Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa negara seperti Thailand, China, Nepal, India dan Jepang sudah memasukkan imunisasi Japanese encephalitis dalam salah satu program imunisasi rutin. Imunisasi juga dianjurkan untuk orang yang bepergian ke daerah endemik Japanese encephalitis
Vaksin yang beredar saat ini adalah JE-Vax dari Jepang (Biken), Korea (Green Cross), dan SA-14-14-2 (China). Pemberian dengan subkutan. Vaksin SA-14-14-2 memberikan kabar baik karena cukup satu dosis dan memberikan respon antibodi 83-100% pada anak usia 6-7 tahun. Pada anak usia lebih tua dilakukan dua kali dengan selang 1-3 bulan, memberikan respon antibodi cukup tinggi (94-100%). Selain vaksinasi terhadap manusia, vaksinasi hewan terutama untuk kuda dan ternak lainnya.
Vaksin yang beredar saat ini adalah JE-Vax dari Jepang (Biken), Korea (Green Cross), dan SA-14-14-2 (China). Pemberian dengan subkutan. Vaksin SA-14-14-2 memberikan kabar baik karena cukup satu dosis dan memberikan respon antibodi 83-100% pada anak usia 6-7 tahun. Pada anak usia lebih tua dilakukan dua kali dengan selang 1-3 bulan, memberikan respon antibodi cukup tinggi (94-100%). Selain vaksinasi terhadap manusia, vaksinasi hewan terutama untuk kuda dan ternak lainnya.
Spoiler for TANYA JAWAB:
PAKE BAHASA MELAYU GAN
1. Apakah penyakit Japanese Encephalitis?
Japanese Encephalitis adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis. Virus ini dijangkiti melalui gigitan nyamuk Culex.
2. Mengapakah penyakit ini dikenali sebagai Japanese Encephalitis?
Penyakit ini dipanggil Japanese Encephalitis kerana virus ini pertama kali diasingkan
di negara Jepun.
3. Apakah gejala-gejala (tanda) penyakit Japanese Encephalitis?
Gejala-gejala (tanda) penyakit Japanese Encephalitis adalah;
• demam
• sakit kepala
• lemah anggota badan
• meracau
• mengantuk
• sawan
• lumpuh
• tidak sedarkan diri
4. Bolehkah penyakit Japanese Encephalitis berjangkit dari seorang pesakit ke individu yang
lain?
Penyakit ini tidak boleh berjangkit dari pesakit ke individu yang lain. Manusia merupakan
perumah terakhir (dead end host) bagi penyakit ini.
5. Seseorang terdapat luka yang baru di mana-mana bahagian badan. Jika luka yang baru ini terkena dengan darah babi yang dipanggil JE (yang baru disembelih) bolehkah orang ini dijangkiti JE?
Terdapat kemungkinan untuk mendapat jangkitan JE jika luka di badan kita dicemari darah babi yang mempunyai virus. Sekiranya seseorang sudah mendapat vaksinasi, dia akan dilindungi daripada jangkitan JE. Perlindungan diri perlu diambil untuk mencegah daripada jangkitan dengan memakai sarung tangan, gaun, topeng muka dan kasut but.
6. Berapa lamakah bagi seseorang yang digigit nyamuk Culex yang mempunyai virus JE akan menimbulkan simptom-simptom penyakit JE?
Masa yang diambil adalah sebanyak 5 hingga 15 hari.
7. Siapakah yang berisiko tinggi untuk dijangkiti penyakit Japanese Encephalitis?
Mereka yang berisiko tinggi untuk dijangkiti penyakit ini adalah;
• pekerja dan mereka yang tinggal di ladang babi
• mereka yang tinggal disekitar ladang babi dalam lingkungan 2 km. terutama kanak-kanak di bawah 15 tahun.
8. . Selain daripada nyamuk Culex, adakah kemungkinan nyamuk-nyamuk jenis lain yang akan membawa virus JE ini?
Hanya nyamuk Culex tritaeniorhynchus, Culex gelidus dan Culex vishnui sahaja boleh membawa virus JE ini. Nyamuk yang terdapat di bandar-bandar ialah Culex quinquefasciatus tidak boleh membawa virus JE. Nyamuk Aedes tidak boleh membawa virus JE ini.
9. Adakah babi yang dijangkiti virus JE akan mati?
Babi yang dijangkiti virus JE tidak akan mati kerana ia akan mengeluarkan antibodi yang melawan virus JE dan membunuh virus ini. Tiada kematian babi dilaporkan oleh kerana JE.
10. Mengapakah terdapat orang yang disuntik vaksin masih boleh dijangkiti JE ini? Adakah ini bermaksud sungguhpun orang disuntik vaksin, masih tidak dilindungi sepenuhnya?
70-90% orang boleh mendapat perlindungan sebulan selepas suntikan dos kedua dan 90-95% orang boleh mendapat perlindungan dalam masa 2 minggu selepas suntikan dos ketiga. Sekiranya seseorang mendapat gigitan nyamuk sebelum tempoh tersebut diatas ia boleh mendapat jangkitan JE.
5-10% daripada orang ramai yang telah mendapat suntikan dos yang ketiga tidak akan ‘sero-convert’ dan seterusnya akan terdedah kepada jangkitan JE. Ini bermakna, adalah penting untuk golongan ini yang tidak ‘sero-convert’ mengambil langkah-langkah mencegah jangkitan seperti yang disenaraikan dalam soalan 18.
11. Bagaimana penyakit Japanese Encephalitis merebak?
Penyakit Japanese Encephalitis disebarkan oleh gigitan nyamuk Culex. Virus Japanese Encephalitis membiak dalam tubuh babi. Apabila nyamuk betina Culex menghisap darah babi,
ia membawa bersam virus Japanese Encephalitis. Selepas 14 hari nyamuk tersebut berupaya untuk menyebarkan virus Japanese Encephalitis kepada babi yang baru ataun kepada manusia jika nyamuk tersebut menggigit manusia.
12. Adakah individu boleh mendapat penyakit Japanese Encephalitis jika memakan daging babi yang terjangkit?
Individu tidak akan mendapat penyakit ini walau pun telah memakan daging babi yang telah terjangkit.Ini kerana virus ini hanya membiak dalam sel hidup.Tambahan lagi memasak dan membakar daging babi boleh membunuh semua jenis bakteria atau virus.Enzim dan keasidan dalam perut kita boleh membantu membunuh apa saja jenis virus.Ini bermakna daging babi apabila dimakan tidak akan membawa penyakit JE.
VEKTOR
13. Dimanakah nyamuk Culex membiak?
Nyamuk Culex membiak di tempat takungan air semula jadi yang kotor seperti kolam, lopak air, parit dan sawah padi.
14. Bilakah masanya nyamuk ini biasa menggigit manusia?
Nyamuk Culex sering menggigit manusia pada waktu senja hingga subuh (6.30 petang - 6.30 pagi). Oleh itu adalah penting untuk menjauhi daripada ladang babi dari 4.30 petang hingga
9.30 pagi. Jikalau sesiapa perlu berada di ladang babi pada waktu 4.30 petang hingga 9.30 pagi mereka perlu mengambil tindakan seperti di soalan 18. Culex lebih suka menggigit babi daripada manusia.
15. Bagaimanakah nyamuk Culex ini boleh dikenali?
Nyamuk Culex ini bersaiz kecil, berwarna kuning keperangan dan terdapat tompok putih di torek badannya.
16. Berapa jauhkah nyamuk Culex boleh terbang?
Nyamuk Culex ini boleh terbang sejauh 2 km jejari (radius). Berdasarkan kebolehannya terbang sejauh 2 km ini, menyebabkan mereka yang tinggal sejauh 2 km dari ladang babi berisiko tinggi untuk mendapat penyakit Japanese Encephalitis.
17. Bagaimanakah cara mencegah penyakit Japanese Encephalitis?
Penyakit Japanese Encephalitis boleh dicegah dengan beberapa cara.
Diantaranya adalah;
a. Elakkan daripada gigitan nyamuk;
• tidur dalam kelambu
• menggunakan ubat racun serangga (lingkaran nyamuk,`repellent',`aerosol' dll.
• memasang jejaring nyamuk di tingkap
• memakai baju lengan panjang dan seluar panjang semasa berada di kawasan kandang babi.
• duduk di dalam rumah pada waktu malam.Jika perlu keluar dari rumah,pakailah baju
lengan panjang dan seluar panjang.
• menjauhi daripada ladang babi dari 4.30 petang hingga 9.00 pagi.
b. Hapuskan tempat pembiakan nyamuk:
• menyediakan saluran perparitan yang sempurna
• menimbus lopak-lopak air
• menjaga kebersihan sekitar ladang ternakan babi
• membuat semburan racun serangga di sekitar ladang babi
c. Mendapatkan suntikan vaksin Japanese Encephalitis
• mereka yang berisiko tinggi untuk mendapat penyakit ini perlu mendapatkan suntikan vaksin.
18. Bilakah waktu yang sesuai untuk menjalankan aktiviti semburan kabus (fogging)?
Masa yang sesuai untuk menjalankan semburan kabus (fogging) adalah selepas waktu senja hingga subuh (6.30 petang hingga 6.30 pagi) iaitu semasa nyamuk Culex keluar untuk menggigit perumah iaitu selepas 7.00 malam.
VAKSIN
19. Adakah terdapat rawatan khusus untuk JE?
Tidak ada rawatan khusus untuk penyakit JE. Buat masa ini rawtan yang diberi ialah simtomatik dan sokongan untuk mengurangkan kematian atau komplikasi.
20. Siapakah yang perlu mendapatkan suntikan vaksin Japanese Encephalitis?
Mereka yang perlu mendapatkan suntikan vaksin Japanese Encephalitis adalah;
• pekerja dan mereka yang tinggal di ladang babi termasuk mereka yang mengendalikan secara langsung urusan di ladang dan yang mempunyai kontek secara langsung dengan babi seperti penangkap babi (catcher) dan penyembelih babi (butcher).
• mereka yang tinggal di sekitar ladang babi dalam lingkungan 2 km terutama kanak-kanak
di bawah umur 15 tahun.
21. Berapa kalikah mereka yang berisiko tinggi perlu mendapatkan suntikan vaksin Japanese Encephalitis?
Mereka yang berisiko tinggi perlu mendapatkan suntikan vaksin Japanese Encephalitis sebanyak beberapa kali seperti jadual di bawah;
a. Mereka yang sangat berisiko tinggi - pekerja dan keluarga yang tinggal di ladang babi:
dos pertama - hari 0 (hari suntikan pertama diberi)
dos kedua - hari ke-7 selepas dos pertama
dos ketiga - hari ke-30 selepas dos pertama
dos keempat - setahun selepas dos pertama
dos tamabahan - setiap 3 tahun
b.mereka yang berisiko tinggi - mereka yang tinggal sekitar ladang babi dalam lingkungan 2 km dan berumur di bawah 15 tahun.
dos pertama - hari 0 (hari suntikan pertama diberi)
dos kedua - hari ke-7 selepas dos pertama
dos ketiga - setahun selepas dos pertama
dos tambahan - setiap 3 tahun
22. Adakah suntikan ini bebas dari najis babi dan selamat untuk orang Islam?
Virus yang digunakan dalam menghasilkan vaksin Japanese Encephalitis ini adalah hasil dari kultur oatak tikus. Satu mesyuarat Jawatankuasa Syariah Negeri Sembilan telah diadakan pada 9.3.1999 dan telah mengeluarkan satu fatwa bahawa suntikan vaksin tersebut adalah suci dan halal digunakan oleh orang awam yang berugama Islam.
23. Apakah kesan sampingan suntikan vaksin Japanese Encephalitis?
Mengikut kajian suntikan JE sebanyak 10% daripada mereka ini yang diberikan suntikan vaksin boleh mendapat beberapa kesan sampingan dan ini berbeza dari satu individu ke individu yang lain. Diantaranya adalah;
• sakit dan bengkak di sekitar tempat vaksin diberikan (lengan)
• ruam
• sakit kepala
• demam
• lemah anggota-anggota badan
• pening
• muntah
• menggigil
1. Apakah penyakit Japanese Encephalitis?
Japanese Encephalitis adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis. Virus ini dijangkiti melalui gigitan nyamuk Culex.
2. Mengapakah penyakit ini dikenali sebagai Japanese Encephalitis?
Penyakit ini dipanggil Japanese Encephalitis kerana virus ini pertama kali diasingkan
di negara Jepun.
3. Apakah gejala-gejala (tanda) penyakit Japanese Encephalitis?
Gejala-gejala (tanda) penyakit Japanese Encephalitis adalah;
• demam
• sakit kepala
• lemah anggota badan
• meracau
• mengantuk
• sawan
• lumpuh
• tidak sedarkan diri
4. Bolehkah penyakit Japanese Encephalitis berjangkit dari seorang pesakit ke individu yang
lain?
Penyakit ini tidak boleh berjangkit dari pesakit ke individu yang lain. Manusia merupakan
perumah terakhir (dead end host) bagi penyakit ini.
5. Seseorang terdapat luka yang baru di mana-mana bahagian badan. Jika luka yang baru ini terkena dengan darah babi yang dipanggil JE (yang baru disembelih) bolehkah orang ini dijangkiti JE?
Terdapat kemungkinan untuk mendapat jangkitan JE jika luka di badan kita dicemari darah babi yang mempunyai virus. Sekiranya seseorang sudah mendapat vaksinasi, dia akan dilindungi daripada jangkitan JE. Perlindungan diri perlu diambil untuk mencegah daripada jangkitan dengan memakai sarung tangan, gaun, topeng muka dan kasut but.
6. Berapa lamakah bagi seseorang yang digigit nyamuk Culex yang mempunyai virus JE akan menimbulkan simptom-simptom penyakit JE?
Masa yang diambil adalah sebanyak 5 hingga 15 hari.
7. Siapakah yang berisiko tinggi untuk dijangkiti penyakit Japanese Encephalitis?
Mereka yang berisiko tinggi untuk dijangkiti penyakit ini adalah;
• pekerja dan mereka yang tinggal di ladang babi
• mereka yang tinggal disekitar ladang babi dalam lingkungan 2 km. terutama kanak-kanak di bawah 15 tahun.
8. . Selain daripada nyamuk Culex, adakah kemungkinan nyamuk-nyamuk jenis lain yang akan membawa virus JE ini?
Hanya nyamuk Culex tritaeniorhynchus, Culex gelidus dan Culex vishnui sahaja boleh membawa virus JE ini. Nyamuk yang terdapat di bandar-bandar ialah Culex quinquefasciatus tidak boleh membawa virus JE. Nyamuk Aedes tidak boleh membawa virus JE ini.
9. Adakah babi yang dijangkiti virus JE akan mati?
Babi yang dijangkiti virus JE tidak akan mati kerana ia akan mengeluarkan antibodi yang melawan virus JE dan membunuh virus ini. Tiada kematian babi dilaporkan oleh kerana JE.
10. Mengapakah terdapat orang yang disuntik vaksin masih boleh dijangkiti JE ini? Adakah ini bermaksud sungguhpun orang disuntik vaksin, masih tidak dilindungi sepenuhnya?
70-90% orang boleh mendapat perlindungan sebulan selepas suntikan dos kedua dan 90-95% orang boleh mendapat perlindungan dalam masa 2 minggu selepas suntikan dos ketiga. Sekiranya seseorang mendapat gigitan nyamuk sebelum tempoh tersebut diatas ia boleh mendapat jangkitan JE.
5-10% daripada orang ramai yang telah mendapat suntikan dos yang ketiga tidak akan ‘sero-convert’ dan seterusnya akan terdedah kepada jangkitan JE. Ini bermakna, adalah penting untuk golongan ini yang tidak ‘sero-convert’ mengambil langkah-langkah mencegah jangkitan seperti yang disenaraikan dalam soalan 18.
11. Bagaimana penyakit Japanese Encephalitis merebak?
Penyakit Japanese Encephalitis disebarkan oleh gigitan nyamuk Culex. Virus Japanese Encephalitis membiak dalam tubuh babi. Apabila nyamuk betina Culex menghisap darah babi,
ia membawa bersam virus Japanese Encephalitis. Selepas 14 hari nyamuk tersebut berupaya untuk menyebarkan virus Japanese Encephalitis kepada babi yang baru ataun kepada manusia jika nyamuk tersebut menggigit manusia.
12. Adakah individu boleh mendapat penyakit Japanese Encephalitis jika memakan daging babi yang terjangkit?
Individu tidak akan mendapat penyakit ini walau pun telah memakan daging babi yang telah terjangkit.Ini kerana virus ini hanya membiak dalam sel hidup.Tambahan lagi memasak dan membakar daging babi boleh membunuh semua jenis bakteria atau virus.Enzim dan keasidan dalam perut kita boleh membantu membunuh apa saja jenis virus.Ini bermakna daging babi apabila dimakan tidak akan membawa penyakit JE.
VEKTOR
13. Dimanakah nyamuk Culex membiak?
Nyamuk Culex membiak di tempat takungan air semula jadi yang kotor seperti kolam, lopak air, parit dan sawah padi.
14. Bilakah masanya nyamuk ini biasa menggigit manusia?
Nyamuk Culex sering menggigit manusia pada waktu senja hingga subuh (6.30 petang - 6.30 pagi). Oleh itu adalah penting untuk menjauhi daripada ladang babi dari 4.30 petang hingga
9.30 pagi. Jikalau sesiapa perlu berada di ladang babi pada waktu 4.30 petang hingga 9.30 pagi mereka perlu mengambil tindakan seperti di soalan 18. Culex lebih suka menggigit babi daripada manusia.
15. Bagaimanakah nyamuk Culex ini boleh dikenali?
Nyamuk Culex ini bersaiz kecil, berwarna kuning keperangan dan terdapat tompok putih di torek badannya.
16. Berapa jauhkah nyamuk Culex boleh terbang?
Nyamuk Culex ini boleh terbang sejauh 2 km jejari (radius). Berdasarkan kebolehannya terbang sejauh 2 km ini, menyebabkan mereka yang tinggal sejauh 2 km dari ladang babi berisiko tinggi untuk mendapat penyakit Japanese Encephalitis.
17. Bagaimanakah cara mencegah penyakit Japanese Encephalitis?
Penyakit Japanese Encephalitis boleh dicegah dengan beberapa cara.
Diantaranya adalah;
a. Elakkan daripada gigitan nyamuk;
• tidur dalam kelambu
• menggunakan ubat racun serangga (lingkaran nyamuk,`repellent',`aerosol' dll.
• memasang jejaring nyamuk di tingkap
• memakai baju lengan panjang dan seluar panjang semasa berada di kawasan kandang babi.
• duduk di dalam rumah pada waktu malam.Jika perlu keluar dari rumah,pakailah baju
lengan panjang dan seluar panjang.
• menjauhi daripada ladang babi dari 4.30 petang hingga 9.00 pagi.
b. Hapuskan tempat pembiakan nyamuk:
• menyediakan saluran perparitan yang sempurna
• menimbus lopak-lopak air
• menjaga kebersihan sekitar ladang ternakan babi
• membuat semburan racun serangga di sekitar ladang babi
c. Mendapatkan suntikan vaksin Japanese Encephalitis
• mereka yang berisiko tinggi untuk mendapat penyakit ini perlu mendapatkan suntikan vaksin.
18. Bilakah waktu yang sesuai untuk menjalankan aktiviti semburan kabus (fogging)?
Masa yang sesuai untuk menjalankan semburan kabus (fogging) adalah selepas waktu senja hingga subuh (6.30 petang hingga 6.30 pagi) iaitu semasa nyamuk Culex keluar untuk menggigit perumah iaitu selepas 7.00 malam.
VAKSIN
19. Adakah terdapat rawatan khusus untuk JE?
Tidak ada rawatan khusus untuk penyakit JE. Buat masa ini rawtan yang diberi ialah simtomatik dan sokongan untuk mengurangkan kematian atau komplikasi.
20. Siapakah yang perlu mendapatkan suntikan vaksin Japanese Encephalitis?
Mereka yang perlu mendapatkan suntikan vaksin Japanese Encephalitis adalah;
• pekerja dan mereka yang tinggal di ladang babi termasuk mereka yang mengendalikan secara langsung urusan di ladang dan yang mempunyai kontek secara langsung dengan babi seperti penangkap babi (catcher) dan penyembelih babi (butcher).
• mereka yang tinggal di sekitar ladang babi dalam lingkungan 2 km terutama kanak-kanak
di bawah umur 15 tahun.
21. Berapa kalikah mereka yang berisiko tinggi perlu mendapatkan suntikan vaksin Japanese Encephalitis?
Mereka yang berisiko tinggi perlu mendapatkan suntikan vaksin Japanese Encephalitis sebanyak beberapa kali seperti jadual di bawah;
a. Mereka yang sangat berisiko tinggi - pekerja dan keluarga yang tinggal di ladang babi:
dos pertama - hari 0 (hari suntikan pertama diberi)
dos kedua - hari ke-7 selepas dos pertama
dos ketiga - hari ke-30 selepas dos pertama
dos keempat - setahun selepas dos pertama
dos tamabahan - setiap 3 tahun
b.mereka yang berisiko tinggi - mereka yang tinggal sekitar ladang babi dalam lingkungan 2 km dan berumur di bawah 15 tahun.
dos pertama - hari 0 (hari suntikan pertama diberi)
dos kedua - hari ke-7 selepas dos pertama
dos ketiga - setahun selepas dos pertama
dos tambahan - setiap 3 tahun
22. Adakah suntikan ini bebas dari najis babi dan selamat untuk orang Islam?
Virus yang digunakan dalam menghasilkan vaksin Japanese Encephalitis ini adalah hasil dari kultur oatak tikus. Satu mesyuarat Jawatankuasa Syariah Negeri Sembilan telah diadakan pada 9.3.1999 dan telah mengeluarkan satu fatwa bahawa suntikan vaksin tersebut adalah suci dan halal digunakan oleh orang awam yang berugama Islam.
23. Apakah kesan sampingan suntikan vaksin Japanese Encephalitis?
Mengikut kajian suntikan JE sebanyak 10% daripada mereka ini yang diberikan suntikan vaksin boleh mendapat beberapa kesan sampingan dan ini berbeza dari satu individu ke individu yang lain. Diantaranya adalah;
• sakit dan bengkak di sekitar tempat vaksin diberikan (lengan)
• ruam
• sakit kepala
• demam
• lemah anggota-anggota badan
• pening
• muntah
• menggigil
Nah bagi yang mendapat manfaat dari thread ini boleh dong bagi2



Spoiler for sumber:
1. Bromm AK, Smith DW,
et al
. Ar
bovirus Infections. In: Cook GC, Zumla AI. Manson’s Tropical Diseases. 21st ed. Saunders:Philadelphia. 2003, pp. 725-95.
2. Endy TP, Nisalak A. Japanese Encephaltis Virus: Ecology and Epidemiology. Current Topic in Microbiology and Immunology 2002; 267:11-47.
3. Halstead SB, Jacobson J. Japanese Encephalitis. Advances in Virus Res. 61:103-38.
4. Depertemen Kesehatan RI. Direktorat P2M&L. Dipresentasikan dalam midterm review study JE di 6 Provinsi, 2005, Jakarta.
5. Dirjen P2MPL, Subdit Zoonosis, Depkes (1993/1994-2003). Laporan serosurvey Japanese Encephalitis.
6. Yoshida M, Igarashi A, et al. The fi rst report on human cases serologically diagnosed as Japanese encephalitis in Indonesia. The Southeast Asian J Trop Med Publ Health 1999;30(4): 698-
706.
7. Halstead SB. Arbovirus of the Pacifi c and Southeast Asia.. In Textbook of Pediatric Infectious Diseases., Feigin RD, Cherry JD. 2
nd
ed, Philadelphia : WB Saunders, 1987;pp. 1502-8.
8. http://www.Childrensvaccine.org/html...enceph_vac.htm
9. WHO: Immunization, Vaccines and Biologicals: Japanese Encephalitis, 2004.http://www.who.int/vaccines-diseases/diseases/je.shtm
http://vektorpendang.tripod.com/factje.html
http://www.kalbemed.com/Portals6/09_...cephalitis.pdf
sekali lagi buat agan yg bertanya, kan diatas udah ada spoiler Q& A, mohon dibaca dengan sungguh2 ya

[CENTER]

Diubah oleh kodokgalapz 21-11-2013 07:37
0
10.2K
Kutip
16
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan