- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Death Transport Episode 7 Release


TS
asii
Death Transport Episode 7 Release
Quote:
warning!thread ini hanya thread bayangan. kalo mau komen dan melihat daftar episode silahkan datang ke thread part 1 disini
Quote:
kemaren temen ane bilang, kalo ide cerita cerbung ane ini kopas dari film holywood...SORY YA GAN, STORY INI SEMUA FULL DARI PEMIKIRAN ANE: ORANG S E N S O R-N-E-S-I-A....
ane benci ama orang yang suka ngeremehin bangsa sendiri. kalo nggak percaya
nih fb ane http://www.facebook.com/rifxsdisitu ada post episode satu di catatannya.
ane benci ama orang yang suka ngeremehin bangsa sendiri. kalo nggak percaya
nih fb ane http://www.facebook.com/rifxsdisitu ada post episode satu di catatannya.
Spoiler for character:
AKHIRNYA SETELAH ANE BELAJAR GAMBAR DI LAPTOP, ANE BISA GAMBAR JUGA
Spoiler for Riza (main character):

Spoiler for Yanti:

Spoiler for Pak Feri:

Spoiler for Sukron:

Spoiler for special thanks:
thanks to agan-agan yang udah sabar nungguin kelanjutannya....
special thanks to agan rafaelmedia
Spoiler for Episode 7:
DEATH TRANSPORT (Part 7:We Fight!)
“Ada apa ini Fer?” tanyanya. Namun Feri berbalik tanpa berkata-kata ia langsung meninju wajah Rizki dengan tangan kanan dan melemparnya ke samping kiri. Pak Rifal ikut masuk namun baru sampai di pintu Rizki sudah menendangnya hingga ia terdorong ke luar ruangan. Seketika itu juga Feri menutup pintu yang terbuat dari besi dan langsung mengunci pintu yang memiliki model selop dari dalam. Pintu digedor-gedor oleh yang lain. “Kamprett...elu kenapa?” Teriak Yanti terdengar oleh ku dari luar. Lalu Feri mesang kuda-kuda siap bertarung. Aku bangkit disusul oleh Pak Rizki, kamipun juga memasang kuda-kuda siap berantem.
SS Banyu Emas, Deck Kelas 3, 25 Februari 2014 09:31
Aku danPak Rizki mulai maju untuk menghajar Pak Feri. Aku mencoba meninju Pak Feri ke arah wajah dengan tangan kanan tapi dia memegang tanganku, lalu ia merangkul pundakku dengan tangan kiri dan menghujamkan lututnya ke arah perutku dengan cepat. Setelah itu ia melemparku ke belakang, Pak Rizki mulai maju dan menghajarnya dengan tangan kiri lalu di lanjutkan dengan tangan kanan bertubi-tubi ke arah wajah Pak Feri, dengan sigap Pak Feri menangkis semua serangan itu dengan lengannya. Setelah tangkisan terakhir Pak Feri langsung menghujamkan pukulan dengan tangan kanan ke perut Pak Rizki dan kena telak. Pak Rizki menunduk menahan sakit. Lalu dengan cepat dengan sikunya, Pak Feri menghajar punggung Pak Rizki. Pak Rizki langsung tersungkur ke tanah, Pak Feri akan menginjak Pak Rizki dengan kaki kanannya. Sebelum Pak Feri menginjak Pak Rizki, aku memegang kakinya lalu menariknya kebelakang hingga jatuh lalu aku menaiki punggungnya dan memukul kepala belakangnya dengan tinju kanan ku. Lalu ia membalik badannya hingga aku jatuh kesamping. Dia begitu kuat, aku benar-benar kewalahan Pak Feri langsung menaiki perutku dan mencoba memukulku bertubi-tubi, tapi aku melindungi kepalaku dengan kedua lenganku. Dari belakang Pak Rizki mengangkat badan Pak Feri dan melemparkannya ke samping. Pak Rizki langsung menginjak perut Pak Feri. Saat akan menginjak lagi, Pak Feri langsung menahan kaki Pak Rizki dan melemparnya. Pak Rizki hampir jatuh, lalu Pak Feri langsung bangkit. Pak Feri maju dan langsung memukul wajah Pak Rizki. Pukulan telak membuat Pak Rizki jatuh, aku mencoba menendang pinggang Pak Feri sehingga ia bergeser ke samping, ia langsung menengok ke arahku. Aku mencoba lagi untuk memukul wajahnya dengan tangan kanan, tapi gerakannya lebih cepat dan lebih kuat dari ku. Pak Feri langsung memegang tangan kananku dengan tangan kiri dan langsung mencengkram leherku dengan tangan kanan. Dengan cepat ia mengangkatku lalu menjatuhkanku ke tanah dengann kuat. Punggungku sakit sekali, sampai aku lemas. Pak Rizki berdiri dan langsung berlari untuk memukul wajah Pak Feri dengan tangan kanan, tapi Pak Feri menghindarinya dan menendang punggungnya hingga jatuh tersungkur di sampingku.
“Kenapa Fer, kenapa lo nyerang gue?” tanya Pak Rizki.
Sambil memeperlihatkan lukanya ia tertawa dan berkata, “hahaha...heh bocah, tadi lo tanya luka ini kan? Lo inget ga rizki waktu kita di keroyok zombie di lorong tadi? Gue emang kena gigitan zombie sedikit” jawab Pak Feri.
“Gila dia kuat banget” kataku.
“emang saya merasa Feri jadi lebih kuat dan lebih cepat dari biasanya” kata Pak Rizki menjawab.
Aku dan Pak Rizki berdiri lagi. Kali ini kami menyerangnya bersamaan bertubi-tubi. Ketika aku selesai memukul, Pak Rizki menyembungnya hingga Pak Feri tidak bisa menyerang balik. Tapi Pak Feri benar-benar tak terkalahkan, ia menangkis semua pukulan dan tendangan kami berdua. Lalu kami melancarkan tendangan ke arah pinggangnya secara bersamaan. Pak Feri secara reflek langsung menangkis kaki kami dengan tangannya. Lalu dengan cepat maju dan mencengkram wajah kami dengan telapak tangannya dan menjatuhkan kami ke lantai, kepala ku pusing sekali. Darah segar mengalir dari kepalaku, Aku sudah menyerah melawan Pak Feri. Aku langsung berdiri dan berlari menuju pintu dan mencoba membuka pintunya, tapi Pak Feri memegang pundakku dan menarikku kebelakang hingga aku jatuh. Ia melompat ke arahku dan mencoba memukulku. Pak Rizki langsung memukul punggung pak Feri saat melompat di udara dengan kursi dari kayu hingga kursi itu hancur.
“Arrgghhhh...guarrrgghhh” Pak Feri bergumam.
Liurnya menetes, pandangan matanya kosong dan wajahnya pucat.
“gawat dia mau jadi zombie” Teriak Pak Rizki.
Aku langsung berdiri dan berlari menuju pintu. Pak Feri berdiri lagi dan mencoba berlari kearahku tapi Pak Rizki menghalaunya dan menjatuhkannya ke lantai lalu memukul kepalanya bertubi-tubi, Pak Feri melempar Pak Rizki kesamping dan bergantian menerkamnya. Sementara itu, aku berhasil membuka pintu.
“Yanti samurai gue” teriakku ke Yanti.
Yanti memberikan samurai ku. Lalu aku berlari kearah Pak Feri. Tepat sebelum Pak Feri mengigit Pak Rizki aku menusuk kepalanya dengan samuraiku, sementara Pak Rizki sudah berteriak. Aku menarik kembali samuraiku dari kepalanya. Tubuh Pak Feri ambruk di atas Pak Rizki, Pak rizki pun langsung melempar Pak Feri ke samping kanan. Pak Rizki terlentang di lantai menahan lelah, sementara aku menuju kursi di samping pintu sambil memegang kepala belakangku yang berdarah dan duduk di kursi itu menahan lelah dan pusing. Yanti langsung masuk diikuti yang lainnya dan mengeluarkan alat-alat p3k dari dalam tasnya. Dia mencoba mengobati kepalaku dengan antiseptic dan perban. “makasih ya yanti” kataku kepada Yanti.
“iya pret...lo ga ngapa-ngapa kan?” tanya Yanti.
“no, i’m fine” jawabku.
Lalu Prof. Brian tiba-tiba menodongku dengan tombaknya.
“Apa-apaan ini?” tanyaku.
“Tadi dari luar saya dengar kalo Tentara itu berubah jadi zombie” kata Prof. Brian sambil menunjuk Mayat Pak Feri.
“Lalu darah di kepalamu itu, apa kamu terinfeksi?” tanya Prof. Brian kepadaku.
“Dia tidak terinfeksi, luka di kepala itu dia dapat karena berantem sama Feri sebelum si Feri jadi zombie” kata Pak Rizki tiba-tiba menjawab.
“okeh, saya percaya” kata Prof. Brian sambil menarik todongannya.
Yanti kembali menyembuhkanku hingga selesai di perban ia tiba-tiba memelukku.
“aku khawatir tadi sama kamu” kata Yanti menitikkan air mata.
Hatinya melankolis sekali, aku Cuma memeluknya kembali sambil tersenyum. Lalu aku berbisik di telinga Yanti.
“kalo aku jadi zombie kamu mau kan bunuh aku?”. Yanti tidak menjawab apa-apa hanya pelukannya tambah erat di tubuhku.
“Heh professor?” tanya Pak Rizki kepada Profesor Brian.
“Apa?” jawab Prof Brian.
“Apakah salah satu efek dari virus itu adalah membuat korban menjadi lebih cepat dan lebih kuat?” tanya Pak Rizki lagi.
“Ya betul...memang penilitian ini benar-benar gila. Saya juga ga tau makhluk apa yang saya buat. Itulah kenapa dari awal saya menentang penelitian ini. Tapi pemerintah memaksa saya” jawab Profesor Brian.
“kita beristirahat saja disini dahulu, kita baru tidur sebentar kan? Lagi pula pintu ini dari besi sehingga cukup kuat menahan zombie-zombie di luar” perintah Pak Menteri kepada kami semua. “yap, betul lagipula Cuma tinggal sedikit lagi kita sampai deck Kendaraan mungkin 15 menit dari sekarang” sambung Rival.
Lalu Rival di bantu oleh Sukron memindahkan mayat Pak Feri keluar ruangan, lalu Pak Menteri mengunci pintu dari dalam. Kemudian kami semua tertidur di dalam ruangan itu, tidak sabar kami mendapatkan senjata di Deck Kendaraan dan meminta bantuan di ruang Nahkoda.
Bersambung...
-death transport Episode 7 end-
Selanjutnya di Death Transport (Episode 8: Terkepung), kami melanjutkan perjalanan ke Deck Kendaraan tapi...sial! deck kendaraan dipenuhi lebih banyak zombie.
“Ada apa ini Fer?” tanyanya. Namun Feri berbalik tanpa berkata-kata ia langsung meninju wajah Rizki dengan tangan kanan dan melemparnya ke samping kiri. Pak Rifal ikut masuk namun baru sampai di pintu Rizki sudah menendangnya hingga ia terdorong ke luar ruangan. Seketika itu juga Feri menutup pintu yang terbuat dari besi dan langsung mengunci pintu yang memiliki model selop dari dalam. Pintu digedor-gedor oleh yang lain. “Kamprett...elu kenapa?” Teriak Yanti terdengar oleh ku dari luar. Lalu Feri mesang kuda-kuda siap bertarung. Aku bangkit disusul oleh Pak Rizki, kamipun juga memasang kuda-kuda siap berantem.
SS Banyu Emas, Deck Kelas 3, 25 Februari 2014 09:31
Aku danPak Rizki mulai maju untuk menghajar Pak Feri. Aku mencoba meninju Pak Feri ke arah wajah dengan tangan kanan tapi dia memegang tanganku, lalu ia merangkul pundakku dengan tangan kiri dan menghujamkan lututnya ke arah perutku dengan cepat. Setelah itu ia melemparku ke belakang, Pak Rizki mulai maju dan menghajarnya dengan tangan kiri lalu di lanjutkan dengan tangan kanan bertubi-tubi ke arah wajah Pak Feri, dengan sigap Pak Feri menangkis semua serangan itu dengan lengannya. Setelah tangkisan terakhir Pak Feri langsung menghujamkan pukulan dengan tangan kanan ke perut Pak Rizki dan kena telak. Pak Rizki menunduk menahan sakit. Lalu dengan cepat dengan sikunya, Pak Feri menghajar punggung Pak Rizki. Pak Rizki langsung tersungkur ke tanah, Pak Feri akan menginjak Pak Rizki dengan kaki kanannya. Sebelum Pak Feri menginjak Pak Rizki, aku memegang kakinya lalu menariknya kebelakang hingga jatuh lalu aku menaiki punggungnya dan memukul kepala belakangnya dengan tinju kanan ku. Lalu ia membalik badannya hingga aku jatuh kesamping. Dia begitu kuat, aku benar-benar kewalahan Pak Feri langsung menaiki perutku dan mencoba memukulku bertubi-tubi, tapi aku melindungi kepalaku dengan kedua lenganku. Dari belakang Pak Rizki mengangkat badan Pak Feri dan melemparkannya ke samping. Pak Rizki langsung menginjak perut Pak Feri. Saat akan menginjak lagi, Pak Feri langsung menahan kaki Pak Rizki dan melemparnya. Pak Rizki hampir jatuh, lalu Pak Feri langsung bangkit. Pak Feri maju dan langsung memukul wajah Pak Rizki. Pukulan telak membuat Pak Rizki jatuh, aku mencoba menendang pinggang Pak Feri sehingga ia bergeser ke samping, ia langsung menengok ke arahku. Aku mencoba lagi untuk memukul wajahnya dengan tangan kanan, tapi gerakannya lebih cepat dan lebih kuat dari ku. Pak Feri langsung memegang tangan kananku dengan tangan kiri dan langsung mencengkram leherku dengan tangan kanan. Dengan cepat ia mengangkatku lalu menjatuhkanku ke tanah dengann kuat. Punggungku sakit sekali, sampai aku lemas. Pak Rizki berdiri dan langsung berlari untuk memukul wajah Pak Feri dengan tangan kanan, tapi Pak Feri menghindarinya dan menendang punggungnya hingga jatuh tersungkur di sampingku.
“Kenapa Fer, kenapa lo nyerang gue?” tanya Pak Rizki.
Sambil memeperlihatkan lukanya ia tertawa dan berkata, “hahaha...heh bocah, tadi lo tanya luka ini kan? Lo inget ga rizki waktu kita di keroyok zombie di lorong tadi? Gue emang kena gigitan zombie sedikit” jawab Pak Feri.
“Gila dia kuat banget” kataku.
“emang saya merasa Feri jadi lebih kuat dan lebih cepat dari biasanya” kata Pak Rizki menjawab.
Aku dan Pak Rizki berdiri lagi. Kali ini kami menyerangnya bersamaan bertubi-tubi. Ketika aku selesai memukul, Pak Rizki menyembungnya hingga Pak Feri tidak bisa menyerang balik. Tapi Pak Feri benar-benar tak terkalahkan, ia menangkis semua pukulan dan tendangan kami berdua. Lalu kami melancarkan tendangan ke arah pinggangnya secara bersamaan. Pak Feri secara reflek langsung menangkis kaki kami dengan tangannya. Lalu dengan cepat maju dan mencengkram wajah kami dengan telapak tangannya dan menjatuhkan kami ke lantai, kepala ku pusing sekali. Darah segar mengalir dari kepalaku, Aku sudah menyerah melawan Pak Feri. Aku langsung berdiri dan berlari menuju pintu dan mencoba membuka pintunya, tapi Pak Feri memegang pundakku dan menarikku kebelakang hingga aku jatuh. Ia melompat ke arahku dan mencoba memukulku. Pak Rizki langsung memukul punggung pak Feri saat melompat di udara dengan kursi dari kayu hingga kursi itu hancur.
“Arrgghhhh...guarrrgghhh” Pak Feri bergumam.
Liurnya menetes, pandangan matanya kosong dan wajahnya pucat.
“gawat dia mau jadi zombie” Teriak Pak Rizki.
Aku langsung berdiri dan berlari menuju pintu. Pak Feri berdiri lagi dan mencoba berlari kearahku tapi Pak Rizki menghalaunya dan menjatuhkannya ke lantai lalu memukul kepalanya bertubi-tubi, Pak Feri melempar Pak Rizki kesamping dan bergantian menerkamnya. Sementara itu, aku berhasil membuka pintu.
“Yanti samurai gue” teriakku ke Yanti.
Yanti memberikan samurai ku. Lalu aku berlari kearah Pak Feri. Tepat sebelum Pak Feri mengigit Pak Rizki aku menusuk kepalanya dengan samuraiku, sementara Pak Rizki sudah berteriak. Aku menarik kembali samuraiku dari kepalanya. Tubuh Pak Feri ambruk di atas Pak Rizki, Pak rizki pun langsung melempar Pak Feri ke samping kanan. Pak Rizki terlentang di lantai menahan lelah, sementara aku menuju kursi di samping pintu sambil memegang kepala belakangku yang berdarah dan duduk di kursi itu menahan lelah dan pusing. Yanti langsung masuk diikuti yang lainnya dan mengeluarkan alat-alat p3k dari dalam tasnya. Dia mencoba mengobati kepalaku dengan antiseptic dan perban. “makasih ya yanti” kataku kepada Yanti.
“iya pret...lo ga ngapa-ngapa kan?” tanya Yanti.
“no, i’m fine” jawabku.
Lalu Prof. Brian tiba-tiba menodongku dengan tombaknya.
“Apa-apaan ini?” tanyaku.
“Tadi dari luar saya dengar kalo Tentara itu berubah jadi zombie” kata Prof. Brian sambil menunjuk Mayat Pak Feri.
“Lalu darah di kepalamu itu, apa kamu terinfeksi?” tanya Prof. Brian kepadaku.
“Dia tidak terinfeksi, luka di kepala itu dia dapat karena berantem sama Feri sebelum si Feri jadi zombie” kata Pak Rizki tiba-tiba menjawab.
“okeh, saya percaya” kata Prof. Brian sambil menarik todongannya.
Yanti kembali menyembuhkanku hingga selesai di perban ia tiba-tiba memelukku.
“aku khawatir tadi sama kamu” kata Yanti menitikkan air mata.
Hatinya melankolis sekali, aku Cuma memeluknya kembali sambil tersenyum. Lalu aku berbisik di telinga Yanti.
“kalo aku jadi zombie kamu mau kan bunuh aku?”. Yanti tidak menjawab apa-apa hanya pelukannya tambah erat di tubuhku.
“Heh professor?” tanya Pak Rizki kepada Profesor Brian.
“Apa?” jawab Prof Brian.
“Apakah salah satu efek dari virus itu adalah membuat korban menjadi lebih cepat dan lebih kuat?” tanya Pak Rizki lagi.
“Ya betul...memang penilitian ini benar-benar gila. Saya juga ga tau makhluk apa yang saya buat. Itulah kenapa dari awal saya menentang penelitian ini. Tapi pemerintah memaksa saya” jawab Profesor Brian.
“kita beristirahat saja disini dahulu, kita baru tidur sebentar kan? Lagi pula pintu ini dari besi sehingga cukup kuat menahan zombie-zombie di luar” perintah Pak Menteri kepada kami semua. “yap, betul lagipula Cuma tinggal sedikit lagi kita sampai deck Kendaraan mungkin 15 menit dari sekarang” sambung Rival.
Lalu Rival di bantu oleh Sukron memindahkan mayat Pak Feri keluar ruangan, lalu Pak Menteri mengunci pintu dari dalam. Kemudian kami semua tertidur di dalam ruangan itu, tidak sabar kami mendapatkan senjata di Deck Kendaraan dan meminta bantuan di ruang Nahkoda.
Bersambung...
-death transport Episode 7 end-
Selanjutnya di Death Transport (Episode 8: Terkepung), kami melanjutkan perjalanan ke Deck Kendaraan tapi...sial! deck kendaraan dipenuhi lebih banyak zombie.
HARGAI USAHA TS DENGAN KOMEN YANG BERMUTU, BIAR ANE SEMANGAT NGELANJUTIN CERITANYA
Diubah oleh asii 17-08-2013 14:55
0
2.7K
Kutip
20
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan