- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Death Transport (cerbung zombie) Part 5 release
TS
asii
Death Transport (cerbung zombie) Part 5 release
kali ini part 5 udah selesai 2 hari lagi kalo koneksi di tempat kerja lancar ane upload part 6 selamat membaca....kemaren ada yang minta pict bentuk animenya sory yah belum sempet buat...mungkin episode 7 ane coba buat
kalo mau nunggu part 6 dst. pantengin terus trhead di part 1,2 disitu lengkap dari part 1-part terakhir upload
makasih yang udah ngikutin cerita dari part 1, and yang udah komen...ane jadi tambah semangat nyelesain ceritanya, special thank's to:
stormmclover
ngicat
paluiRM
makasih buat cendolnya
DEATH TRANSPORT (Episode 5 : Advance)
Di depanku ada ruang kamar tidur yang berpintu besi. Sepertinya ruang tidur untuk ABK (Anak Buah Kapal). Kami berdua langsung masuk kedalam dan aku mengunci pintu itu. “Syukurlah pintu ini dari besi jadi aman” kataku. Yanti langsung merebahkan badannya di kasur keringatnya bercucuran jaketnya tampak basah di bagian punggung karena keringat. Begitu juga aku, kemejaku selain basah oleh darah zombie juga basah oleh keringat. Aku melepas kemejaku sehingga hanya memakai kaos dalam lengan pendek dan menaruh samurai ku di atas meja. “Kamu tidur di atas aku di bawah pake matras” kataku sambil menyeret matras yang ada di belakang ruangan. “Iya makasih” jawab Yanti sambil membuka jaketnya. Tanpa basa-basi kami berdua tidur dengan lelap karena lelah berlari-lari seharian, menanti hari esok yang mungkin lebih buruk.
SS Banyu Emas, Deck Kelas 2A, 25 Februari 2014 08:03
Aku terbangun dari tidur ku, aku melihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 8. Yanti masih tertidur pulas di atas. Aku bangkit dan mencari sesuatu di lemari kamar ini. Aku menemukan jaket kulit berwarna hitam. Lalu aku memakainya, kebetulan sekali cocok dengan postur tubuhku. Lalu aku mencari lagi sesuatu di laci meja. Laci pertama aku buka dan aku menemukan topeng seperti di film Holywood yang berjudul scream.
“Ni anak kagak bangun-bangun, gue kerjain aja lah hihihi” kataku sedikit tertawa.
Aku mengambil topeng itu dan memakainya. Lalu aku mendekati Yanti, kemudian aku membangunkannya.
“Yanti bangun..bangun kebo” kataku membangunkan Yanti.
Yanti langsung sedikit tersadar dan membuka matanya.
“Kyyaaaaa” teriak Yanti begitu melihatku dan “Plak” tamparannya mendarat di pipiku, Rasanya panas sekali.
“Kampret lu za ngaggetin gue aja, gimana enak kagak gue tampar?” kata Yanti.
“Sialan lu, seumur-umur belum pernah gue di tampar cewek. Sakit banget nih, panas” jawabku. “Siapa suruh ngerjain gue? Mang enak lu” kata Yanti sambil bangkit dari tidurnya dan menuju kamar mandi sembari menguap.
Di dalam kamar tidur ini terdapat kamar mandi berukuran kecil. Dia menutup pintu kamar mandi dan terdengar dia sedang buang air kecil. Aku melanjutkan pencarianku, aku membuka laci kedua terdapat pistol revolver kaliber 5.9mm
dengan isi 6 peluru dan 6 peluru lagi sebagai amunisinya. Aku mengambil pistol dan peluru itu dan menaruhnya di atas meja. Aku melanjutkan mencari di laci ketiga. Ternyata ada tas, aku taruh tas itu di atas meja. Yanti keluar dari kamar mandi dengan wajah basah karena dia sehabis cuci muka. Aku masuk ke kamar mandi itu dan buang air kecil lalu cuci muka. Begitu aku keluar dari kamar mandi, Yanti sudah menyiapkan sarapan untukku.
“Nih sarapan dulu” kata Yanti sambil membuat roti dengan selai.
Setelah selesai ia membuat roti itu aku langsung menyambar roti itu dari tangannya.
“Makasih yah” kataku.
Dia membuat lagi 1 roti untuk dirinya. Setelah selsai makan, aku memasukkan peluru dan pistol kedalam tas yang ada di atas meja. Lalu aku mengambil bantal dan kumasukkan ke dalam tas lagi. “Ngapain elu bawa bantal? Mau tidur di jalan?” tanya Yanti.
“Bukan bego, zombie-zombie itu sensitif terhadap suara gue mau make ni bantal buat silencer si pistol ini biar ga berisik” jawabku.
Yanti memasukkan Roti dan selai serta minuman botol kedalam tas lagi dan mengambil kembali penggiling adonan yang semula di taruh di atas meja, aku juga ikut mengambil samuraiku. aku membuka pintu sedikit, seukuran kepalaku. Lalu aku mengadah keluar melihat ke kiri-kanan untuk memastikan keamanan. Setelah di rasa aman kami keluar pintu dan melanjutkan perjalanan. Aku merasa bosan dan bernyanyi lagu ebiet g. Ade.
“Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan”.
“heh malah nyanyi berisik tau, kuping gue pengang” kata Yanti.
“sialan lo” sahut ku.
Tidak lama kami dihadang 4 zombie di depan, “biar gue aja Yanti, gue dah mulai terbiasa dengan mereka” kataku . aku maju berlari ke arah mereka setelah jarak kurang lebih 1 meter dari zombie yang paling depan. Aku menebas kepala zombie itu, lalu kulanjutkan menebas zombie ke-2, ke-3, dan terakhir. Setelah mereka semua sudah jatuh, kami melanjutkan berjalan kaki menyusuri lorong mencari jalan kebawah ke deck kelas 3.
Saat sudah dekat dengan tangga darurat, keluar 1 zombie dari tangga itu. Yanti terlihat kaget dan gemetar tidak seperti dia melihat zombie yang biasanya.
“Sayang?” kata Yanti.
Ia lalu menutup mulutnya lalu mengeluarkan air matanya dan menangis. Aku melihat Yanti sejenak lalu zombie itu berlari kearahku.
“Dia bukan pacar kamu lagi” kataku kepada Yanti.
Lalu kulanjutkan dengan langsung menghunuskan pedangku ke kepala zombie itu sampai menancap, lalu kucabut lagi pedangku. Aku berbalik kebelakang ke arah Yanti
“maafkan aku Yanti” kataku.
Yanti seperti tak menghiraukan ku, dia berlari ke arah zombie itu lalu berlutut di depan zombie itu
“Mas Harris, sayaaangg” katanya sambil menangis sesenggukan.
Aku Cuma melihatnya tak bisa berkata apa-apa. Hatinya benar-benar hancur kekasih yang di cintainya telah berubah menjadi zombie. Dia terus menangis sementara di belakangku ada sebuah ruang kamar ABK dari kamar itu keluar 2 zombie lagi aku bergegas menebaskan pedangku ke arah mereka sampai-sampai kepala dari salah satu zombie itu terpenggal. Mungkin mereka keluar dari kamar karena mendengar suara tangisan Yanti. Kemudian keluar lagi 1 zombie yang berjalan merangkak, tanpa basa-basi aku berlari kearahnya mencoba menebaskan pedangku ke kepala zombie itu. tapi zombie itu berhasil menghindar dengan melompat kesamping kiri, gerakannya benar-benar gesit tidak seperti zombie yang lain. Lalu zombie itu melompat lagi kearahku, aku tidak sempat menggunakan pedangku karena gerkannya benar-benar cepat. Aku memegang kepalanya dengan kedua tannganku saat dia akan menggigitku.
“Yanti tolongin gue” teriakku kepada Yanti.
Tidak lama akhirnya Yanti berhenti menangis. Ia menengok kekanan. Di sebelah kanannya ada peralatan pemadam kebakaran yang di dalamnya terdapat selang air dan kapak merah. Dengan penggiling adonan itu, ia memecahkan kaca pelindung alat-alat itu. lalu Yanti membuang penggiling adonan yang di pegangnya dan mengambil kapak merah itu.
dia berbalik kearahku dengan tatapannya dan raut muka yang benar-benar marah, dia membacok kepala zombie itu hingga tewas. Zombie itu jatuh di dadaku, lalu aku menyingkirkan mayat zombie itu.
“Cukup menjadi anak baik, gue udah muak sama zombie. Kita bantai mereka semua” kata Yanti marah.
Raut mukanya benar-benar beda. Walaupun seram tapi begini lebih baik, setidaknya dia jadi lebih berguna. Dia masuk ke tangga aku pun mengikutinya di bawah sana ada 3 zombie. Yanti menebaskan kapaknya ke kepala zombie pertama zombie itu pun jatuh kebawah. Disusul zombie kedua yang di kapak oleh Yanti. Zombie ketiga di kapak kepalanya oleh Yanti terus-menerus sambil berteriak.
“Yanti...yanti sudah” kataku menenangkannya.
Dia akhirnya berhenti mengkapak zombie itu dan duduk lalu menangis lagi.
“Sudah Yanti mungkin ini takdir allah. Kita harus tabah, ayo jalan lagi. aku mengerti perasaanmu kok, because aku juga pernah kehilangan kekasih” kataku.
Yanti bangkit lagi dan berjalan kebawah. Saat kami keluar dari tangga menuju kelas 3, di sebelah kanan kami ada 2 orang laki-laki yang satu berumur sekitar 23 dan satu lagi berumur kurang lebih 50 tahunan membawa baseball bat (Pemukul baseball) dan mengangkat baseball batnya seperti ingin memukul kami. Sepertinya mereka tidak terinfeksi, tapi tetap saja aku bersiap-siap mengcungkan samuraiku karena ia tidak kunjung menurunkan baseball batnya.
“Apakah kalian tergigit?” tanya orang paling tua.
“Kami bersih, kami nggak terinfeksi. Bagaimana dengan kalian? Kataku balik bertanya.
“kami tidak tergigit” jawab yang paling muda.
Kami pun berkenalan, yang paling muda bernama Sukron dan yang paling tua adalah ayahnya yang bernama pak narko.
“dapat baseball bat darimana?” tanyaku.
“aku suka olahraga baseball” jawab Sukron.
Kami berempat kemudian melanjutkan perjalanan.
Bersambung...
-death transport episode 5 end-
Selanjutnya di Death Transport (Episode 6 : New friend, New Journey). Kami bertemu survivor lain dan melanjutkan perjalanan, akhirnya kami bertemu dengan rombongan pak Menteri. Tapi deck 3 lebih berbahaya dari deck di atas, rasanya seperti memasuki sarang zombie.
hargai kerja keras TS dengan komen yang bermutu...
saran dan kritik sangat di terima
TERIMA KASIH
kalo mau nunggu part 6 dst. pantengin terus trhead di part 1,2 disitu lengkap dari part 1-part terakhir upload
Spoiler for thanks to:
makasih yang udah ngikutin cerita dari part 1, and yang udah komen...ane jadi tambah semangat nyelesain ceritanya, special thank's to:
stormmclover
ngicat
paluiRM
makasih buat cendolnya
Spoiler for part 1,2,3,4:
Spoiler for part 5:
DEATH TRANSPORT (Episode 5 : Advance)
Di depanku ada ruang kamar tidur yang berpintu besi. Sepertinya ruang tidur untuk ABK (Anak Buah Kapal). Kami berdua langsung masuk kedalam dan aku mengunci pintu itu. “Syukurlah pintu ini dari besi jadi aman” kataku. Yanti langsung merebahkan badannya di kasur keringatnya bercucuran jaketnya tampak basah di bagian punggung karena keringat. Begitu juga aku, kemejaku selain basah oleh darah zombie juga basah oleh keringat. Aku melepas kemejaku sehingga hanya memakai kaos dalam lengan pendek dan menaruh samurai ku di atas meja. “Kamu tidur di atas aku di bawah pake matras” kataku sambil menyeret matras yang ada di belakang ruangan. “Iya makasih” jawab Yanti sambil membuka jaketnya. Tanpa basa-basi kami berdua tidur dengan lelap karena lelah berlari-lari seharian, menanti hari esok yang mungkin lebih buruk.
SS Banyu Emas, Deck Kelas 2A, 25 Februari 2014 08:03
Aku terbangun dari tidur ku, aku melihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 8. Yanti masih tertidur pulas di atas. Aku bangkit dan mencari sesuatu di lemari kamar ini. Aku menemukan jaket kulit berwarna hitam. Lalu aku memakainya, kebetulan sekali cocok dengan postur tubuhku. Lalu aku mencari lagi sesuatu di laci meja. Laci pertama aku buka dan aku menemukan topeng seperti di film Holywood yang berjudul scream.
“Ni anak kagak bangun-bangun, gue kerjain aja lah hihihi” kataku sedikit tertawa.
Aku mengambil topeng itu dan memakainya. Lalu aku mendekati Yanti, kemudian aku membangunkannya.
“Yanti bangun..bangun kebo” kataku membangunkan Yanti.
Yanti langsung sedikit tersadar dan membuka matanya.
“Kyyaaaaa” teriak Yanti begitu melihatku dan “Plak” tamparannya mendarat di pipiku, Rasanya panas sekali.
“Kampret lu za ngaggetin gue aja, gimana enak kagak gue tampar?” kata Yanti.
“Sialan lu, seumur-umur belum pernah gue di tampar cewek. Sakit banget nih, panas” jawabku. “Siapa suruh ngerjain gue? Mang enak lu” kata Yanti sambil bangkit dari tidurnya dan menuju kamar mandi sembari menguap.
Di dalam kamar tidur ini terdapat kamar mandi berukuran kecil. Dia menutup pintu kamar mandi dan terdengar dia sedang buang air kecil. Aku melanjutkan pencarianku, aku membuka laci kedua terdapat pistol revolver kaliber 5.9mm
Spoiler for pistol:
dengan isi 6 peluru dan 6 peluru lagi sebagai amunisinya. Aku mengambil pistol dan peluru itu dan menaruhnya di atas meja. Aku melanjutkan mencari di laci ketiga. Ternyata ada tas, aku taruh tas itu di atas meja. Yanti keluar dari kamar mandi dengan wajah basah karena dia sehabis cuci muka. Aku masuk ke kamar mandi itu dan buang air kecil lalu cuci muka. Begitu aku keluar dari kamar mandi, Yanti sudah menyiapkan sarapan untukku.
“Nih sarapan dulu” kata Yanti sambil membuat roti dengan selai.
Setelah selesai ia membuat roti itu aku langsung menyambar roti itu dari tangannya.
“Makasih yah” kataku.
Dia membuat lagi 1 roti untuk dirinya. Setelah selsai makan, aku memasukkan peluru dan pistol kedalam tas yang ada di atas meja. Lalu aku mengambil bantal dan kumasukkan ke dalam tas lagi. “Ngapain elu bawa bantal? Mau tidur di jalan?” tanya Yanti.
“Bukan bego, zombie-zombie itu sensitif terhadap suara gue mau make ni bantal buat silencer si pistol ini biar ga berisik” jawabku.
Yanti memasukkan Roti dan selai serta minuman botol kedalam tas lagi dan mengambil kembali penggiling adonan yang semula di taruh di atas meja, aku juga ikut mengambil samuraiku. aku membuka pintu sedikit, seukuran kepalaku. Lalu aku mengadah keluar melihat ke kiri-kanan untuk memastikan keamanan. Setelah di rasa aman kami keluar pintu dan melanjutkan perjalanan. Aku merasa bosan dan bernyanyi lagu ebiet g. Ade.
“Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan”.
“heh malah nyanyi berisik tau, kuping gue pengang” kata Yanti.
“sialan lo” sahut ku.
Tidak lama kami dihadang 4 zombie di depan, “biar gue aja Yanti, gue dah mulai terbiasa dengan mereka” kataku . aku maju berlari ke arah mereka setelah jarak kurang lebih 1 meter dari zombie yang paling depan. Aku menebas kepala zombie itu, lalu kulanjutkan menebas zombie ke-2, ke-3, dan terakhir. Setelah mereka semua sudah jatuh, kami melanjutkan berjalan kaki menyusuri lorong mencari jalan kebawah ke deck kelas 3.
Saat sudah dekat dengan tangga darurat, keluar 1 zombie dari tangga itu. Yanti terlihat kaget dan gemetar tidak seperti dia melihat zombie yang biasanya.
“Sayang?” kata Yanti.
Ia lalu menutup mulutnya lalu mengeluarkan air matanya dan menangis. Aku melihat Yanti sejenak lalu zombie itu berlari kearahku.
“Dia bukan pacar kamu lagi” kataku kepada Yanti.
Lalu kulanjutkan dengan langsung menghunuskan pedangku ke kepala zombie itu sampai menancap, lalu kucabut lagi pedangku. Aku berbalik kebelakang ke arah Yanti
“maafkan aku Yanti” kataku.
Yanti seperti tak menghiraukan ku, dia berlari ke arah zombie itu lalu berlutut di depan zombie itu
“Mas Harris, sayaaangg” katanya sambil menangis sesenggukan.
Aku Cuma melihatnya tak bisa berkata apa-apa. Hatinya benar-benar hancur kekasih yang di cintainya telah berubah menjadi zombie. Dia terus menangis sementara di belakangku ada sebuah ruang kamar ABK dari kamar itu keluar 2 zombie lagi aku bergegas menebaskan pedangku ke arah mereka sampai-sampai kepala dari salah satu zombie itu terpenggal. Mungkin mereka keluar dari kamar karena mendengar suara tangisan Yanti. Kemudian keluar lagi 1 zombie yang berjalan merangkak, tanpa basa-basi aku berlari kearahnya mencoba menebaskan pedangku ke kepala zombie itu. tapi zombie itu berhasil menghindar dengan melompat kesamping kiri, gerakannya benar-benar gesit tidak seperti zombie yang lain. Lalu zombie itu melompat lagi kearahku, aku tidak sempat menggunakan pedangku karena gerkannya benar-benar cepat. Aku memegang kepalanya dengan kedua tannganku saat dia akan menggigitku.
“Yanti tolongin gue” teriakku kepada Yanti.
Tidak lama akhirnya Yanti berhenti menangis. Ia menengok kekanan. Di sebelah kanannya ada peralatan pemadam kebakaran yang di dalamnya terdapat selang air dan kapak merah. Dengan penggiling adonan itu, ia memecahkan kaca pelindung alat-alat itu. lalu Yanti membuang penggiling adonan yang di pegangnya dan mengambil kapak merah itu.
Spoiler for red axe:
dia berbalik kearahku dengan tatapannya dan raut muka yang benar-benar marah, dia membacok kepala zombie itu hingga tewas. Zombie itu jatuh di dadaku, lalu aku menyingkirkan mayat zombie itu.
“Cukup menjadi anak baik, gue udah muak sama zombie. Kita bantai mereka semua” kata Yanti marah.
Raut mukanya benar-benar beda. Walaupun seram tapi begini lebih baik, setidaknya dia jadi lebih berguna. Dia masuk ke tangga aku pun mengikutinya di bawah sana ada 3 zombie. Yanti menebaskan kapaknya ke kepala zombie pertama zombie itu pun jatuh kebawah. Disusul zombie kedua yang di kapak oleh Yanti. Zombie ketiga di kapak kepalanya oleh Yanti terus-menerus sambil berteriak.
“Yanti...yanti sudah” kataku menenangkannya.
Dia akhirnya berhenti mengkapak zombie itu dan duduk lalu menangis lagi.
“Sudah Yanti mungkin ini takdir allah. Kita harus tabah, ayo jalan lagi. aku mengerti perasaanmu kok, because aku juga pernah kehilangan kekasih” kataku.
Yanti bangkit lagi dan berjalan kebawah. Saat kami keluar dari tangga menuju kelas 3, di sebelah kanan kami ada 2 orang laki-laki yang satu berumur sekitar 23 dan satu lagi berumur kurang lebih 50 tahunan membawa baseball bat (Pemukul baseball) dan mengangkat baseball batnya seperti ingin memukul kami. Sepertinya mereka tidak terinfeksi, tapi tetap saja aku bersiap-siap mengcungkan samuraiku karena ia tidak kunjung menurunkan baseball batnya.
“Apakah kalian tergigit?” tanya orang paling tua.
“Kami bersih, kami nggak terinfeksi. Bagaimana dengan kalian? Kataku balik bertanya.
“kami tidak tergigit” jawab yang paling muda.
Kami pun berkenalan, yang paling muda bernama Sukron dan yang paling tua adalah ayahnya yang bernama pak narko.
“dapat baseball bat darimana?” tanyaku.
“aku suka olahraga baseball” jawab Sukron.
Kami berempat kemudian melanjutkan perjalanan.
Bersambung...
-death transport episode 5 end-
Selanjutnya di Death Transport (Episode 6 : New friend, New Journey). Kami bertemu survivor lain dan melanjutkan perjalanan, akhirnya kami bertemu dengan rombongan pak Menteri. Tapi deck 3 lebih berbahaya dari deck di atas, rasanya seperti memasuki sarang zombie.
hargai kerja keras TS dengan komen yang bermutu...
saran dan kritik sangat di terima
TERIMA KASIH
0
3.1K
Kutip
17
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan