- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Meraih Lima Keyakinan untuk Kesucian Hati


TS
kemalmahendra
Meraih Lima Keyakinan untuk Kesucian Hati
Berakhirnya Ramadan ini memiliki misi, yakni untuk membersihkan hati. Orang yang berhati bersih adalah orang yang bisa mengatakan laa ilaha illallah (tiada ilah selain Allah) dengan sepenuh keyakinan. Orang-orang yang menuhankan ilah-ilah lain di hatinya pasti tidak bisa bahagia. Bahagia muncul ketika kita bisa berhasil meniadakan ilah-ilah selain Allah di hati. Ilah adalah yang mendominasi hati kita sehingga hati senantiasa terpaut padanya, selalu ingin mengabdinya, ingin senantiasa dekat dengannya, takut jauh, selalu berbuat sesuatu untuk menyenangkannya. Apabila “nya” di sini adalah selain Allah, maka itu sumber kemusyrikan yang akan menderitakannya. Karena ia akan mengabdi kepada yang dianggapnya bisa memuaskannya itu, yang lemah dan palsu.
Maka dari itu kita perlu memiliki lima keyakinan untuk bisa menjalani kehidupan ini dengan bersih hati dan kembali fitrah: Pertama, yakini semua ciptaan Allah SWT. Yakinilah bahwa orang-orang tidak bisa menciptakan dirinya sendiri. Orang akan tenang apabila kembali mengingat kepada penciptanya atas apa pun yang ada pada penciptaannya. Maka tidak ada minder, apabila wajahnya dirasa kurang sesuai, dalam pandangan manusia, misalnya. Dan akan senantiasa membawa zikir kepada Allah SWT apabila senantiasa dikembalikan kepada penciptanya.
Kedua, yakinlah Allah SWT yang memiliki semuanya. Kita lahir tidak membawa apa-apa, mati juga tidak membawa apa-apa. Dunia tetap di sini saja dari dulu. Sehebat apapun orang pasti mati tidak membawa apa-apa. Bahkan jasadnya akan habis digerogoti cacing dan belatung, kecuali para kekasih Allah yang tanah pun enggan untuk melukainya. Sehingga apabila melihat dunia ini jangan terpesona, karena hanya titipan Allah SWT saja, dan mampir sebentar saja. Apa yang kita dapatkan dari dunia ini pun yang dimakan akan menjadi kotoran, yang dipakai menjadi usang, yang dinafkahkan di jalan Allah, itulah yang abadi menjadi amal. Sedangkan tabungan yang penuh dan pangkat yang tinggi hanya mengaku-ngaku saja. Ketika meninggal, itu semua akan ditinggalkan, atau semua itu akan meninggalkan kita ketika kita masih hidup. Maka makin merasa itu merupakan titipan, akan makin tenang hidup ini.
Ketiga, yakinilah bahwa semua diurus oleh Allah SWT. Kita tidak tahu tentang apa yang ada di tubuh kita ini. Selama ini kita tidak mengurusnya lebih jauh, tapi beres berjalan sehingga kita masih hidup seperti saat ini. Anak-anak kita pun tidak tahu bagaimana ia berproses hidup, tapi beres-beres saja. Maka tugas kita seesungguhnya adalah patuh saja, Allah SWT yang mengurus apa pun, bahkan yang kita tidak terpikirkan sedikit pun untuk bisa mengurusnya.
Keempat, yakinilah bahwa suatu takdir itu hanya dari Allah SWT. Terserah Allah SWT saja. Mau dibuat sakit, atau sehat pasti baik bagi orang yang beriman. Semua perbuatan Allah SWT bagi orang yang beriman pasti baik. Yang tidak baik karena tidak rido, dan salah menyikapinya. Tidak ada kerugian bagi orang yang beriman. Kita menderita bukan karena takdir. Seorang orang tua pasti tidak akan menjerumuskan anaknya kepada penderitaan. Bagi Allah SWT, kasih sayangnya lebih dari itu. Maka dari itu yakinilah bahwa semua rangkaian takdir Allah SWT pasti baik bagi orang yang beriman.
Kelima, tidak ada yang terjadi tanpa ijin Allah SWT. Walau bergabung jin manusia akan memberi sebutir nasi, pasti tidak akan terjadi, sedangkan apabila akan memberikan kemudharatan baginya, pasti tidak akan terjadi tanpa izin-Nya. Sehingga jangan pernah bersandar kepada makhluk karena ia tidak bisa memberi manfaat, dan menimpakan mudharat. Makhluk tdak bisa membawa mudharat tanpa ijin-Nya. Sehingga tertancap jiwa “laa haula wala quwwata illa billah”. Semakin hati yakin kepada Allah, maka pasti dicukupi.
"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka baginya pasti akan dicukupi". (QS Ath-thalaq: 3)
Semakin ragu kepada Allah SWT, maka akan semakin goyah, selalu cemas, takut sandarannya lepas. Ia pasti yang mendominasi hatinya adalah selain Allah SWT. Bergaul dengan sesama adalah untuk kita berikan yang terbaik dari hidup kita dengan tanpa berharap dan bergantung.
Hiruk pikuk di dunia ini jangan sampai memenuhi hati, karena episode ini hanya mampir dan sebentar saja, melainkan penuhi oleh Allah SWT saja. Persoalan apa pun serahkan kepada Allah SWT, nanti Allah SWT yang akan membimbing. Maka tidak ada yang termahal dalam hidup ini kecuali ketenangan. Apa yang kita inginkan jangan ngotot mesti terjadi, tapi ngotot untuk kita bisa lebih taat, itu bagus. Sedangkan keinginan pribadi itu belum tentu yang terbaik bagi dirinya.
Jangan berlama-lama memikirkan keinginan, jangan berlama-lama dalam menghadapi persoalan hidup, kecuali segera dimintakan kepada Allah SWT , segera kembalikan kepada Allah SWT. Semakin cepat kembali Allah SWT, semakin sering ingat kepada Allah SWT dan semakin bulat yakin kepada Allah, sehingga benar-benar ia telah menuhankan Allah SWT, maka akan lebih tenang dalam menjalani hidup ini, dan itulah artinya Idul Fitri, kembali kepada menuhankan Allah SWT, kembali kepada fitrah, yang suci, bahwa manusia kembali kepada fitrah dirinya.
Maka dari itu kita perlu memiliki lima keyakinan untuk bisa menjalani kehidupan ini dengan bersih hati dan kembali fitrah: Pertama, yakini semua ciptaan Allah SWT. Yakinilah bahwa orang-orang tidak bisa menciptakan dirinya sendiri. Orang akan tenang apabila kembali mengingat kepada penciptanya atas apa pun yang ada pada penciptaannya. Maka tidak ada minder, apabila wajahnya dirasa kurang sesuai, dalam pandangan manusia, misalnya. Dan akan senantiasa membawa zikir kepada Allah SWT apabila senantiasa dikembalikan kepada penciptanya.
Kedua, yakinlah Allah SWT yang memiliki semuanya. Kita lahir tidak membawa apa-apa, mati juga tidak membawa apa-apa. Dunia tetap di sini saja dari dulu. Sehebat apapun orang pasti mati tidak membawa apa-apa. Bahkan jasadnya akan habis digerogoti cacing dan belatung, kecuali para kekasih Allah yang tanah pun enggan untuk melukainya. Sehingga apabila melihat dunia ini jangan terpesona, karena hanya titipan Allah SWT saja, dan mampir sebentar saja. Apa yang kita dapatkan dari dunia ini pun yang dimakan akan menjadi kotoran, yang dipakai menjadi usang, yang dinafkahkan di jalan Allah, itulah yang abadi menjadi amal. Sedangkan tabungan yang penuh dan pangkat yang tinggi hanya mengaku-ngaku saja. Ketika meninggal, itu semua akan ditinggalkan, atau semua itu akan meninggalkan kita ketika kita masih hidup. Maka makin merasa itu merupakan titipan, akan makin tenang hidup ini.
Ketiga, yakinilah bahwa semua diurus oleh Allah SWT. Kita tidak tahu tentang apa yang ada di tubuh kita ini. Selama ini kita tidak mengurusnya lebih jauh, tapi beres berjalan sehingga kita masih hidup seperti saat ini. Anak-anak kita pun tidak tahu bagaimana ia berproses hidup, tapi beres-beres saja. Maka tugas kita seesungguhnya adalah patuh saja, Allah SWT yang mengurus apa pun, bahkan yang kita tidak terpikirkan sedikit pun untuk bisa mengurusnya.
Keempat, yakinilah bahwa suatu takdir itu hanya dari Allah SWT. Terserah Allah SWT saja. Mau dibuat sakit, atau sehat pasti baik bagi orang yang beriman. Semua perbuatan Allah SWT bagi orang yang beriman pasti baik. Yang tidak baik karena tidak rido, dan salah menyikapinya. Tidak ada kerugian bagi orang yang beriman. Kita menderita bukan karena takdir. Seorang orang tua pasti tidak akan menjerumuskan anaknya kepada penderitaan. Bagi Allah SWT, kasih sayangnya lebih dari itu. Maka dari itu yakinilah bahwa semua rangkaian takdir Allah SWT pasti baik bagi orang yang beriman.
Kelima, tidak ada yang terjadi tanpa ijin Allah SWT. Walau bergabung jin manusia akan memberi sebutir nasi, pasti tidak akan terjadi, sedangkan apabila akan memberikan kemudharatan baginya, pasti tidak akan terjadi tanpa izin-Nya. Sehingga jangan pernah bersandar kepada makhluk karena ia tidak bisa memberi manfaat, dan menimpakan mudharat. Makhluk tdak bisa membawa mudharat tanpa ijin-Nya. Sehingga tertancap jiwa “laa haula wala quwwata illa billah”. Semakin hati yakin kepada Allah, maka pasti dicukupi.
"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka baginya pasti akan dicukupi". (QS Ath-thalaq: 3)
Semakin ragu kepada Allah SWT, maka akan semakin goyah, selalu cemas, takut sandarannya lepas. Ia pasti yang mendominasi hatinya adalah selain Allah SWT. Bergaul dengan sesama adalah untuk kita berikan yang terbaik dari hidup kita dengan tanpa berharap dan bergantung.
Hiruk pikuk di dunia ini jangan sampai memenuhi hati, karena episode ini hanya mampir dan sebentar saja, melainkan penuhi oleh Allah SWT saja. Persoalan apa pun serahkan kepada Allah SWT, nanti Allah SWT yang akan membimbing. Maka tidak ada yang termahal dalam hidup ini kecuali ketenangan. Apa yang kita inginkan jangan ngotot mesti terjadi, tapi ngotot untuk kita bisa lebih taat, itu bagus. Sedangkan keinginan pribadi itu belum tentu yang terbaik bagi dirinya.
Jangan berlama-lama memikirkan keinginan, jangan berlama-lama dalam menghadapi persoalan hidup, kecuali segera dimintakan kepada Allah SWT , segera kembalikan kepada Allah SWT. Semakin cepat kembali Allah SWT, semakin sering ingat kepada Allah SWT dan semakin bulat yakin kepada Allah, sehingga benar-benar ia telah menuhankan Allah SWT, maka akan lebih tenang dalam menjalani hidup ini, dan itulah artinya Idul Fitri, kembali kepada menuhankan Allah SWT, kembali kepada fitrah, yang suci, bahwa manusia kembali kepada fitrah dirinya.
0
1K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan