- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Homeless World Cup 2013: Karena Sepakbola Adalah Rumah Mereka. [Merinding Bacanya!!!]


TS
iqbalfg
Homeless World Cup 2013: Karena Sepakbola Adalah Rumah Mereka. [Merinding Bacanya!!!]
![Homeless World Cup 2013: Karena Sepakbola Adalah Rumah Mereka. [Merinding Bacanya!!!]](https://dl.kaskus.id/www.bolatotal.com/foto_berita/67hwcksarmc.jpg)
Sumber : www.bolatotal.com
Ditulis oleh : Marini Anggitya
Ditulis oleh : Marini Anggitya
Quote:
Kata orang-orang, tidak ada tempat yang seaman dan senyaman rumah. Sejauh-jauhnya merantau, suatu saat pasti akan kembali ke rumah. Semewah-mewahnya rumah orang lain, rumah sendiri tetap menjadi yang termanis. Kata mereka, home sweet home. Idul Fitri kemarin jejaring sosial dipenuhi dengan mereka yang berbahagia karena kembali ke rumah. Hal yang sama yang bakal terjadi di Natal, Nyepi, Waisak, Imlek dan Tahun Baru. Aku membayangkan bahagia mereka. Tentang bagaimana rasanya melupakan diet dan terbebas dari gerakan penghematan uang makan saat mereka berada di perantauan, tentang terpuaskannya rindu akan jam makan malam bersama, tentang kebisingan saat mendengar omelan mama dan duduk di teras rumah bersama papa lengkap dengan cangkir-cangkir berisi kopi kental dan panas – mungkin ada sepiring pisang goreng hangat yang juga tersaji di sana.
Quote:
Ada yang terkikik geli ataupun melengos kesal saat mama mulai menyinggung deadline pernikahan, mendesak secara tak langsung atas nama usia dan kemapanan di balik keinginan untuk segera menimang cucu. Menonton acara televisi bersama, menghabiskan waktu dengan membersihkan rumah dan memasak di dapur. Pengalaman mainstream yang pada kenyataannya tak pernah menjadi mainstream saat kembali ke rumah setelah berlama-lama di tanah rantau.
Quote:
Lantas, ada yang hanya gigit jari saat tak kebagian jatah libur atau terbentur mahalnya tiket pesawat. Terserang penyakit rindu yang dikenal sebagai homesick. Tapi setidaknya mereka punya rumah dan ingin pulang ke rumah. Lalu, aku berpikir tentang mereka. Tentang mereka yang secara literasi memiliki rumah namun merasa tak punya rumah. Tentang penolakan dan tekanan yang membuat mereka enggan pulang ke rumah. Aku meyakini tetap ada rindu di balik kerasnya hati. Tetap ada iri di balik gelak tawa puas saat mendengar mereka yang mengeluh pusing saat intensitas mengomel mama menjadi jauh lebih tinggi – karena aku pun begitu. Semua butuh rumah, walau semua belum paham di mana rumah yang sesungguhnya.
Quote:
Mungkin pada awalnya mereka juga demikian. Berbagai latar belakang kelam dan pahit menjadi alasan mengapa pintu rumah seolah tertutup bagi mereka. Ada yang tak sanggup menahan malu untuk pulang ke rumah, ada pula yang pintu rumahnya benar-benar tertutup bagi kedatangan mereka. Semacam tak adil, tapi hidup terkadang memang gemar berlaku tak adil. Menjadi nomaden dari satu tempat ke tempat lain, berpura-pura tak mengapa walau mereka tak bisa lagi pulang ke rumah. Tapi gerombolan serigala dan singa pun berhak memiliki sarang sebagai tempat melepas penat, apalagi manusia. Lantas mereka mengembara, dari satu titik hidup ke titik hidup lain. Prestasi dan kekayaan hanyalah topeng, karena jauh di dalam hati – menemukan rumah tetap menjadi yang terutama.
Quote:
Indonesia harus bersyukur atas rumah kecil itu. Rumah yang bertajuk Rumah Cemara. Jangan membayangkan lusinan rumah pohon dengan aroma petualangan dan romantisme yang kental. Karena pada kenyataannya aneka petualangan dan romantisme yang ditawarkan oleh rumah-rumah pohon itu tak pernah cukup kuat untuk menandingi apa yang diberikan oleh Rumah Cemara. Rumah Cemara tidak bermakna denotasi. Semacam organisasi independen yang berkonsentrasi untuk membantu mereka yang merasa kehilangan rumah. Mereka yang berjuang melawan diskriminasi karena harus menjalani hidup dalam jerat virus HIV, adiksi obat-obat terlarang dan penolakan di sana-sini. Bukannya bermaksud menjilat,tapi apa yang aku salutkan adalah – komitmen dan konsistensi untuk membantu orang-orang tadi dalam memberikan kehidupan yang sama dengan mereka yang mungkin tidak atau tidak pernah terikat dalam hal-hal semacam itu. Kehidupan yang sama, bahkan jauh lebih bermakna. Dan salah satu kehidupan itu adalah, sepakbola. Tentang sepakbola yang menjadi hidup mereka, tentang sepakbola yang pada kenyataannya menjadi rumah terbaik bagi mereka.
Quote:
Homeless World Cup 2013, pada awalnya aku tak menyukai nama turnamen ini. Semacam pendiskriminasian tersirat. Namun daripada menyalahkan pemilihan nama mereka, lebih baik menyalahkan ketidakmengertianku. Ketidakmengertian tentang hal-hal yang mereka berikan di balik nama yang bagiku bermakna penudingan itu. Dalam ajang Homeless World Cup tahun ini, Indonesia mengirimkan perwakilannya melalui Rumah Cemara. Ada banyak nama yang tidak pernah kita kenal sebelumnya, namun ironis- justru nama-nama tak dikenal inilah yang memberikan sepakbola Indonesia nama di mata dunia
Quote:
Indonesia boleh berbangga hati dalam ajang ini. Namun sebaik-baiknya berbangga hati, akan lebih baik untuk menyisipkan malu agar bergegas berbenah diri. Bagaimana tidak, mereka yang sering menjadi korban perlakuan diskriminasi, dianggap sebagai beban masyarakat, mereka yang sering menalan tudingan – justru merekalah yang mampu mengangkat nama negara ini di ajang sepakbola internasional. Buatku pribadi, ada haru saat menyadari bahwa mereka menemukan rumah baru melalui sepakbola. Aku tidak paham dengan kalian, namun hal semacam itu muncul saat mengikuti sepak terjang mereka dalam turnamen ini. Indonesia masih belum mampu menjadi yang teratas, namun nama mereka jauh lebih baik daripada apa yang diberikan oleh sepakbola dari orang-orang berlabel merdeka semacam kita.
Quote:
Pada turnamen tahun ini skuad Indonesia diperkuat oleh delapan pemain yaitu Ujang Yakub, I Wayan Arya Renawa, Ahmad Faizin, Dimas Saputra Ramadhan, Mifta Sano Sudrajat, Riki Irawan, Nico Pernando, dan Sendi. Di turnamen ini Indonesia menjadi satu-satunya perwakilan Asia yang lolos ke babak perempat final setelah memastikan diri untuk dapat menempati urutan kedua klasemen Grup D dengan mengantongi 10 poin, di bawah Rusia yang memiliki 15 poin. Di babak perempatfinal sendiri, Indonesia bersanding dengan Brasil, Bosnia-Herzegovina, Meksiko, Portugal, Chile, Rumania, dan Rusia.
Quote:
Terkait aksi mereka, aku membaca dua penyataan “Mereka selalu berterima kasih untuk apa pun. Ketika kami meniup peluit tanda pelanggaran, mereka selalu minta maaaf. Itu hal yang baik;” - dan “Ketika membuat gol, mereka tersenyum. Tapi, saat tim lain membuat gol, mereka tetap tersenyum.” Kedua kalimat yang terlontar masing-masing dari mulut Paul Nagiegaal dan Mc.Gill – pria asal Nigeria dan Skotlandia yang didaulat sebagai bagian dari wasit dalam ajang ini. Semacam pengakuan kalau mereka berhasil membungkam mulut-mulut pencecar diskriminatif di tanah air. Bukan hanya itu, bahkan penjaga gawang Ujang Yakub dihadiahi peluit merah oleh wasit Hary Milas pasca laga kontra India di babak penyisihan pertama. Sebuah hadiah yang berarti apresiasi atas konsistensinya untuk berlaga secara jantan tanpa rengek memalukan atas setiap keputusan wasit. Atas segala fairplay attitude adalah hal yang mereka tunjukkan dalam kompetisi bertajuk internasional semacam ini, sebagai awam aku hanya bisa menyugesti bahwa Indonesia sudah seharusnya bersyukur - karena apa yang mereka ditunjukkan dalam turnamen itu akan kembali sebagai representasi tentang apa yang mereka pelajari lewat kehidupan di bumi pertiwi.
![Homeless World Cup 2013: Karena Sepakbola Adalah Rumah Mereka. [Merinding Bacanya!!!]](https://dl.kaskus.id/www.bolatotal.com/foto_berita/hwcksarm.jpg)
Quote:
Saat tulisan ini ditulis, Indonesia harus puas untuk berada di posisi delapan setelah harus menyerah pada Rumania dalam drama adu penalti. Di hari terakhir perhelatan Homeless World Cup 2013 ini, Indonesia harus beradu cepat dengan lawan sejak babak pertama dimulai. Sejumlah catatan statistik menjelaskan bahwa dalam partai ini gawang Indonesia sudah kebobolan di menit pertama. Namun bukannya menyerah, Indonesia juga membalas lewat gol Sendi masih di menit pertama.
Quote:
Walaupun di akhir babak pertama Indonesia harus mengakui keunggulan sementara Rumania dengan skor 3-5, tapi aksi memborbardir gawang lawan masih terus terjadi di babak kedua. Indonesia sendiri berhasil menambah tiga gol lewat Sendi, Dimas Saputra dan Nico Pernando. Hasil imbang 6-6 membuat kedua tim harus melenggang kepada adu penalti. Dalam kesempatan pertama, eksekutor Rumania dan Indonesia sama-sama berhasil mencetak angka. Namun di eksekusi kedua, Nico Pernando gagal mencetak gol sementara pemain Rumania berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik sebagai eksekutor. Indonesia pun harus mengakui keunggulan Rumania dan mengakhiri perjuangannya di Homeless World Cup 2013 dengan peringkat kedelapan dari 46 tim.
Quote:
Memang bukan peringkat pertama atau kedua – bukan peringkat yang tertinggi. Namun saat menyadari bahwa pengakuan internasional atas sepakbola Indonesia pada akhirnya tidak melulu tentang segala ketidakberesan yang bercokol di dalamnya – posisi berapapun tidak menjadi yang terpenting. Karena pada kenyataannya mereka telah menang. Menang atas segala keterikatan, menang atas segala keterbatasan, menang atas segala kebusukan sepakbola tanah air dan terlebih lagi menang atas segala diskriminasi.
Quote:
Jadi, salutku untuk para anonim yang membantu mereka menemukan rumah dan tentu saja untuk mereka yang berjuang demi nama baik negeri ini walau dalam bengisnya tekanan diskriminasi. MAMPRANG!!
0
1.8K
Kutip
14
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan