- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menanggapi Perseteruan Ustadz Solmed dan Organisasi Muslim Hong Kong
TS
Salamander19
Menanggapi Perseteruan Ustadz Solmed dan Organisasi Muslim Hong Kong
Quote:
Quote:
Tulisan ini diambil dari seorang penulis Idaraihan
Quote:
Selasa, 13 Agustus 2013 lalu, saat saya tengah berkunjung ke rumah salah seorang sahabat di daerah Gandaria, Teve di rumah sahabat tersebut sedang menanyangkan sebuah berita yang menarik perhatian saya. Seorang ustadz muda yang wajahnya sudah sering nongol di Teve (katanya - karena saya sendiri belum pernah menyaksikan ceramahnya di Teve) seperti sedang mengklarifikasi sesuatu. Saya yang tak pernah tertarik dengan gosip-gosip artis ataupun Ustadz-Ustadz muda jaman kini, tiba-tiba merasa tertarik untuk menyimak. Semua karena berhubungan dengan Hong Kong.
Saya langsung mencari tahu, bagaimana kronologinya. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi.
Berita yang saya dapat dari sisi organisasi Hong Kong, Thariqul Jannah, yang berencana mengundang Ustadz Solmed untuk mengisi pengajian di Sheung Wan – Hong Kong, pada 15 September nanti, akhirnya memutuskan untuk membatalkan undangannya. Itu mereka lakukan karena Ustadz Solmed memiliki banyak permintaan. Dari minta penginapan yang mewah, tiket PP Jakarta – Hong Kong untuk empat orang, sampai meminta bagian dari uang penjualan tiket dan infak.
Sementara yang saya tangkap dari pemberitaan dan keterangan Ustadz di televisi, sangat bertentangan dengan pihak organisasi Hong Kong. Ustadz Solmed merasa telah melakukan yang benar karena menolak untuk mengisi dakwah di Hong Kong jika para pelaksana pengajiannya tetap mematok tarif untuk setiap peserta yang datang. Sementara pelaksana di Hong Kong menuduh Ustad Solmed telah menyalahi janji untuk datang ke Hong Kong.
Dalam pernyataannya kemarin juga, Ustadz Solmed berkata, bahwa beliau melakukan pembatalan itu karena tidak mau dakwahnya dimanfaatkan sebagai ajang bisnis oleh organisasi yang mengundangnya. Sebagai warga yang pernah tinggal dan berorganisasi di Hong Kong, maka saya jmerasa tersentil, dan tergelitik untuk ikut menanggapi perkataan beliau ini.
Ustadz Solmed SALAH BESAR jika mengatakan penarikan biaya yang berkisar antara HKD $ 20 – HKD $ 100 ini, adalah bisnis. Saya tahu betul pemanfaatan uang yang terkumpul dari hasil penjualan tiket pengajian tersebut. Tak sepeserpun uang-uang tersebut masuk ke dalam kantong para BMI yang mengadakan kegiatan. Mereka melakukan itu, karena untuk mengadakan pengajian besar dengan mendatangkan Ustadz dari luar negeri tentulah membutuhkan biaya yang sangat besar.
Untuk biaya gedung saja terkadang bisa mecapai, HKD $ 25.000 (tergantung gedung mana). Tiket Pulang-Pergi Ustadz sendiri bisa mencapai HKD $ 5.000. Untuk biaya makan dan tinggal di selama di Hong Kong. Belum lagi jika si Ustadz ingin mengunjungi tempat-tempat tertentu Seperti Salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia, Patung Buddha, Patung Lilin dan lain-lain. Besarnya biaya bisa melebihi HKD $ 50.000 (Setara Rp 60.000.000-an). Biaya sebegitu besar, bisa didapat dari mana jika tidak diangkat secara gotong royong dengan para jamaah yang hadir? Sedangkan uang dari sponsor, seperti yang diungkapkan Ustadz Solmed sebagai dana transportasi kemarin, tidaklah mungkin akan mampu menutupi semua biaya itu. Paling besar dana yang didapat dari sponsor tidak melebihi HKD $ 10.000! Itupun sudah gabungan dari puluhan sponsor.
Jika pada pengajian tersebut menyisakan dana setelah pemotongan pembiayaan semua administrasi, uang tetap tidak akan pernah menjadi bagian para penyelenggara.
Para Muslimah di Hong Kong yang notabenenya adalah Pekerja Rumah Tangga, juga sangat faham hak dan kewajiban. Mereka tidak buta ilmu pengetahuan tentang agama. Sebagian dari organisasi di Hong Kong memiliki Yayasan di Indonesia. Entah itu Yayasan Yatim Piatu, Badan Zakat, atau pemberdayaan Ummat. Dan bagi yang belum memiliki yayasan sendiri, mereka menjadi donator tetap beberapa Yayasan sekaligus setiap bulannya.
Sebagai salah satu anggota Organisasi Majelis Muslimah Meifoo Hong Kong, dan juga Forum Lingkar Pena Hong Kong, saya dan ratusan anggota lainnya sudah tahu harus dikemanakan uang-uang tersebut. Tidak lain untuk menyumbang sebagian masyarakat kita di Indonesia. Ini adalah cara efektif untuk menggalang dana guna membantu saudara-saudara kita di tanah air.
JADI SALAH BESAR JIKA PUNYAI PIKIRAN BAHWA PENGAJIAN DI HONG KONG ADALAH LADANG BISNIS PARA MUSLIM/MUSLIMAH DI SANA!
Ida Raihan
Kramat Jati, Kamis, 15 Agustus 2013 (Dzuhur Time, 11:58)
Saya langsung mencari tahu, bagaimana kronologinya. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi.
Berita yang saya dapat dari sisi organisasi Hong Kong, Thariqul Jannah, yang berencana mengundang Ustadz Solmed untuk mengisi pengajian di Sheung Wan – Hong Kong, pada 15 September nanti, akhirnya memutuskan untuk membatalkan undangannya. Itu mereka lakukan karena Ustadz Solmed memiliki banyak permintaan. Dari minta penginapan yang mewah, tiket PP Jakarta – Hong Kong untuk empat orang, sampai meminta bagian dari uang penjualan tiket dan infak.
Sementara yang saya tangkap dari pemberitaan dan keterangan Ustadz di televisi, sangat bertentangan dengan pihak organisasi Hong Kong. Ustadz Solmed merasa telah melakukan yang benar karena menolak untuk mengisi dakwah di Hong Kong jika para pelaksana pengajiannya tetap mematok tarif untuk setiap peserta yang datang. Sementara pelaksana di Hong Kong menuduh Ustad Solmed telah menyalahi janji untuk datang ke Hong Kong.
Dalam pernyataannya kemarin juga, Ustadz Solmed berkata, bahwa beliau melakukan pembatalan itu karena tidak mau dakwahnya dimanfaatkan sebagai ajang bisnis oleh organisasi yang mengundangnya. Sebagai warga yang pernah tinggal dan berorganisasi di Hong Kong, maka saya jmerasa tersentil, dan tergelitik untuk ikut menanggapi perkataan beliau ini.
Ustadz Solmed SALAH BESAR jika mengatakan penarikan biaya yang berkisar antara HKD $ 20 – HKD $ 100 ini, adalah bisnis. Saya tahu betul pemanfaatan uang yang terkumpul dari hasil penjualan tiket pengajian tersebut. Tak sepeserpun uang-uang tersebut masuk ke dalam kantong para BMI yang mengadakan kegiatan. Mereka melakukan itu, karena untuk mengadakan pengajian besar dengan mendatangkan Ustadz dari luar negeri tentulah membutuhkan biaya yang sangat besar.
Untuk biaya gedung saja terkadang bisa mecapai, HKD $ 25.000 (tergantung gedung mana). Tiket Pulang-Pergi Ustadz sendiri bisa mencapai HKD $ 5.000. Untuk biaya makan dan tinggal di selama di Hong Kong. Belum lagi jika si Ustadz ingin mengunjungi tempat-tempat tertentu Seperti Salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia, Patung Buddha, Patung Lilin dan lain-lain. Besarnya biaya bisa melebihi HKD $ 50.000 (Setara Rp 60.000.000-an). Biaya sebegitu besar, bisa didapat dari mana jika tidak diangkat secara gotong royong dengan para jamaah yang hadir? Sedangkan uang dari sponsor, seperti yang diungkapkan Ustadz Solmed sebagai dana transportasi kemarin, tidaklah mungkin akan mampu menutupi semua biaya itu. Paling besar dana yang didapat dari sponsor tidak melebihi HKD $ 10.000! Itupun sudah gabungan dari puluhan sponsor.
Jika pada pengajian tersebut menyisakan dana setelah pemotongan pembiayaan semua administrasi, uang tetap tidak akan pernah menjadi bagian para penyelenggara.
Para Muslimah di Hong Kong yang notabenenya adalah Pekerja Rumah Tangga, juga sangat faham hak dan kewajiban. Mereka tidak buta ilmu pengetahuan tentang agama. Sebagian dari organisasi di Hong Kong memiliki Yayasan di Indonesia. Entah itu Yayasan Yatim Piatu, Badan Zakat, atau pemberdayaan Ummat. Dan bagi yang belum memiliki yayasan sendiri, mereka menjadi donator tetap beberapa Yayasan sekaligus setiap bulannya.
Sebagai salah satu anggota Organisasi Majelis Muslimah Meifoo Hong Kong, dan juga Forum Lingkar Pena Hong Kong, saya dan ratusan anggota lainnya sudah tahu harus dikemanakan uang-uang tersebut. Tidak lain untuk menyumbang sebagian masyarakat kita di Indonesia. Ini adalah cara efektif untuk menggalang dana guna membantu saudara-saudara kita di tanah air.
JADI SALAH BESAR JIKA PUNYAI PIKIRAN BAHWA PENGAJIAN DI HONG KONG ADALAH LADANG BISNIS PARA MUSLIM/MUSLIMAH DI SANA!
Ida Raihan
Kramat Jati, Kamis, 15 Agustus 2013 (Dzuhur Time, 11:58)
Spoiler for Sumber:
http://jakarta.kompasiana.com/layanan-publik/2013/08/15/menanggapi-perseteruan-ustadz-solmed-dan-organisasi-muslim-hong-kong-584427.html
Spoiler for Sangat Kontras Dengan Ustadz Dari Tanah Papua Ini :
Quote:
Quote:
Sangat berbeda dengan salah satu sosok ini, Ustad dari Tanah Papua
Quote:
Di awal Ramadhan ini, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Komisariat Tokyo Institute of Technology (TITECH) mendatangkan da’i dari Indonesia untuk selama beberapa hari memberikan tausiah dalam pengajian PPI kultum menjelang buka puasa dan taraweh di mushola TITECH. Saya baru sempat mengikuti tausiah Ustad Fadlan kemarin pas sholat Jumat di mushola TITECH dan dilanjutkan pengajian menjelang magrib, sebelum berbuka puasa.
Terus terang saya belum pernah mendengar nama Ustad Fadlan sebelumnya, tapi setelah mendengar ceramahnya kemarin saya jadi tertarik untuk mencari informasi lebih mengenai beliau. Sebagai seorang da`i di daerah yang relatif masih ketinggalan dibandingkan daerah lain di Indonesia, kisah dakwah Ustad Fadlan sangat menarik dan menginspirasi. Saat ini banyak suku-suku di Papua sudah mengenal Islam dan akhirnya meninggalkan budaya “primitif” mereka setelah mengenal Islam.
Sangat menarik mendengar cerita Ustad Fadlan yang mengalami banyak tantanganketika mendekati para suku-suku dan kabilah-kabilah di Papua. Tapi itu tidak menyurutkan niatnya untuk tetap menyebarkan ajaran Islam di Papua. Pernah kena tombak dan panah beracun oleh suku-suku pedalaman Papua, tapi diujungnya berbuah manis, karena yang awalnya memusuhinya, menurut Pak Ustad karena belum kenal, akhirnya ketua suku dan pengikut-pengikutnya banyak yang menerima ajaranIslam lalu mengucapkan kalimat syahadat.
Motivasi Ustad Fadlan menjadi da’i di Papua karena tergerak melihat keadaan suku-suku di sana yang masih bisa dibilang primitif,tidak berpakaian, sangat jarang mandi dan kalau pun mandi tidak menggunakan sabun. Ini lah yang pertama kali menjadi jalan masuk Ustad Fadlan untuk mendekati para suku-suku tersebut. Diajarkan hal-hal mengenai kebersihan, diajakan cara mandi yang baik dan juga diajarkan cara memuat sabun dari bahan baku yang tesedia di sana. Lalu perlahan-lahan mereka mulai merasakan manfaat cara hidup yang bersih dan pada akhirnya juga ikut memeluk Islam.
Latar belakang pendidikanUstad Fadlan yang asli Fak-Fak bukan pendidikan tarbiyah atau syariah dan bukan juga dari pesantren. Beliau adalah Master Ekonomi lulusan S1 dan S2 dari Fakultas Ekonomi Unhas. Tapi semangat dakwah beliau tidak kalah dibandingkan dengan ustad jebolan pesantren dan fakultas Dirosah PT. Apalagi alau dibandingkan dengan ustad selebriti yang tipa hari ceramah di TV,menceramahi orang yang notabene sudah beragama Islam, tentunya tantangan menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat yang masih menganut kepercayaan nenek moyang akan lebih berat, baik secara fisik mau pun mental.
Papua memang merupakan daerah yang sangat potensial untuk menyebarkan ajaran Islam, karena kebanyakan penduduknya masih menganut kepercayaan nenek moyang turun temurun. Saya ingat kisah tentang penjual sepatu yang ditempatkan di daerah yang semua penduduknya tidak bersepatu atau tidak mengenal budaya bersepatu. Penjual sepatu yang satu pesimis, menurutnya di daerah ini sepatu tidak akan laku karena budaya orang di daerah ini tidak mengenal sepatudan pasti tidak butuh sepatu. Sementara seorang penjual sepatu yang lain melihat dengan optimis, bahwa justru ini daerah potensial, karena belum ada yang bersepatu, semua bisa menjadi calon pemakai septu yang potensial, asal bisa diberikan pengertian tentang manfaat sepatu danmerubah mindset mereka dari budaya lama ke budaya baru yang tentunya lebih positif. Begitu pula yang dilakukan oleh Ustad Fadlan, merubah budaya lama penduduk Papua dengan budaya baru yang lebih manusiawi.
Sumber
Diubah oleh Salamander19 16-08-2013 07:51
0
5K
Kutip
39
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan