- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
cerbung zombie (death transport) part 4 release
TS
asii
cerbung zombie (death transport) part 4 release
Quote:
ane cuma butuh satu...yaitu komen dari agan-agan sekalian biar ane semangat terimakasih
Spoiler for part 1,2:
Spoiler for part 3:
part3[/part3]
Spoiler for cerita part 4:
DEATH TRANSPORT (Episode 4 : Bertahan Hidup)
SS Banyu Emas, Deck Kelas 2, 25 Februari 2013 00:46
5 zombie itu mencoba mendobrak pintu, kunci model selop yang mengunci pintu itu tampak perlahan-lahan rusak karena di dobrak zombie. “kampret lewat sini” kata yanti membuka pintu samping yang ternyata terhubung dengan ruang di sebelahnya aku bergegas masuk lalu menutupnya dan mengahalanginya dengan meja. Terdengar pintu di kamar sebelah sudah berhasil di dobrak aku dan Yanti langsung keluar dari kamar itu dan kembali berlari menyusuri lorong menuju ruang makan dari sana kami menuju ke dapur lalu kami menutup pintu dapur dan menghalanginya lagi dengan meja. Kami benar-benar lelah sehingga kami memutuskan untuk beristirahat sejenak. Yanti membuka kulkas dan mengambil air putih botolan. “Nih minum dulu” kata Yanti sambil melempar botol itu. aku menangkapnya dan langsung minum karena lelah berlarian seharian. “Terus sekarang kemana?” tanya Yanti. “Sebenarnya sih di lorong tadi kalo lurus ada lift” jawabku. “Terus ngapain elu belok ke dapur?” tanya Yanti. “Haus neng hehe” kataku tersenyum. “Yaudah atu ayo capcus” ajak yanti untuk menuju lift tersebut. “Bentar kita siapin peralatan dulu, lagian disini pasti banyak senjata tajam dan makanan” kataku.
“Yaudah” sahut Yanti. Aku mulai mencari-cari sesuatu yang bisa aku gunakan sebagai senjata pertahanan, aku menemukan pisau dapur dengan sarung pisaunya. Aku mengambilnya dan mengambil perban di kotak p3k. Aku ikat pisau dapur tadi di paha kanan ku dengan perban. Lalu aku mengambil lagi pisau pemotong daging yang besar untuk ku jadikan senjata. “Yanti cari bahan makanan gih!” perintahku kepada Yanti. Tidak lama kemudian Yanti menyahut “ada nih, roti sama selai banyak. Tapi mau dibawa pake apa?”. Mataku mencari-cari sesuatu yang bisa membawa Roti itu. Dapat, aku menemukan tas gendong yang berbentuk seperti karung tepung terigu berisi sayur mentah. Aku mengeluarkan isinya dan mengisinya dengan air putih, roti dan selai tadi beserta peralatan p3k, lalu aku membawanya. Aku dan Yanti memakan roti itu masing-masing satu. Kulihat Yanti hanya menggunakan penggiling adonan dari besi sebagai senjata akupun heran. “Yanti, elu gak bawa pisau aja?” tanyaku. “Ogah ah...gue belum pernah mutilasi orang lebih baik pake ini aja” jawab Yanti sambil menunjukkan Penggiling adonan tadi. Lalu kami bergegas keluar dapur menuju lift. Saat keluar dapur aku melihat Samurai yang dijadikan dekorasi dinding restoan ini. Aku membuang pisau pemotong daging tadi dan mengambil samurai itu. Aku membuka samurai itu dan menebaskannya ke taplak meja, taplak meja itu terbelah dengan mudah, “sukur deh masih tajem” kataku. Aku menyarungkan-nya kembali tapi kemudian aku membukanya kembali dan memutuskan untuk membuang sarungnya dan kugenggamm samurai itu dengan tangan kanan. “Yuk berangkat” ajakku kepada Yanti.
Kami berbelok ke arah lift aku bergegas membuka pintu di ujung lorong. Di balik pintu itu terdapat lift yang akan kami gunakan. Setelah membuka pintu lift itu berbunyi tanda pintu lift akan terbuka “Teng” begitu bunyinya namun karena suasana sepi bunyi lift itu menggema, “tunggu bentar sepertinya ada yang menggunakannnya” kataku kepada Yanti. Pintu lift terbuka bersamaan dengan teriakan zombie di belakang kami aku melihat sepasang Bule yang laki-laki bertubuh sangat besar dan kekar seperti ade rai dengan kulit hitam dan tato tribal di lengan kirinya, sedangkan yang wanita juga berkulit hitam dan bertubuh langsing. “Kampret cepet masuk sini” kata Yanti sambil menyeretku ke dalam ruang kamar yang tidak jauh dari pintu lorong tadi. Setelah masuk kami langsung mengunci kamar itu dari dalam. Tidak lama kami mendengar suara derap langkah seseorang yang banyak mungkin ada puluhan, aku berpikir itu mungkin zombie. Lalu terdengar suara kedua Bule itu berteriak kesakitan, kami berdua diam, jantung kami berdegup kencang, badan kami merinding. Aku mengelap keringat di mukaku dengan telapak tangan sebelah kiri. “Ayo jalan lagi, kita lewat ruang sebelah” ajak ku ke Yanti. Dia hanya mengangguk, kulihat wajahnya pucat. Kamar ini seperti kamar tadi terhubung dengan ruang di sebelahnya. Kami keluar lewat pintu di kamar sebelah. Setelah aku membuka pintu sedikit, lalu aku mengadahkan kepalaku keluar menengok ke kanan, lalu menegok kekiri. Saat menengok ke kiri aku melihat pemandangan yang mengerikan ke dua bule itu dikeroyok puluhan zombie yang sedang asik menggigiti perut, lengan dan anggota tubuh lain sampai daging mereka berceceran di lantai namun tak ada satu zombie pun yang menegok kebelakang. Aku memasukkan kepalaku dan menutup pintu. “Situasi aman, pas kita keluar langsung lari, kamu ikutin aku jangan jauh-jauh kita akan ke bawah lewat tangga dan jangan nengok ke belakang okey?” kataku, Yanti mengagguk lagi. Kami berdua keluar dan langsung berlari ke tangga darurat menuju kebawah ke kelas 2a. Saat berlari Yanti menengok kebelakang. “ya allah!” kata Yanti lalu ia menutup mulutnya sambil menangis. Saat kita sudah masuk ke tangga darurat dia berhenti dan menangis, aku mendekatinya dan memeluknya diapun menangis di pelukanku. “Sudah-sudah, ini memang udah jalan kita” kataku menenangkan. “Tapi...aku gak mau mati kayak mereka huhuhu” kata Yanti sambil terus menangis. Aku memegang pundak Yanti dan berkata “Hoy denger! Kita akan, selamat kita akan keluar dari sini abis itu seumur hidup kita gak akan ketemu mereka lagi”. Yanti mulai berhenti menangis. Aku mengusap air matanya “udah jangan nangis lagi begini lebih baik, ingus elu tuh di bersihin, ayo kita jalan” kataku sambil berbalik dan menuruni tangga lagi, Yanti tertunduk malu dan menuruni tangga lagi, akhirnya kami sampai di deck 2a.
Begitu keluar dari pintu kami di sebelah kiri kami ada 6 zombie, “gawat , lari Yanti” seruku kepada Yanti. Kami berdua di kejar 6 zombie tapi sial di depan kami ada 3 zombie lagi maka, terpaksa kami harus melawan. “Yanti lawan yang di depan, yang dibelakang punya gue, jangan lupa hajar kepalanya dan lindungi diri masing-masing” kataku mengehentikan langkah kami. “Iya..okeh” jawab Yanti. Aku maju dan menebas kepala mereka satu-persatu, “mati luh..mati luh...mati luh” kataku saat menebas kepala mereka. Begitu tersisa satu zombie, “Kyaaaaa” Yanti berteriak. Aku menengok kebelakang aku lihat Yanti di terkam oleh zombie, Yanti memegang kepala zombie itu menahan supaya tidak menggigitnya Tapi lucu zombie itu tanpa sengaja mencengkeram dada Yanti. Aku langsung memenggal zombie yang terakhir dengan sekali tebasan samurai, lalu aku berlari kearah Yanti dan menghunuskan samuraiku ke kepala zombie itu hingga Samurai ku menancap di kepala zombie itu. Yanti Bangkit lagi “Dasar keparat, bajingan, kutu loncat, kadal buntung, kecoa bunting, babi ngepet. Udah mati masih berani pegang punya gue, ntar gue tuntut loh dengan kasus asusila” katanya meracau tidak karuan sambil berlinangan air mata. “Hahaha emang mau dituntut apaan, penjara seumur hidup? Apa hukuman mati? Ya nggak ngefek orang udah mati” kataku tertawa geli. Aku mengambil samurai ku yang masih tertancap di kepala zombie tadi. Aku membuka pintu ujung lorong dan sampai di depan lift dimana kami bisa melihat kebawah di Ruang Pesta Tengah. Benar-benar gila di ruang Pesta berisi Zombie yang mungkin jumlahnya ratusan. Kami tidak menggunakan lift karena takut kejadian 2 bule tadi menimpa kami. “Gila tadinya kita mau lewat Ruang tengah itu, untung kita ngeliat duluan” kataku kepada Yanti. “Ada jalan lain nggak?” tanya Yanti. “Ada kita lewat belakang aja” kataku sambil mengajak Yanti untuk segera memasuki lorong di seberang. Setelah masuk ke lorong itu di sebelah kanan kami ada ruang pertemuan dan ternyata di dalamnya berisi puluhan zombie. Mereka langsung mengejar kami mungkin jumlahnya 25 zombie. Kami berlari lagi di ujung lorong ada pintu besi dengan kunci yang di putar seperti setir kapal.
Tapi di dalamnya ada 2 zombie. “Yanti di depan ada pintu kamu kunci pintunya aku hajar zombienya” perintahku. Aku mempercepat lariku setelah melewati pintu aku melompat lalu menendang zombie yang di depan dengan kaki kanan hingga jatuh tersungkur. Aku langsung menginjak kepalanya lalu melompat lagi kali ini kuputar badanku 180 derajat lalu ku tendang kepala zombie dengan kaki kanan itu hingga membentur dinding kedua zombie itu tak bergerak lagi. Yanti sudah mengunci pintunya. Kami istirahat sejenak, kami berdua benar-benar ngos-ngosan capek sekali dan mengantuk. Di depanku ada ruang kamar tidur yang berpintu besi. Sepertinya ruang tidur untuk ABK (Anak Buah Kapal). Kami berdua langsung masuk kedalam dan aku mengunci pintu itu. “Syukurlah pintu ini dari besi jadi aman” kataku. Yanti langsung merebahkan badannya di kasur keringatnya bercucuran jaketnya tampak basah di bagian punggung karena keringat. Begitu juga aku, kemejaku selain basah oleh darah zombie juga basah oleh keringat. Aku melepas kemejaku sehingga hanya memakai kaos dalam lengan pendek dan menaruh samurai ku di atas meja. “Kamu tidur di atas aku di bawah pake matras” kataku sambil menyeret matras yang ada di belakang ruangan. “Iya makasih” jawab Yanti sambil membuka jaketnya. Tanpa basa-basi kami berdua tidur dengan lelap karena lelah berlari-lari seharian, menanti hari esok yang mungkin lebih buruk.
Bersambung...
-death transport episode 4 end-
Nyenyak sekali tidur kami semalam, kami melanjutkan perjalanan. Perjalanan kali ini seperti lagu ebiet g. Ade “Perjalanan ini sangat terasa menyedihkan”. Tapi kami bertemu survivor yang lain
Selanjutnya di Death Transport (Episode 5 : Advance)
part 5 release here
0
4.5K
Kutip
36
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan