Jangan hanya dibaca, pahami
Jangan hanya dilihat, resapi
Spoiler for Secarik surat:
Kepada tuanku Indonesia
Bagaimana kabar Tuan? Apa Tuan baik-baik saja? Ya.. ya.. aku tau Tuan sedang tidak baik. Aku tau Tuan lelah berbenah. Tapi begitulah takdir orang besar bukan?
Tuhan memberikan masalah yang besar hanya untuk orang-orang besar
Ya.. ya.. aku tau ini sulit. Tapi jauh lebih sulit untuk menerima kenyataan sebuah kegagalan bukan?
Hei Tuan tahu? Aku sudah rindu dengan makanan Tuan. Aku.. hmm bukan hanya aku tapi kami sampai-sampai meluapkan kerinduan kami dengan sorak demo di jalanan. Kadang kami harus bertengkar dengan kuat aparat di lantai aspal bernama jalanan. Memang sih, hal seperti ini jarang diprasastikan di koran. Mereka lebih tertarik dengan maraknya berita penangkapan lintah negara. Tuan tau? Kadang… malah selalu dan selalu kami mengisi perut kerontang kami dengan daging dan nasi puan dan tuan negri sebrang. Rasanya sedikit berbeda, aneh. Tapi tenang.. kami selalu setia dengan masakan Tuan kok, senantiasa menunggu seraya menghitung purnama penghabisan. Ngomong-ngomong apa Tuan sudah pensiun menanam padi? Atau beternak sapi? Aku tau Tuan sudah terlalu lelah, mengingat umur Tuan yang sudah lebih tua dari para pendiri bangsa. Cukuplah Tuan beristrahat dan kami secara bergantian akan mengurus Tuan. Oh ya, Tuan juga boleh memakai apa saja yang ada disini. Tak usah malu, toh ini semua milik Tuan. Kalau mau menginap di rumah kami, boleh. Merendam kaki Tuan di lautan aru, boleh. Menjejakan kaki Tuan di galian emas papua, ng.. kurasa sebaiknya jangan, disana gelap dan menakutkan. Lagi pula itu punya tuan dan puan negri sebrang, aneh ya? Tapi begitulah potretnya, keanehan tukang tidur bernama wakil rakyat. Iya.. iya aku tau tidak semuanya tukang tidur. Seperti yang tuan tau. Sebagian ada yang menjadi lintah penghisap darah rakyat yang berbentuk uang negara. Sebagian ada yang mengutamakan rumah mereka bernama partai. Seperseratus bagian beruntung ada yang mendengarkan suara kami yang tdak terdengar. Masalah partai bukan kah sangat aneh? Bukankah kita harus mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan partai? Ya, PKN 1 SMA, mungkin mereka tidak mempelajarinya? Atau mungkin, hal itu dilewat karena mereka merasa pintar? Ibu ku pernah menasihatiku:
Kamu memang pintar, tapi kamu melupakan hal-hal dasar
Begitu kata ibuku, memang sih beliau memarahi ku. Mungkin aku terlalu sombong ketika mendapat ranking 1 hehe.
Ini hanya saran sih dari ku eh maksudku dari kami, rakyat. Bukan kah tuan kenal dekat dengan wakil rakyat? Mungkin tuan bisa menyampaikannya. Tak perlu takut, jika mereka melawan tuan bisa memanggil kami. Kita bersama-sama akan menghentakkan kaki kita! Menggetarkan lutut-lutut nista mereka! Kita akan berteriak! Melenyapkan suara setan dari telinga mereka! Kami akan melakukannya tuan! Sungguh! Dan ketika mereka sadar, selebihnya itu urusan tuan.
Mungkin ini saja dari kami, rakyat. Kurang lebihnya mohon diterima.
Salam merdeka!
Ane nulis ini surat gara2 merasa tersentuh gan nonton vidio dirgahayu RI 68 "sudahkah kita merdeka" di tipi. Ane nyari di You tube gk ketemu video nya
Ane ga ngarep
Ane cuman ngarep jiwa nasionalisme agan&aganwati tumbuh