Ketua DPD FPI (Front Pembela Islam) DKI Jakarta, Habib Salim Alatas berharap Ustad Solmed tak melakukan pemasangan tarif saat ingin berceramah di Hong Kong. Jika benar hal tersebut terjadi, FPI menilai ustad berusia 30 tahun layaknya angkutan umum.

"Masa da'i dan penceramah pasang tarif, sudah kayak Metro Mini sama Kopaja saja," ucap Habib Selon, sapaannya, melalui sambungan telepon di Jakarta, Selasa (20/8/2013).

Habib Selon tak memungkiri jika pihak pengundang seorang ustad dan penceramah akan memberikan biaya transportasi dan akomodasi usai pemberian ceramah dilakukan. Tapi, hal tersebut bersifat ikhlas tanpa dikenakan tarif.

"Dai dan penceramah itu harus ikhlas, kalau diundang ceramah biasanya kan memang dikasih (transport dan akomodasi). Nggak mungkin kalau nggak dikasih," tambah Habib Selon.

Khusus untuk masalah Ustad Solmed, Habib Selon juga menyalahkan pihak panitia acara yang mengundang suami April Jasmine itu berceramah.

"Saya dengar kalau pihak panitia juga mintain uang sama jamaah lewat penjualan tiket. Kalau cuma sekedar dengerin ceramah, masa harus bayar. Itu kan juga salah," tandasnya.

Membicarakan mengenai tarif, ustadz Solmed tidak setuju jika para pendakwah disamakan dengan artis. Menurutnya, para dai hanya dibayar dengan kebijaksanaan, tidak mematok harga.

"Kalau artis kan patok tarif, kalau kami tidak, tapi kebijaksanaan. Kalau teman ustadz bukan tarif namanya, mereka suka menyebut bisyaroh, hadiah, infak, nah kalimat itu harus sesuai dengan kebijaksanaan. Yang undang dan diundang harus bijaksana," terang Solmed saat ditemui di kediamannya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (19/8/2013).

Bahkan arti kebijaksaan ini, kata Solmed, sesuai dengan butir sila keempat. Bagi suami April Jasmine itu, tarif ustadz jelas berbeda dengan artis.

"Makanya di Pancasila, sila keempat bunyinya 'kebijaksanaan dalam permusyawaratan' kenapa? Karena perlu kebijaksanaan dari anggota yang terdahulu dibanding yang sekarang. Yang dilihat situasi dan kondisi dulu dan sekarang. Beda sama artis. Makanya kalau orang tanya, sebenarnya kan tabu itu, ya jawabnya tergantung kebijaksanaan panitia. Tolong jangan dimanfaatkan, jangan jadi bajak laut. Itu kan enggak bagus, imejnya jadi masalah. Orang lihatnya mahal ya. Padahal ustadznya enggak," jelasnya.

soember