- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Olah Bangkai Tikus Jadi Pupuk, Petani Ini Diundang ke Istana
TS
bagusGooners14
Olah Bangkai Tikus Jadi Pupuk, Petani Ini Diundang ke Istana
Assalaamualaikum gan, ane mau kabarin ada petani hebat asal Sulawesi Selatan yang menemukan pupuk dari bangkai tikus dan dijuluki sebagai "Profesor Tikus" ini beritanya :
Anas Tika, petani teladan tingkat nasional digelari "profesor tikus" dari Pinrang, Sulawesi Selatan.
Sumur fermentasi bangkai tikus buatan Anas Tika, seorang petani asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, berhasil mengubah tikus, dari hama menjadi pupuk organik, yang menguntungkan.
Bagi para petani, tikus merupakan masalah yang meresahkan karena merusak sawah mereka. Namun di tangan seorang petani di Pinrang, Sulawesi Selatan, tikus justru bermanfaat untuk menyuburkan sawah.
Adalah Anas Tika, seorang petani asal Kecataman Cempa, Kabupaten Pinrang, yang mengolah bangkai tikus menjadi pupuk. Petani teladan tingkat nasional itu bahkan kini berjuluk "Profesor Tikus".
Anas mengatakan, cara membuat pupuk tikus itu sangat sederhana. Dia memasang perangkap raksasa di sekeliling areal sawahnya. Bangkai-bangkai tikus hasil tangkapannya kemudian ke dalam tiga sumur beton berdiameter 1 meter.
Bangkai tikus itu selanjutnya diberi air untuk mempercepat proses penghancuran dan fermentasi. Anas memanfaatkan air limbah, seperti air kelapa, air cucian beras, bahkan air bekas mencuci piring. Air hasil fermentasi itu kemudian dialirkan ke sebuah sumur penampungan sebelum digunakan sebagai pupuk.
Berkat pupuk tikus itu, tanaman padi di sawah Anas terlihat lebih subur ketimbang tanaman padi petani lain. Menggunakan pupuk itu sejak 1998 lalu, sang Profesor Tikus berhasil menggenjot produksi padinya hingga 12 ton per hektare.
Keberhasilan pupuk tikus itu ternyata menarik perhatian petani-petani lain. Awalnya hanya petani di desanya. Lama-kelamaan, orang-orang dari wilayah lain seperti Enrekang, Mamuju, Barru, Polewali, Majene, dan Soppeng pun belajar dari kelompok tani pimpinan Anas.
Anas memang tidak segan berbagi pengalaman dengan pupuk tikus itu. Bahkan kini pria yang hanya tamat SD itu pun sibuk menjadi penyuluh pertanian. Selain menjelaskan cara pembuatan pupuk itu, Anas mempraktikkan cara menggunakannya supaya tanah bisa gembur dan tanaman menjadi subur.
"Seperti pupuk kimia, pupuk tikus kalau digunakan berlebihan juga membahayakan tanaman," Anas menjelaskan.
Dianggap gila
Ide memanfaatkan bangkai tikus itu diawali dengan keresahannya karena hama tikus yang merajalela. Panennya sering tidak berhasil karena serangan tikus. Perhatiannya tergugah ketika tanpa sengaja melihat bahwa tanaman di sekitar tempat dia membuang bangkai tikus terlihat lebih subur.
Dia pun membuat "percobaan" kecil-kecilan. Dia mulai membuang bangkai tikus di beberapa tempat di sawahnya. Ternyata, tanaman di sekitar itu memang lebih subur. Dia pun menyimpulkan bahwa bangkai tikus memang bisa menyuburkan tanah sehingga padi pun lebih subur.
Temuan Anas sempat dicibir tetangga-tetangganya. Dia dianggap gila karena menganggap tikus bisa menjadi pupuk organik yang tidak merusak struktur tanah.
Anas bertahan dengan pendapatnya. Akibat kengototannya itu, Anas bahkan hampir bercerai dengan istrinya. Seperti tetangga-tetangga mereka, istri dan anak-anaknya menganggap Anas tidak waras.
Namun Anas berhasil membuktikan keyakinannya. Berkat temuannya itu, gelar Petani Teladan Tingkat Nasional pun diraihnya. Tahun lalu dia menerima penghargaan atas jerih payahnya itu dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kini sudah banyak petani lain yang menggunakan temuannya. Anas tidak keberatan. Dia justru merasa senang. Jerih payahnya, yang dulu dianggap sebagai perbuatan orang tidak waras, kini malah ditiru banyak orang.
Dengan pupuk organik itu, Anas mampu menggenjot produksi padinya, 8-12 ton per hektare. Sementara petani lain yang tidak menggunakan pupuk tikus hanya memproduksi gabah 6-7 ton per hektare sawah.
Dengan 8 ton per hektare saja, Anas sudah bisa mengantongi penghasilan hingga 26 juta setiap kali panen. Setelah menyisihkan untuk biaya produksi, Anas mendapat pendapatan bersih sebesar Rp 21 juta.
Quote:
Anas Tika, petani teladan tingkat nasional digelari "profesor tikus" dari Pinrang, Sulawesi Selatan.
Quote:
Setelah menjuarai Lomba Penyuluh Pertanian Swadaya Teladan Tingkat Nasional, Anas Tika (43) mendapat undangan untuk datang dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI di Istana Presiden, Jakarta, pada 17 Agustus 2013 mendatang.
Anas, selama ini dijuluki sebagai "profesor tikus" menyusul temuan pupuk organik yang diolah dari bangkai tikus. Temuan Anas ini terbukti "manjur" dalam menyuburkan tanaman dan tergolong pupuk yang ramah lingkungan.
Selain itu, Anas pun dikenal lewat temuannya membuat perangkap tikus raksasa yang mampu menangkap ribuan tikus dalam waktu semalam.
Pria lulusan SMP ini mengaku bangga dengan undangan dari Istana Presiden yang diterimanya Ia pun akan bertolak ke Jakarta Rabu besok, setelah ia menerima tiket dari pihak pengundang. Selanjutnya Anas akan berada di Jakarta selama satu minggu.
Anas sempat mengaku masih bercita-cita meneliti lebih lanjut pupuk temuannya, agar itu bisa dikembangkan dan dipatenkan. Hanya saja, keterbatasan dana dan pendampingan dari pihak yang berkompeten, membatasi langkah lanjut dari cita-citanya itu.
Kesempatan ke Jakarta bukan merupakan kali pertama bagi Anas. Di tahun 2010 silam, Anas pun pernah diundang sebagai perwakilan petani dalam HUT Kemerdekaan RI di Istana. Kala itu, Anas dianggap sukses menaikkan produksi pertaniannya hingga 10 ton per hektar.
Anas, selama ini dijuluki sebagai "profesor tikus" menyusul temuan pupuk organik yang diolah dari bangkai tikus. Temuan Anas ini terbukti "manjur" dalam menyuburkan tanaman dan tergolong pupuk yang ramah lingkungan.
Selain itu, Anas pun dikenal lewat temuannya membuat perangkap tikus raksasa yang mampu menangkap ribuan tikus dalam waktu semalam.
Pria lulusan SMP ini mengaku bangga dengan undangan dari Istana Presiden yang diterimanya Ia pun akan bertolak ke Jakarta Rabu besok, setelah ia menerima tiket dari pihak pengundang. Selanjutnya Anas akan berada di Jakarta selama satu minggu.
Anas sempat mengaku masih bercita-cita meneliti lebih lanjut pupuk temuannya, agar itu bisa dikembangkan dan dipatenkan. Hanya saja, keterbatasan dana dan pendampingan dari pihak yang berkompeten, membatasi langkah lanjut dari cita-citanya itu.
Kesempatan ke Jakarta bukan merupakan kali pertama bagi Anas. Di tahun 2010 silam, Anas pun pernah diundang sebagai perwakilan petani dalam HUT Kemerdekaan RI di Istana. Kala itu, Anas dianggap sukses menaikkan produksi pertaniannya hingga 10 ton per hektar.
Quote:
Quote:
Sumur fermentasi bangkai tikus buatan Anas Tika, seorang petani asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, berhasil mengubah tikus, dari hama menjadi pupuk organik, yang menguntungkan.
Bagi para petani, tikus merupakan masalah yang meresahkan karena merusak sawah mereka. Namun di tangan seorang petani di Pinrang, Sulawesi Selatan, tikus justru bermanfaat untuk menyuburkan sawah.
Adalah Anas Tika, seorang petani asal Kecataman Cempa, Kabupaten Pinrang, yang mengolah bangkai tikus menjadi pupuk. Petani teladan tingkat nasional itu bahkan kini berjuluk "Profesor Tikus".
Anas mengatakan, cara membuat pupuk tikus itu sangat sederhana. Dia memasang perangkap raksasa di sekeliling areal sawahnya. Bangkai-bangkai tikus hasil tangkapannya kemudian ke dalam tiga sumur beton berdiameter 1 meter.
Bangkai tikus itu selanjutnya diberi air untuk mempercepat proses penghancuran dan fermentasi. Anas memanfaatkan air limbah, seperti air kelapa, air cucian beras, bahkan air bekas mencuci piring. Air hasil fermentasi itu kemudian dialirkan ke sebuah sumur penampungan sebelum digunakan sebagai pupuk.
Berkat pupuk tikus itu, tanaman padi di sawah Anas terlihat lebih subur ketimbang tanaman padi petani lain. Menggunakan pupuk itu sejak 1998 lalu, sang Profesor Tikus berhasil menggenjot produksi padinya hingga 12 ton per hektare.
Keberhasilan pupuk tikus itu ternyata menarik perhatian petani-petani lain. Awalnya hanya petani di desanya. Lama-kelamaan, orang-orang dari wilayah lain seperti Enrekang, Mamuju, Barru, Polewali, Majene, dan Soppeng pun belajar dari kelompok tani pimpinan Anas.
Anas memang tidak segan berbagi pengalaman dengan pupuk tikus itu. Bahkan kini pria yang hanya tamat SD itu pun sibuk menjadi penyuluh pertanian. Selain menjelaskan cara pembuatan pupuk itu, Anas mempraktikkan cara menggunakannya supaya tanah bisa gembur dan tanaman menjadi subur.
"Seperti pupuk kimia, pupuk tikus kalau digunakan berlebihan juga membahayakan tanaman," Anas menjelaskan.
Dianggap gila
Ide memanfaatkan bangkai tikus itu diawali dengan keresahannya karena hama tikus yang merajalela. Panennya sering tidak berhasil karena serangan tikus. Perhatiannya tergugah ketika tanpa sengaja melihat bahwa tanaman di sekitar tempat dia membuang bangkai tikus terlihat lebih subur.
Dia pun membuat "percobaan" kecil-kecilan. Dia mulai membuang bangkai tikus di beberapa tempat di sawahnya. Ternyata, tanaman di sekitar itu memang lebih subur. Dia pun menyimpulkan bahwa bangkai tikus memang bisa menyuburkan tanah sehingga padi pun lebih subur.
Temuan Anas sempat dicibir tetangga-tetangganya. Dia dianggap gila karena menganggap tikus bisa menjadi pupuk organik yang tidak merusak struktur tanah.
Anas bertahan dengan pendapatnya. Akibat kengototannya itu, Anas bahkan hampir bercerai dengan istrinya. Seperti tetangga-tetangga mereka, istri dan anak-anaknya menganggap Anas tidak waras.
Namun Anas berhasil membuktikan keyakinannya. Berkat temuannya itu, gelar Petani Teladan Tingkat Nasional pun diraihnya. Tahun lalu dia menerima penghargaan atas jerih payahnya itu dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kini sudah banyak petani lain yang menggunakan temuannya. Anas tidak keberatan. Dia justru merasa senang. Jerih payahnya, yang dulu dianggap sebagai perbuatan orang tidak waras, kini malah ditiru banyak orang.
Dengan pupuk organik itu, Anas mampu menggenjot produksi padinya, 8-12 ton per hektare. Sementara petani lain yang tidak menggunakan pupuk tikus hanya memproduksi gabah 6-7 ton per hektare sawah.
Dengan 8 ton per hektare saja, Anas sudah bisa mengantongi penghasilan hingga 26 juta setiap kali panen. Setelah menyisihkan untuk biaya produksi, Anas mendapat pendapatan bersih sebesar Rp 21 juta.
Spoiler for cara pembuatan pupuk dari bangkai tikus:
Tikus yang berhasil ditangkap dengan menggunakan jebakan dimasukkan ke dalam sebuah drum yang berisi air. Tikus-tikus yang telah mati kemudian ditampung di sebuah bak untuk melalui proses fermentasi dengan tujuan menghasilkan cairan yang bisa langsung digunakan sebagai pupuk. Sejak menggunakan pupuk kompos dari bangkai tikus Anas bahkan bisa menghemat 50 persen penggunaan pupuk kimia. Penemuan tersebut dia dapatkan secara otodidak. Awalnya dia mempelajari perilaku hidup tikus yang selalu jadi musuh utama petani. Tikus-tikus tangkapan yang telah dipukul mati dia tumpuk dan dibiarkan begitu saja tapi setelah dia perhatikan ternyata tanah pembuangan bangkai tikus itu terlihat jauh lebih subur.
Quote:
Kecerdasan itu bukan hanya dari lulusan bergelar sarjana atau diatasnya saja, ini buktinya lulusan SMP sudah bisa menemukan pupuk dari hama tanamannya sendiri dan bisa diundang secara resmi ke Istana lagi.
Spoiler for sumber:
0
4.4K
Kutip
49
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan