Bangkitkan Patriotisme, Film Indonesia bertemakan Perjuangan Kemerdekaan
TS
gwennadisci
Bangkitkan Patriotisme, Film Indonesia bertemakan Perjuangan Kemerdekaan
Budayakan Comment dan Rate 5
Film sejarah atau film perjuangan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini kian terlupakan, betapa tidak stasiun TV yang kita harapkan menayangkannya pun kini semakin menciut dan bahkan sudah tidak ada lagi yang mau menayangkannya. Menjelang peringatan 17 Agustus kelahiran Indonesia ini, kalau dahulu film-film perjuangan masih di putar di TV swasta kita yang dapat memberikan pengetahuan bagi generasi penerus, gambaran suatu perjuangan masa lalu, kini makin sulit di temui.
Peringatan 17 Agustus kini lebih di dominasi dengan acara musik walau itu tujuannya adalah dalam rangka peringatan 17 Agustus. Kali ini TS akan menyajikan beberapa film yang dapat membangkitkan semangat perjuangan Indonesia. Tentu dengan kerangka kulit film jadul. Cekidot gan
Quote:
Lebak Membara
Spoiler for :
Dengan latar belakang zaman penjajahan Jepang, di daerah Lebak dekat Cirebon tersebutlah seorang pemuda perkasa bernama Herman (George Rudy). Ia ditahan di markas tentara Jepang karena membela gurunya yang dianggap bersalah. Penahanan Herman tidak berlangsung lama oleh pertimbangan Letnan Izumi (Usman Effendy) dan Kapten Nakamura (El Manik). Kedua perwira Jepang itu khawatir kalau pemuda-pemuda kawan Herman akan membalas dendam.
Tetapi, tanpa setahu komandannya sejumlah serdadu Jepang merudapaksa Marni (Minati Atmanegara) kekasih Herman. Kejadian itu membuat Herman naik pitam dan membunuh beberapa serdadu Jepang. Herman kembali jadi buron. Ayahnya dan Marni ditangkap. Herman tetap melarikan diri dan bergabung dengan kelompok pejuang, lalu menyerang kubu pertahanan Jepang.
Jepang sendiri sudah diambang pintu kekalahan, dengan meledaknya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki serta kedatangan sekutu. Kemudian Indonesia menyatakan proklamasi kemerdekaan. Sebagai perwira, Kapten Nakamura tetap bertahan. Perlawanan sengit oleh para pejuang pun terjadi, di antaranya Herman.
Film garapan Imam Tantowi ini menjadi film unggulan di FFI 1984 untuk scenario Terbaik dan Pameran Pembantu Wanita Terbaik (Dana Chistina).
Quote:
Janur Kuning
Spoiler for :
Janur juning di produksi pada tahun 1979. film yang disutradarai oleh Alam Rengga Surawidjaja ini dibintangi antara lain oleh Kaharudin Syah, Deddy Sutomo, Dicky Zulkarnaen, Amak Baldjun dan Sutopo H.S Film ini merupakan film kedua tentang peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 (sebelumnya film Enam Jam di Jogja yang di produksi 1951).
Film ini bisa dibilang film dengan biaya termahal saat itu, sekitar 375 juta dan sempat macet sebulan saat syuting karena kehabisan biaya. Biaya sebanyak ini digunakan untuk membuat 300 seragam tentara dan seragam untuk sekitar 8000 orang pemain figuran.
Film ini mendapat Mendali Emas PARFI, FFI 1980 untuk Pameran Harapan Pria (Amak Baldjun), Plaket PPFI, FFI 1980 untuk produser Filma yang mengolah Perjuangan Bangsa. Unggulan FFI 1980 untuk Pameran Pembatu Pria (Amak Baldjun).
Janur Kuning menceritakan perjuangan pejuang Indonesia dalam meraih kembali kemerdekaannya yang direbut oleh pasukan sekutu dan berhasil merebut kota Yogyakarta selama 6 jam. Janur kuning adalah lambang yang dipakai para pejuang sebagai tanda perjuangan saat itu.
Quote:
Nagabonar
Spoiler for :
Film berdurasi 95 menit ini digarap sutradara M.T. Risyaf pada 1987. Nagabonar (Deddy Mizwar), adalah seorang pecopet yang mendapatkan kesempatan menyebut dirinya seorang Jenderal di pasukan kemerdekaan Indonesia di Sumatera Utara.
Pada awalnya Nagabonar melakukan ini hanya sekedar untuk mendapatkan kemewahan hidup sebagai seorang jenderal, akan tetapi pada akhirnya dia menjadi seorang tentara yang sesungguhnya, dan memimpin Indonesia dalam peperangan bersama pasukannya termasuk Kirana (Nurul Arifin), Bujang (Afrizal Anoda), dan Mak (Roldyah Matulessy).
Film Nagabonar memborong enam Piala Citra dalam ajang FFI 1987, yakni untuk kategori Film terbaik, Aktor terbaik (Deddy Mizwar), Pemeran Pembantu Terbaik (Roldiah Matulessy), Cerita Asli dan Skenario Terbaik (Asrul Sani), Penata Suara Terbaik (Hadi Hartomo), dan Penata Musik Terbaik (Franky Raden).
Selain itu, film ini juga menjadi film Indonesia pertama yang masuk dalam seleksi film berbahasa asing di ajang Academy Award. Selain dibuat skuelnya (Nagabonar Jadi 2), tahun ini, Nagabonar kembali diputar ulang di bioskop setelah melewati proses remastering.
Quote:
Tjoetnya’ Dhien
Spoiler for :
Film ini menceritakan tentang pejuang wanita asal Aceh, Tjoet Nya’ Dhien dan bagaimana dia dokhianati salah satu jendralnya , Pamglima Laot.
Tjoet Nya’ Dhien di buat tahun 1988 distudarai Eros Djarot. Syutingnya memakan waktu sekitar 2,5 tahun dengan menghabiskan biaya sekitar 1,5 milyar rupiah.
Film ini memenangkan piala Citra sebagai film terbaik. Dibintangi Christine Hakim sebagai Tjoet Nya’ Dhien, Piet Burnama sebagai panglima Laot, Rudy Wowor sebagai Snouck Hurgronje dan Slamet Raharjo sebagai Teuku Umar.
Tjoet Nya’ Dhien jadi film terlaris di Jakarta pada 1988 dengan 214.458 penonton (data dari perfin). Film ini juga merupakan film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes pada tahun 1989. Film ini mendapat piala Citra FFI 1988 untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Pameran Utama Terbaik, Cerita Terbaik, Musik Terbaik, Fotografi Terbaik, dan Artistik.
Quote:
Soerrabaja’45
Spoiler for :
Film ini berdasarkan kisah nyata di Surabaya saat merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Dalam pertempuran ini banyak Arek Suroboyo yang gugur. Yang kemudian terkenal dengan sebutan peristiwa 10 November.
Film ini dimulai ketka Jep[ang kalah perang dan proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang di radio-radio.
Ketika pasukan Inggris yang tiba di Surabaya, masyarakat menerima, sebab pasukan Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang. Masalah-masalah muncul ketika Inggris tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Pemuda-pemuda Surabaya pun angkat senjata melawan Inggris.
Film garapan Imam Tantowi ini cukup unik, karena ada lima bahasa yang digunakan dalam dialog para pemain. Yaitu ; Indonesia, Inggris, Jepang, Belanda, dan bahasa Jawa. Film yang menghabiskan biaya sekitar 1,8 Milyar rupiah ini dibintangi Usman Effendy, Leo Kristi, Tuty Koesnender dan Juari Sanjaya. Film ini juga mendapat piala Citra FFI 1991 untuk sutradara Terbaik dan penghargaan Dewan Juri FFI 1991 untuk Film yang menggambarkan semangat juang Indonesia.
Quote:
Bandung Lautan Api
Spoiler for :
Film tahun 1974. Bandung Lautan Api merupakan salah satu film Perjuangan yang dimiliki oleh insan perfilman Indonesia. Film ini di bintangi oleh Dicky Zulkarnaen dan Christine Hakim. Kisah berlatar belakang peristiwa 24 Maret 1946 di Bandung yang membuat kota ini seperti lautan Api.
Adegan peperangan antara Indonesia – Belanda, juga di bumbui dengan konfilk Nani (Christine Hakim) gadis palang Merah yang menaruh hati pada temannya, namun Nani sendiri di taksir oleh komandan Kompi Hidayat (Dicky Zulkarnaen). Sebuah film perang dengan dibumbui cinta dua anak manusia.
Quote:
Pasukan Berani Mati
Spoiler for :
Barry Prima, tidak hanya sekedar bermain film laga, namun ia juga bermain di sebuah film perjuangan. Film produksi 1982 ini merupakan Sebuah romantika perang revolusi kemerdekaan. Ada penduduk gagah berani, ada maling yang jadi nekat, ada dendam, ada tentara kecut tapi lalu nekat, ada pengkhianat, ada pedagang yang hanya mementingkan diri. Sebuah gambaran klise.
Batalyon pimpinan Kapten Bondan (Dicky Zulkarnaen) yang menyatu dengan rakyat bergerilya hingga merepotkan Belanda. Dengan berbagai upaya termasuk kelicikan, Belanda akhirnya bisa tahu tempat persembunyian batalyon itu. Maka porak-porandalah batalyon itu diserbu.
Kapten Bondan meninggal. Enam sisa pasukannya dan seorang penduduk yang selalu mendukung perjuangan tentara secara spontan membentuk pasukan berani mati. Mereka menyerbu markas Belanda dan ganti memorak-morandakan markas itu dengan imbalan kematian nekat mereka.