- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ustad Zacky Mirza: Ceramah Nggak Jalan Kaki, Ada Bensinnya Juga


TS
riyan_themars
Ustad Zacky Mirza: Ceramah Nggak Jalan Kaki, Ada Bensinnya Juga
Quote:
Jakarta - Ustad Zacky Mirza angkat bicara mengenai tarif-menarif di dunia dakwah. Zacky yang kerap wara-wiri di televisi itu menilai soal transport atau bayaran bagi ustad yang berdakwah itu tergantung dari acara.
"Itu tergantung dalam konteks seperti apa. Kalau yang mengundang pihak EO, kemudian sponsor, pemerintahan, perusahaan tertentu yang punya budjet. Contoh EO itu kan udah masuk ranah komersil. Bagaimana mereka memberikan nilai tertentu kepada pihak pengundang. Mereka baru konfirm ke pihak ustad. Dalam kasus ini, ketika kita ada nilai tertentu yang kita ajukan dari pihak ustad itu wajar, karena ada biaya," papar Zacky ditemui di kediamannya di Cibubur, Jakarta Timur.
Soal fee, Zacky menilai wajar adanya untuk para dai. Menurut ustad yang sudah memiliki tiga orang anak itu mengenai masalah fee ceramah memang tidak bisa dipatok. Namun menurutnya semuanya harus jelas di awal kesepakatan antara sang ustad dan pihak pengundangnya.
"Berbeda dalam konteks yang swadaya masyarakat, mereka bangun musala, mereka ingin hadirkan ustad, itupun harus melalui kroscek terlebih dahulu. Kalau saya pribadi, silahkan datang ke rumah. Rumah saya terbuka, terutama buat mereka yang mengundang," katanya.
"Jadi masalah tarif-menarif, tergantung konteksnya menurut saya," sambungnya menjelaskan.
Zacky menuturkan, zaman sekarang ini, ustad juga memiliki manajemen. Sebelum berceramah pun ia juga ingin semua jelas di awal. Namun ia menekankan manajemen dakwah berbeda dengan manajemen artis.
"Harus ada nilai yang disepakati dalam hal mengundang. Jumlahnya nggak ditentuin, tapi ada tanda kita terikat dalam bentuk kontrak. Bahasa manajemen dakwah itu berkeluarga, nggak kaku, nggak kayak manajemen artis. Kita fleksibel," paparnya.
Lantas bagaimana pendapat ustad Zacky mengenai bayaran seikhlasnya untuk para dai? "Jangan ikhlas itu diartikan dimudah-mudahin. Undang saya nggak perlu ring 1, 2, atau 3. Yang atur jadwal saya, istri saya. Datang aja ke rumah. Ikhlas itu saling menjaga. Ustad juga ceramah nggak jalan kaki ceramah, kalau naik motor ada bensinnya juga," tukasnya.
(kmb/kmb)
"Itu tergantung dalam konteks seperti apa. Kalau yang mengundang pihak EO, kemudian sponsor, pemerintahan, perusahaan tertentu yang punya budjet. Contoh EO itu kan udah masuk ranah komersil. Bagaimana mereka memberikan nilai tertentu kepada pihak pengundang. Mereka baru konfirm ke pihak ustad. Dalam kasus ini, ketika kita ada nilai tertentu yang kita ajukan dari pihak ustad itu wajar, karena ada biaya," papar Zacky ditemui di kediamannya di Cibubur, Jakarta Timur.
Soal fee, Zacky menilai wajar adanya untuk para dai. Menurut ustad yang sudah memiliki tiga orang anak itu mengenai masalah fee ceramah memang tidak bisa dipatok. Namun menurutnya semuanya harus jelas di awal kesepakatan antara sang ustad dan pihak pengundangnya.
"Berbeda dalam konteks yang swadaya masyarakat, mereka bangun musala, mereka ingin hadirkan ustad, itupun harus melalui kroscek terlebih dahulu. Kalau saya pribadi, silahkan datang ke rumah. Rumah saya terbuka, terutama buat mereka yang mengundang," katanya.
"Jadi masalah tarif-menarif, tergantung konteksnya menurut saya," sambungnya menjelaskan.
Zacky menuturkan, zaman sekarang ini, ustad juga memiliki manajemen. Sebelum berceramah pun ia juga ingin semua jelas di awal. Namun ia menekankan manajemen dakwah berbeda dengan manajemen artis.
"Harus ada nilai yang disepakati dalam hal mengundang. Jumlahnya nggak ditentuin, tapi ada tanda kita terikat dalam bentuk kontrak. Bahasa manajemen dakwah itu berkeluarga, nggak kaku, nggak kayak manajemen artis. Kita fleksibel," paparnya.
Lantas bagaimana pendapat ustad Zacky mengenai bayaran seikhlasnya untuk para dai? "Jangan ikhlas itu diartikan dimudah-mudahin. Undang saya nggak perlu ring 1, 2, atau 3. Yang atur jadwal saya, istri saya. Datang aja ke rumah. Ikhlas itu saling menjaga. Ustad juga ceramah nggak jalan kaki ceramah, kalau naik motor ada bensinnya juga," tukasnya.
(kmb/kmb)
[URL="http://hot.detik..com/read/2013/08/19/090714/2333601/230/ustad-zacky-mirza-ceramah-nggak-jalan-kaki-ada-bensinnya-juga?h990101mainnews"]Berita Gosip

Motornya pakai bensin apa yah ?
Spoiler for COpy dari blog sebelah:
Kesuksesan dakwah tidaklah semata-mata ditentukan kemampuan sang da’i, tapi ada faktor terpenting lain yaitu khuluqiyyah (kepribadian) sang da’i itu sendiri. Pada dasarnya kepribadian seorang da’i tercermin dari pesan–pesan dakwah yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam dakwahnya ia berpesan agar menegakkan shalat, maka shalat itu memang sudah dilakukannya, kalau ia menganjurkan berinfaq, maka memang sudah ia laksanakan. Dakwah yang dilakukan tanpa mengamalkan pesan–pesan dakwahnya akan sulit untuk bisa di terima oleh sang mad’u (objek dakwah) sampai kedalam hatinya. Padahal memasukkan pesan– pesan dakwah tidak hanya sampai ke orang lain tapi harus membuat terjadinya perubahan dan dilaksanakan dengan dorongan hati.
Karena dakwah merupakan upaya untuk mempengaruhi orang lain, maka agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan baik bagi da’i sendiri maupun pihak yang didakwahi, dakwah nabi saw mengenal adanya aturan-aturan permainan yang dikenal dengan etika dakwah atau kode etik dakwah. Sebenarnya secara umum etika dakwah adalah etika islam itu sendiri, dimana seorang da’i sebagai seorang muslim dituntut untuk memiliki etika-etika yang terpuji dan menjauhkan diri dari prilaku yang tercela.
Namun secara khusus dalam dakwah terdapat etika sendiri seperti dicontohkan nabi saw berikut ini: Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan, Tidak melakukan toleransi agama, Tidak Menghina sesembahan Non-Muslim, Tidak melakukan Diskriminasi Sosial, Tidak memungut Imbalan, Tidak berteman dengan pelaku maksiat, Tidak menyampaikan hal -hal yang tidak diketahui.
Karena dakwah merupakan upaya untuk mempengaruhi orang lain, maka agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan baik bagi da’i sendiri maupun pihak yang didakwahi, dakwah nabi saw mengenal adanya aturan-aturan permainan yang dikenal dengan etika dakwah atau kode etik dakwah. Sebenarnya secara umum etika dakwah adalah etika islam itu sendiri, dimana seorang da’i sebagai seorang muslim dituntut untuk memiliki etika-etika yang terpuji dan menjauhkan diri dari prilaku yang tercela.
Namun secara khusus dalam dakwah terdapat etika sendiri seperti dicontohkan nabi saw berikut ini: Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan, Tidak melakukan toleransi agama, Tidak Menghina sesembahan Non-Muslim, Tidak melakukan Diskriminasi Sosial, Tidak memungut Imbalan, Tidak berteman dengan pelaku maksiat, Tidak menyampaikan hal -hal yang tidak diketahui.
Quote:
Original Posted By urban21►NOTE :
Nabi Muhammad tidak mencari keuntungan materi dari syiar agama.
Ingat : meski sudah menguasai sebagian besar jazirah Arab dan memenangkan belasan peperangan, Nabi Muhammad memilih gaya hidup miskin (sederhana) rumahnya hanya kamar-kamar yg mepet masjid nabawi. Bukan seperti rumah penguasa negara pada umumnya. Makanannya tidak pernah berubah jadi mewah, tapi tetap makanan seperti ketika beliau masih awal berjuang.
Para perowi hadis besar (tahun 800-1000) :
Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibn Majah, beliau semua tidak mengambil keuntungan dari ribuan hadis yang dipelajarinya dari berbagai negara (tentunya membukukan hadis2 dari ulama di berbagai negara memerlukan dana transport & akomodasi besar).
Beliau mengajarkan dengan sukarela kepada murid-muridnya. Tidak ada 1 hadis pun yang dipatenkan. Kitabnya menjadi sumber ilmu hadis di masa sekarang.
KONTRA :
Ustad yang banyak bicara 10.000 kata dalam 1 jam ceramah di TV, hanya membacakan 5-10 ayat/hadis. Bayarannya sekali tampil 5-20 juta.
BUKTIKAN :
Jika suatu saat mereka diundang dakwah di TV atau di forum-forum pengajian ramadhan, tanpa bayaran, apakah mereka mau?
KOMENTAR BALIK :
Akan ada yg komen, kalau mereka tidak dibayar, terus mereka makan dari mana? Anak istrinya gimana?
JAWAB :
Banyak kok dai-dai/ulama yang tulus berdakwah dan mengajarkan Al Quran dan Al Hadis yang tidak mau dibayar. Tentunya mereka tidak populer karena memang tidak mencari popularitas belaka. Tapi amal sholih untuk mencerahkan umat. Dan biasanya mereka ini penguasaan dalilnya lebih banyak dan mendalam. (Saya ikuti ceramahnya dalam 1 jam ceramah dai seperti ini bisa membahas suatu judul ceramah dengan puluhan ayat/hadis).
Mereka adalah ulama-ulama/dai-dai yg bekerja kantoran, pedagang, pengusaha, atau pegawai negeri yang hidup dari gajinya / penghasilannya.
Itulah yg dilakukan para ulama dan ahli hadis terdahulu.
____________________________________________________
NB :
Memberikan uang transport atau semacam hadiah untuk ustad tidak dilarang selama itu adalah pemberian yang tidak disepakati (ikhlas oleh pemberi) dan penceramah tidak meminta.
Tapi sayang dai-dai kondang sekarang punya tim manajemen yang membahas nego acara sebelum si dai kondang tampil.
Nabi Muhammad tidak mencari keuntungan materi dari syiar agama.
Ingat : meski sudah menguasai sebagian besar jazirah Arab dan memenangkan belasan peperangan, Nabi Muhammad memilih gaya hidup miskin (sederhana) rumahnya hanya kamar-kamar yg mepet masjid nabawi. Bukan seperti rumah penguasa negara pada umumnya. Makanannya tidak pernah berubah jadi mewah, tapi tetap makanan seperti ketika beliau masih awal berjuang.
Para perowi hadis besar (tahun 800-1000) :
Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibn Majah, beliau semua tidak mengambil keuntungan dari ribuan hadis yang dipelajarinya dari berbagai negara (tentunya membukukan hadis2 dari ulama di berbagai negara memerlukan dana transport & akomodasi besar).
Beliau mengajarkan dengan sukarela kepada murid-muridnya. Tidak ada 1 hadis pun yang dipatenkan. Kitabnya menjadi sumber ilmu hadis di masa sekarang.
KONTRA :
Ustad yang banyak bicara 10.000 kata dalam 1 jam ceramah di TV, hanya membacakan 5-10 ayat/hadis. Bayarannya sekali tampil 5-20 juta.
BUKTIKAN :
Jika suatu saat mereka diundang dakwah di TV atau di forum-forum pengajian ramadhan, tanpa bayaran, apakah mereka mau?
KOMENTAR BALIK :
Akan ada yg komen, kalau mereka tidak dibayar, terus mereka makan dari mana? Anak istrinya gimana?
JAWAB :
Banyak kok dai-dai/ulama yang tulus berdakwah dan mengajarkan Al Quran dan Al Hadis yang tidak mau dibayar. Tentunya mereka tidak populer karena memang tidak mencari popularitas belaka. Tapi amal sholih untuk mencerahkan umat. Dan biasanya mereka ini penguasaan dalilnya lebih banyak dan mendalam. (Saya ikuti ceramahnya dalam 1 jam ceramah dai seperti ini bisa membahas suatu judul ceramah dengan puluhan ayat/hadis).
Mereka adalah ulama-ulama/dai-dai yg bekerja kantoran, pedagang, pengusaha, atau pegawai negeri yang hidup dari gajinya / penghasilannya.
Itulah yg dilakukan para ulama dan ahli hadis terdahulu.
____________________________________________________
NB :
Memberikan uang transport atau semacam hadiah untuk ustad tidak dilarang selama itu adalah pemberian yang tidak disepakati (ikhlas oleh pemberi) dan penceramah tidak meminta.
Tapi sayang dai-dai kondang sekarang punya tim manajemen yang membahas nego acara sebelum si dai kondang tampil.
Bagus komennya

Diubah oleh riyan_themars 19-08-2013 07:02
0
22.1K
Kutip
180
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan