- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
MALU GAN..!!


TS
aizzani
MALU GAN..!!

Ane nggak bermaksud

TENTANG MALU
Quote:
oleh: Kholil Misbach, Lc
Diriwayatkan oleh Imran bin Hashin berkata: Bersabda Rasulullah saw: MaLu tidaklah datang kecuali dengan kebaikan...(HR. Bukhari Muslim)
Memang malu akan membawa kebaikan sebagaimana sabda beliau, malu yang dimaksud disini adalah malu melakukan segala hal yang dosa dan hal-hal yang tidak pantas dan patut.
di era globalisasi ini budaya malu sudah mulai berkurang dan tergeser dengan budaya buka-bukaan ala Barat, di alun-alun, di tempat wisata sering kita lihat budaya malu sudah tidak dipedulikan lagi.,..
malu bukan berarti tidak pede akan tetapi ia sifat menjaga diri untuk berbuat yang tidak benar dan tidak pantas,...jangan malu bertanya, jangan malu berbisnis akan tetapi malulah saat kita meminta-minta kepada sesama. Wallahu A'lam
penulis: Alumnus al Azhar University, bekerja sebagai penerjemah bahasa Arab
Sumber : Klik
Keutamaan malu
Quote:
Ajaran untuk Bersikap Malu Diwariskan dari Para Nabi Terdahulu
Nabi menyatakan bahwa ungkapan : Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu, berasal dari ucapan-ucapan para Nabi sejak di masa-masa awal kenabian (Nabi Adam). Hal itu menunjukkan bahwa sikap malu adalah akhlak mulia yang terus diwariskan dari Nabi awal ke Nabi berikutnya, hingga Nabi terakhir. Hal tersebut adalah ajaran dari para Nabi kepada para pengikutnya.
Keutamaan-keutamaan Sikap Malu
Malu adalah tanda keimanan, dan keimanan akan mengantarkan pada surga
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
Dan sikap malu adalah salah satu cabang dari keimanan (H.R al-Bukhari no 8 dan Muslim no 50)
الْحَيَاءُ مِنَ الْإِيمَانِ وَالْإِيمَانُ فِي الْجَنةِ وَالْبَذَاءُ مِنَ الْجَفَاءِ وَالْجَفَاءُ فِي النارِ
Malu adalah bagian dari iman, dan iman di surga. Sedangkan berkata kasar adalah termasuk perangai yang kasar, dan perangai yang kasar (tempatnya) di neraka (H.R atTirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan al-Albany)
الْحَيَاءُ وَالإِيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر
Sesungguhnya malu dan iman adalah kedua hal yang beriringan. Jika diangkat salah satu, maka terangkat yang lain (H.R al-Hakim, dishahihkan oleh adz-Dzahaby)
Sikap malu memperindah keadaan
وَلَا كَانَ الْحَيَاءُ فِي شَيْءٍ قَط إِلا زَانَهُ
Dan tidaklah perasaan malu ada pada sesuatu, kecuali akan memperindahnya (H.R atTirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan Ibnu Hibban dan al-Albany)
Malu adalah termasuk Sifat Allah dan sikap tersebut dicintai oleh Allah
إِن اللهَ عَز وَجَل حَيِي سِتيرٌ يُحِب الْحَيَاءَ وَالستْرَ فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla adalah pemalu lagi tertutup. Ia mencintai sikap malu dan sesuatu yang tertutup. Jika salah seorang dari kalian mandi hendaknya menggunakan penutup (H.R Abu Dawud, anNasaai, dihasankan oleh as-Suyuthy dan dishahihkan al-Albany)
Malu adalah akhlak Islam
إِن لِكُل دِينٍ خُلُقًا وَخُلُقُ الْإِسْلَامِ الْحَيَاءُ
Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu (H.R Malik, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam Silsilah as-Shahihah)
(Faidah tentang keutamaan malu banyak diambil dari Syarh al-Arbain anNawawiyyah karya Sulaiman bin Muhammad alLuhaimid)
Malu Kepada Allah dengan Sebenar-benarnya
Seseorang yang memiliki perasaan malu terhadap Allah, akan menghasilkan perasaan muroqobah (senantiasa diawasi Allah), perbuatan ihsan, dan menjauhi kemaksiatan.
Nabi shollallahu alaihi wasallam memerintahkan kita untuk bersikap malu dengan sebenarnya kepada Allah:
اسْتَحْيُوا مِنَ اللهِ حَق الْحَيَاءِ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ إِنا نَسْتَحْيِي وَالْحَمْدُ لِلهِ قَالَ لَيْسَ ذَاكَ وَلَكِن الْإِسْتِحْيَاءَ مِنَ اللهِ حَق الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرأْسَ وَمَا وَعَى وَالْبَطْنَ وَمَا حَوَى وَلْتَذْكُرْ الْمَوْتَ وَالْبِلَى وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدنْيَا فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنْ اللهِ حَق الْحَيَاءِ
Bersikap malulah kalian kepada Allah. Para Sahabat menyatakan: Wahai Rasulullah, kami telah bersikap malu kepada Allah, Alhamdulillah. Nabi bersabda: Bukan demikian. Tapi sesungguhnya sikap malu dengan sebenar-benarnya kepada Allah adalah menjaga kepala dan apa yang ada padanya, menjaga perut dan yang dikandungnya, dan mengingat kematian dan akan datangnya kebinasaan, dan barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat dan meninggalkan perhiasan dunia. Barangsiapa yang melakukan hal itu, maka ia telah bersikap malu dengan sebenar-benarnya kepada Allah (H.R atTirmidizi, anNasaai, dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahaby).
‘Menjaga kepala dan yang ada padanya’ artinya: menjaga penglihatan (mata), ucapan (lisan), dan pendengaran (telinga). Juga bermakna : menjauhi kesyirikan, yaitu kepala tidak ditundukkan (sujud) kepada selain Allah.
‘Menjaga perut dan yang dikandungnya’ artinya menjaga perut dari makanan dan minuman yang haram, juga menjaga kemaluan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
SEMOGA BERMANFAAT, AAMIIN
Ane kagak nolak kalau agan ngasih






Diubah oleh aizzani 20-08-2013 03:14
0
1.4K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan