TS
sherlock_mas
[TERAPI KESEHATAN] Hiperbarik, Oksigen Murni Tekanan Tinggi
Quote:
Ajang balap motor dunia pernah dikejutkan saat pebalap Valentino Rossi sembuh lebih cepat pasca-insiden patah kaki di Sirkuit Mugello, Italia, tiga tahun lalu. Dari rekomendasi dokter untuk rehat enam bulan setelah operasi, Rossi hanya butuh enam minggu untuk kembali ke arena.
Dua hingga tiga kali terapi hiperbarik per hari membuat kondisi saya cepat pulih. Selama terapi, saya duduk nyaman sembari melakukan latihan kecil fisik untuk memulihkan kebugaran fisik,” kata Rossi.
Rossi hingga kini masih berada di puncak kejayaannya. Keberhasilan metode pengobatannya menginspirasi pebalap motor dunia lainnya melakukan hal yang sama. Pebalap motor asal Inggris, Cal Crutchlow, hanya butuh tiga minggu untuk memulihkan cedera bahunya.
Hiperbarik adalah terapi pengobatan menggabungkan oksigen murni dan tekanan udara 1,3-6 atmosfer (ata) di dalam ruang udara bertekanan tinggi (RUBT) alias Hyperbaric Chamber.
Berbeda dengan oksigen biasa yang diangkut darah, oksigen bertekanan udara tinggi mudah larut ke seluruh jaringan tubuh yang ada cairan, dari darah, sistem getah bening, saraf, hingga tulang. Semakin banyak oksigen terserap, akan semakin baik bagi kemandirian tubuh dalam memperbaiki jaringan yang rusak.
Sekretaris II Ikatan Dokter Hiperbarik Indonesia Erick Supondha mengatakan, terapi pengobatan ini awalnya populer sebagai bentuk pengobatan penyakit dekompresi akibat penyelaman tahun 1960-an. Gangguan itu disebabkan akumulasi nitrogen saat menyelam yang membentuk gelembung udara serta menyumbat aliran darah dan saraf. Gejalanya antara lain mati rasa, kelumpuhan, kehilangan kesadaran, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Seiring perkembangan ilmu kedokteran, terapi ini efektif mengobati beragam penyakit hingga menunjang gaya hidup sehat. Erick mencontohkan, kerusakan jaringan kulit dan darah akibat luka bakar atau diabetes bisa diminimalkan dengan terapi ini. Oksigen bertekanan tinggi efektif memicu sel dan jaringan rusak memperbaiki diri sendiri sehingga kerap digunakan untuk memperhalus kulit dan kebugaran tubuh.
Sebelum melakukan terapi hiperbarik biasanya orang akan diperiksa pembuluh darah menggunakan metode transcutaneous oxygen pressure (TcPo2) dan ultrasonografi doppler. Tujuannya melihat kondisi saraf dan pembuluh darah yang bisa diperbaiki sehingga target penyembuhan dan metode pengobatan bisa dilakukan lebih terencana. Hiperbarik tidak bisa menghidupkan jaringan pembuluh darah yang sudah mati. Pemeriksaan juga bermanfaat untuk melihat indikator keberhasilan terapi hiperbarik.
Calon pasien juga diperiksa kesehatannya. Jika terdeteksi ada gelembung udara dalam paru atau menggunakan alat pacu jantung, disarankan tidak mengikuti terapi. Penderita sinusitis dan asma biasanya mendapatkan pertimbangan klinis dokter.
Erick yang juga konsultan hiperbarik dari Rumah Sakit Bethsaida, Paramount Serpong, Tangerang, mengatakan, terapi ini dijamin tidak menggunakan obat dan operasi. Pasien hanya perlu duduk santai dalam RUBT sembari menonton film atau mendengarkan musik.
Rumah sakit tempat Erick bekerja memiliki RUBT berukuran 2,3 meter x 3,6 meter, terbuat dari baja dengan ketebalan 12-20 milimeter, dan toleransi tekanan udara hingga 6 ata.
Jenis RUBT
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 120/Menkes/SK II/2008 tentang Standar Pelayanan Medik Hiperbarik, ada lima RUBT yang diizinkan untuk terapi. RUBT Monoplace untuk pasien individu dengan kasus infeksi dan perawatan intensif.
RUBT Multiplace digunakan bersama 4-12 pasien. Ruangan ini dilengkapi dengan ruang perawatan intensif dan tempat bagi perawat. Masker udara wajib digunakan.
Selain itu, ada perangkat RUBT yang bisa dipindah-pindah (portable). RUBT ini berukuran kecil, kerap digunakan dalam operasi militer, penelitian, dan terapi khusus. Ada pula RUBT untuk latihan penyelaman serta RUBT untuk bayi baru lahir dan hewan. Meski berbeda bentuk dan ukuran, standarnya sama. Ada perawat dan operator hiperbarik yang memantau ketat proses terapi.
”Hiperbarik idealnya dilakukan 1 kali per hari selama 3 x 30 menit. Biaya satu kali terapi Rp 300.000-Rp 400.000. Terapi ini baik dilakukan semua orang dari semua kelompok usia,” katanya.
Wisata laut
Erick mengingatkan, penggunaan terapi hiperbarik tetap harus mengutamakan rambu-rambu tertentu. Untuk menyesuaikan dengan kondisi tubuh, terapi hiperbarik tidak bisa diberikan terus-menerus.
Setelah melakukan lima kali terapi pertama, pasien harus berhenti dua hari sebelum melanjutkan terapi. Pasien harus beristirahat selama seminggu apabila telah menjalani 20 kali terapi ini.
Calon pasien juga diminta melakukan verifikasi kelayakan RUBT sebelum melakukan terapi hiperbarik. Tidak semua dari 28 unit hiperbarik di Indonesia menerapkan standar kelayakan. Secara fisik, bisa dilihat dari keterangan ketebalan baja RUBT, jenis masker, keran saluran oksigen dan udara, hingga kelayakan kerja pembuat RUBT.
”Jika tidak menerapkan standar yang benar, potensi efek merugikan, seperti penyakit dekompresi, keracunan gas, dan trauma, bisa terjadi,” ujarnya.
Ke depan, Erick berharap terapi hiperbarik bisa diterapkan di banyak daerah di Indonesia, khususnya yang memiliki risiko menyebabkan gangguan dekompresi tinggi, seperti daerah wisata bahari atau dihuni masyarakat dengan mata pencarian sebagai penyelam tradisional. Saat ini, beberapa daerah seperti Derawan, Kalimantan Timur, atau Raja Ampat, Papua Barat, sudah meminta rekomendasi pembuatan RUBT.
Ia juga berharap metode ini bisa dilirik perusahaan asuransi. Terapi hiperbarik terbukti menyembuhkan beragam penyakit dalam waktu relatif singkat dengan efek samping minimal. Dengan waktu relatif singkat, biaya pengobatan akan lebih murah.
”Seorang pasien dengan luka bakar hingga 60 persen yang mendapat terapi hiperbarik hanya memerlukan waktu 1,5-2 bulan untuk pulih. Sebelumnya, ia pernah menjalani operasi dan makan beragam obat, tetapi hasilnya tidak memuaskan,” tutur Erick.
Dua hingga tiga kali terapi hiperbarik per hari membuat kondisi saya cepat pulih. Selama terapi, saya duduk nyaman sembari melakukan latihan kecil fisik untuk memulihkan kebugaran fisik,” kata Rossi.
Rossi hingga kini masih berada di puncak kejayaannya. Keberhasilan metode pengobatannya menginspirasi pebalap motor dunia lainnya melakukan hal yang sama. Pebalap motor asal Inggris, Cal Crutchlow, hanya butuh tiga minggu untuk memulihkan cedera bahunya.
Hiperbarik adalah terapi pengobatan menggabungkan oksigen murni dan tekanan udara 1,3-6 atmosfer (ata) di dalam ruang udara bertekanan tinggi (RUBT) alias Hyperbaric Chamber.
Berbeda dengan oksigen biasa yang diangkut darah, oksigen bertekanan udara tinggi mudah larut ke seluruh jaringan tubuh yang ada cairan, dari darah, sistem getah bening, saraf, hingga tulang. Semakin banyak oksigen terserap, akan semakin baik bagi kemandirian tubuh dalam memperbaiki jaringan yang rusak.
Sekretaris II Ikatan Dokter Hiperbarik Indonesia Erick Supondha mengatakan, terapi pengobatan ini awalnya populer sebagai bentuk pengobatan penyakit dekompresi akibat penyelaman tahun 1960-an. Gangguan itu disebabkan akumulasi nitrogen saat menyelam yang membentuk gelembung udara serta menyumbat aliran darah dan saraf. Gejalanya antara lain mati rasa, kelumpuhan, kehilangan kesadaran, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Seiring perkembangan ilmu kedokteran, terapi ini efektif mengobati beragam penyakit hingga menunjang gaya hidup sehat. Erick mencontohkan, kerusakan jaringan kulit dan darah akibat luka bakar atau diabetes bisa diminimalkan dengan terapi ini. Oksigen bertekanan tinggi efektif memicu sel dan jaringan rusak memperbaiki diri sendiri sehingga kerap digunakan untuk memperhalus kulit dan kebugaran tubuh.
Sebelum melakukan terapi hiperbarik biasanya orang akan diperiksa pembuluh darah menggunakan metode transcutaneous oxygen pressure (TcPo2) dan ultrasonografi doppler. Tujuannya melihat kondisi saraf dan pembuluh darah yang bisa diperbaiki sehingga target penyembuhan dan metode pengobatan bisa dilakukan lebih terencana. Hiperbarik tidak bisa menghidupkan jaringan pembuluh darah yang sudah mati. Pemeriksaan juga bermanfaat untuk melihat indikator keberhasilan terapi hiperbarik.
Calon pasien juga diperiksa kesehatannya. Jika terdeteksi ada gelembung udara dalam paru atau menggunakan alat pacu jantung, disarankan tidak mengikuti terapi. Penderita sinusitis dan asma biasanya mendapatkan pertimbangan klinis dokter.
Erick yang juga konsultan hiperbarik dari Rumah Sakit Bethsaida, Paramount Serpong, Tangerang, mengatakan, terapi ini dijamin tidak menggunakan obat dan operasi. Pasien hanya perlu duduk santai dalam RUBT sembari menonton film atau mendengarkan musik.
Rumah sakit tempat Erick bekerja memiliki RUBT berukuran 2,3 meter x 3,6 meter, terbuat dari baja dengan ketebalan 12-20 milimeter, dan toleransi tekanan udara hingga 6 ata.
Jenis RUBT
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 120/Menkes/SK II/2008 tentang Standar Pelayanan Medik Hiperbarik, ada lima RUBT yang diizinkan untuk terapi. RUBT Monoplace untuk pasien individu dengan kasus infeksi dan perawatan intensif.
RUBT Multiplace digunakan bersama 4-12 pasien. Ruangan ini dilengkapi dengan ruang perawatan intensif dan tempat bagi perawat. Masker udara wajib digunakan.
Selain itu, ada perangkat RUBT yang bisa dipindah-pindah (portable). RUBT ini berukuran kecil, kerap digunakan dalam operasi militer, penelitian, dan terapi khusus. Ada pula RUBT untuk latihan penyelaman serta RUBT untuk bayi baru lahir dan hewan. Meski berbeda bentuk dan ukuran, standarnya sama. Ada perawat dan operator hiperbarik yang memantau ketat proses terapi.
”Hiperbarik idealnya dilakukan 1 kali per hari selama 3 x 30 menit. Biaya satu kali terapi Rp 300.000-Rp 400.000. Terapi ini baik dilakukan semua orang dari semua kelompok usia,” katanya.
Wisata laut
Erick mengingatkan, penggunaan terapi hiperbarik tetap harus mengutamakan rambu-rambu tertentu. Untuk menyesuaikan dengan kondisi tubuh, terapi hiperbarik tidak bisa diberikan terus-menerus.
Setelah melakukan lima kali terapi pertama, pasien harus berhenti dua hari sebelum melanjutkan terapi. Pasien harus beristirahat selama seminggu apabila telah menjalani 20 kali terapi ini.
Calon pasien juga diminta melakukan verifikasi kelayakan RUBT sebelum melakukan terapi hiperbarik. Tidak semua dari 28 unit hiperbarik di Indonesia menerapkan standar kelayakan. Secara fisik, bisa dilihat dari keterangan ketebalan baja RUBT, jenis masker, keran saluran oksigen dan udara, hingga kelayakan kerja pembuat RUBT.
”Jika tidak menerapkan standar yang benar, potensi efek merugikan, seperti penyakit dekompresi, keracunan gas, dan trauma, bisa terjadi,” ujarnya.
Ke depan, Erick berharap terapi hiperbarik bisa diterapkan di banyak daerah di Indonesia, khususnya yang memiliki risiko menyebabkan gangguan dekompresi tinggi, seperti daerah wisata bahari atau dihuni masyarakat dengan mata pencarian sebagai penyelam tradisional. Saat ini, beberapa daerah seperti Derawan, Kalimantan Timur, atau Raja Ampat, Papua Barat, sudah meminta rekomendasi pembuatan RUBT.
Ia juga berharap metode ini bisa dilirik perusahaan asuransi. Terapi hiperbarik terbukti menyembuhkan beragam penyakit dalam waktu relatif singkat dengan efek samping minimal. Dengan waktu relatif singkat, biaya pengobatan akan lebih murah.
”Seorang pasien dengan luka bakar hingga 60 persen yang mendapat terapi hiperbarik hanya memerlukan waktu 1,5-2 bulan untuk pulih. Sebelumnya, ia pernah menjalani operasi dan makan beragam obat, tetapi hasilnya tidak memuaskan,” tutur Erick.
Ternyata terapi ini banyak manfaatnya, dari beberapa artikel yang ane baca, terapi oksigen hiperbarik sangat sesuai untuk penderita autisme yang memiliki indikasi kekurangan oksigen. Mohon petunjuk sesepuh di sini, apakah memang betul terapi ini sesuai untuk penderita autis dengan indikasi kekurangan oksigen??
Sumber
Spoiler for Tambahan berita:
SERPONG, KOMPAS.com – Ody G (60) setahun terakhir mengalami stroke. Ketika kondisi kesehatannya drop, Ody dibawa ke salah satu rumah sakit di Tangerang. Namun oleh dokter di sana, Ody disarankan ke Rumah Sakit Bethsaida, Gading Serpong, Tangerang. Ody kemudian menjalani terapi oksigen hiperbalik (hyperbaric oxygen therapy/HBOT).
Sampai hari Senin (11/3/2013), Ody sudah 19 kali menjalani terapi oksigen hiperbarik. Menurut Welly, perawat RS Bethsaida, kondisi Ody sudah jauh membaik dibandingkan saat ia datang pertama kali bulan Februari. “Pertama kali datang, Pak Ody harus berbaring. Setelah 9 kali menjalani terapi ini, Pak Ody sudah bisa duduk dan sudah mulai bisa berbicara meski belum lancar. Dari wajahnya yang kelihatan segar setelah ikut terapi ini, kondisi kesehatan Pak Ody makin membaik,” jelas Welly.
Hal yang sama dialami Dolfi Supit (43). Mantan atlet polo air yang pernah membela nama Indonesia dalam SEA Games 1987 ini sudah tujuh kali menjalani terapi oksigen hiperbarik. “Setelah ikut terapi ketiga, saya merasa badan saya sangat bugar. Saya sampai bilang pada dokter, saya belum pernah merasakan kebugaran dan kebahagiaan seperti sekarang,” ungkap Dolfi, yang saat ini menjadi pengusaha.
Elizabeth Sindoro, pemilik RS Bethsaida menuturkan, ia menyediakan peralatan HBOT ke rumah sakit yang baru diresmikan 12 Desember 2012 karena ia tahu persis manfaatnya bagi pasien. Sebelumnya Elizabeth rutin menjalani terapi oksigen ini di RSAL Mintohardjo Jakarta, namun setelah RS Bethsaida miliknya menyediakan peralatan lebih modern, ia selalu menjalani terapi ini.
Hasilnya memang luar biasa. Wajah Elizabeth Sindoro masih kelihatan segar dan tubuhnya tetap bugar meski usianya sudah kepala 5. Rambutnya juga tetap hitam, tidak tampak uban satu pun. Perempuan pengusaha ini selalu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya, selain melalui terapi oksigen hiperbarik, juga melalui makanan sehat. "Saya sehat dan bugar tanpa harus makan obat berbahan kimia, berkat terapi ini," kata Liza.
Di Tangerang, RS Bethsaida satu-satunya rumah sakit yang memiliki peralatan terapi oksigen hiperbarik.
Setelah ikut terapi ketiga, saya merasa badan saya sangat bugar. Saya sampai bilang pada dokter, saya belum pernah merasakan kebugaran dan kebahagiaan seperti sekarang.
-- Dolfi Supit
Direktur RS Bethsaida dr Bina Ratna menjelaskan, terapi hiperbarik belum banyak dikenal orang Indonesia. Pemanfaatan HBOT di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Lakesla, bekerja sama dengan RS Angkatan Laut Dr. Ramelan, Surabaya tahun 1960. Hingga saat ini fasilitas tersebut masih merupakan yang paling besar di Indonesia.
Di Jakarta, ada dua rumah sakit yang menyediakan fasilitas terapi oksigen hiperbarik, namun sejauh ini baru RS Bethsaida Gading Serpong Tangerang yang memiliki peralatan yang lengkap dan modern.
Apakah terapi oksigen hiperbarik itu?
Dasar terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori Toricelli ini yang mendasari terapi HBOT,dimana digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm adalah 760 mmHg. Kandungan komposisi unsur-unsur udara yang terkandung di alam ini mengandung Nitrogen (N2) 78 persen dan Oksigen (O2) 21 persen.
Terapi HBOT menggunakan unsur media nafas Oksigen (O2) murni atau 100 persen. Terapi HBOT ini juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum Dalton, Boyle, Charles dan Henry.
Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi medis di bidang kedokteran, yang memiliki dasar keilmuan kedokteran (Evident Base Medicine) dan telah terbukti secara klinis dengan cara menghirup oksigen murni didalam suatu ruangan bertekanan tinggi.
Prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat seluler akan menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme. Oksigen yang berada di sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara pertukaran gas. Fase-fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi, transportasi, utilisasi dan difusi. Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang menopang kehidupan suatu organisme mendapatkan kondisi yang optimal.
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) adalah terapi medis dimana pasien dalam suatu ruangan menghirup oksigen 100 persen pada tekanan tinggi (hyperbaric chamber). Kondisi lingkungan dalam HBOT bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT) baik yang dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit klinis.
Efek terapi
Efek yang didapatkan dari terapi HBOT ada dua yang pertama efek mekanik dan kedua efek fisiologis. Efek fisiologis dapat dijelaskan melalui mekanisme oksigen yang terlarut plasma. Pengangkutan oksigen ke jaringan meningkat seiring dengan peningkatan oksigen terlarut dalam plasma.
Efek mekanik meningkatnya tekanan lingkungan atau ambient yang memberikan manfaat penurunan volume gelembung gas atau udara seperti pada terapi penderita dekompresi akibat kecelakaan kerja penyelaman dan gas emboli yang terjadi pada beberapa tindakan medis rumah sakit.
Efek peningkatan tekanan parsial oksigen dalam darah dan jaringan yang memberikan manfaat terapeutik: bakteriostatik pada infeksi kuman anaerob, detoksikasi pada keracunan karbon monoksida, sianida dan hidrogensulfida, reoksigenasi pada kasus iskemia akut, crush injury, compartment syndrome maupun kasus iskemia kronis, luka yang tidak sembuh, nekrosis radiasi, skin graft preparation dan luka bakar.
Larangan dalam terapi oksigen hiperbarik
Dokter Bina Ratna menjelaskan, kelainan paru tertentu, infeksi saluran napas atas dan beberapa kondisi medis tertentu akan menyebabkan pasien kesulitan menyesuaikan diri di dalam ruangan hiperbarik. Sebelum melakukan terapi harus melakukan konsultasi dahulu dengan dokter ahli hiperbarik.
Adakah efek samping terapi oksigen hiperbarik? Efek samping yang biasa terjadi adalah ketidakmampuan pasien menyesuaikan tekanan dalam ruangan hiperbarik dan intoksikasi oksigen.
Untuk mengatasi masalah tersebut pasien akan selalu didampingi perawat khusus hiperbarik terlatih yang akan mengajarkan cara menyesuaikan diri terhadap tekanan dan cara bernafas yang benar.
Singkirkan benda logam
Dokter Bina Ratna menjelaskan, seluruh pasien diharuskan untuk menjalani penilaian pra-pengobatan sebelum HBOT. Sebuah formulir penilaian harus diisi dan ditandatangani oleh dokter dan diserahkan setelah pendaftaran.
Singkirkan benda logam dan tidak membawa benda listrik atau barang terlarang lainnya.Pasien harus makan setidaknya 2 jam sebelum pengobatan.Setelah pasien memasuki ruangan silahkan mencoba untuk memposisikan diri dan merasa nyaman.
Selama fase pengobatan HBOT, Anda akan mengalami perasaan "penuh" di telinga, mirip seperti saat akan naik pesawat yang diakibatkan karena perubahan ketinggian. Sensasi seperti ini akan terjadi lima sampai sepuluh menit atau saat tekanan baru mencapai 0-5 meter ini terjadi karena masa transisi saat terjadi perubahan tekanan atmosfer.
Anda diminta untuk menyamakan tekanan pada telinga .Seorang perawat hiperbarik dan teknisi terlatih serta bersertifikat akan hadir bersama anda baik didalam ruangan hiperbarik dan diluar ruangan hiperbarik, anda akan diawasi terus menerus selama pengobatan HBOT berlangsung dibawah koordinasi dokter ahli hiperbarik yang siap untuk dimintakan bantuan, infomasi setiap saat untuk melatih dan membantu pasien. Setiap sesi terapi akan berlangsung dari 60-90 menit.
Selama sesi terapi, pasien dapat menonton televisi, mendengarkan musik dari sistem hiburan in-house, membaca atau hanya tidur. Mohon diperhatikan bahwa perawat hiperbarik dan teknisi akan menyaring dan membatasi barang-barang yang akan dibawa dalam ruangan.
Proses persiapan pasien dan pelaksanaan terapi hbot di RS Bethsaida dilaksanakan oleh tenaga tenaga medis profesional terlatih dan dibawah kontrol dan pengawasan dokter ahli hiperbarik berpngalaman, serta menggunakan peralatan yang memiliki standar keamanan tinggi bagi manusia dan memiliki sertifikasi internasional
Persiapan sebelum terapi oksigen hiperbarik
Merokok, alkohol dan konsumsi kafein kronis akan mengurangi jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh sistem peredaran darah.
Sangat direkomendasikan bahwa seluruh pasien HBOT dapat menahan diri dari merokok selama perawatan. Jika penghentian merokok tidak mungkin, sekurang kurangnya jangka waktu dua jam sebelum dan dua jam setelah perawatan harus bebas tembakau.
Pasien setidaknya makanan ringan dua jam sebelum perawatan. Dan silakan mendiskusikan obat obatan yang Anda konsumsi rutin dengan dokter ahli hiperbarik di rumah sakit.
Nah, apakah Anda ingin mencoba terapi oksigen hiperbarik untuk kesehatan dan kebugaran?
Sampai hari Senin (11/3/2013), Ody sudah 19 kali menjalani terapi oksigen hiperbarik. Menurut Welly, perawat RS Bethsaida, kondisi Ody sudah jauh membaik dibandingkan saat ia datang pertama kali bulan Februari. “Pertama kali datang, Pak Ody harus berbaring. Setelah 9 kali menjalani terapi ini, Pak Ody sudah bisa duduk dan sudah mulai bisa berbicara meski belum lancar. Dari wajahnya yang kelihatan segar setelah ikut terapi ini, kondisi kesehatan Pak Ody makin membaik,” jelas Welly.
Hal yang sama dialami Dolfi Supit (43). Mantan atlet polo air yang pernah membela nama Indonesia dalam SEA Games 1987 ini sudah tujuh kali menjalani terapi oksigen hiperbarik. “Setelah ikut terapi ketiga, saya merasa badan saya sangat bugar. Saya sampai bilang pada dokter, saya belum pernah merasakan kebugaran dan kebahagiaan seperti sekarang,” ungkap Dolfi, yang saat ini menjadi pengusaha.
Elizabeth Sindoro, pemilik RS Bethsaida menuturkan, ia menyediakan peralatan HBOT ke rumah sakit yang baru diresmikan 12 Desember 2012 karena ia tahu persis manfaatnya bagi pasien. Sebelumnya Elizabeth rutin menjalani terapi oksigen ini di RSAL Mintohardjo Jakarta, namun setelah RS Bethsaida miliknya menyediakan peralatan lebih modern, ia selalu menjalani terapi ini.
Hasilnya memang luar biasa. Wajah Elizabeth Sindoro masih kelihatan segar dan tubuhnya tetap bugar meski usianya sudah kepala 5. Rambutnya juga tetap hitam, tidak tampak uban satu pun. Perempuan pengusaha ini selalu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya, selain melalui terapi oksigen hiperbarik, juga melalui makanan sehat. "Saya sehat dan bugar tanpa harus makan obat berbahan kimia, berkat terapi ini," kata Liza.
Di Tangerang, RS Bethsaida satu-satunya rumah sakit yang memiliki peralatan terapi oksigen hiperbarik.
Setelah ikut terapi ketiga, saya merasa badan saya sangat bugar. Saya sampai bilang pada dokter, saya belum pernah merasakan kebugaran dan kebahagiaan seperti sekarang.
-- Dolfi Supit
Direktur RS Bethsaida dr Bina Ratna menjelaskan, terapi hiperbarik belum banyak dikenal orang Indonesia. Pemanfaatan HBOT di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Lakesla, bekerja sama dengan RS Angkatan Laut Dr. Ramelan, Surabaya tahun 1960. Hingga saat ini fasilitas tersebut masih merupakan yang paling besar di Indonesia.
Di Jakarta, ada dua rumah sakit yang menyediakan fasilitas terapi oksigen hiperbarik, namun sejauh ini baru RS Bethsaida Gading Serpong Tangerang yang memiliki peralatan yang lengkap dan modern.
Apakah terapi oksigen hiperbarik itu?
Dasar terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori Toricelli ini yang mendasari terapi HBOT,dimana digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm adalah 760 mmHg. Kandungan komposisi unsur-unsur udara yang terkandung di alam ini mengandung Nitrogen (N2) 78 persen dan Oksigen (O2) 21 persen.
Terapi HBOT menggunakan unsur media nafas Oksigen (O2) murni atau 100 persen. Terapi HBOT ini juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum Dalton, Boyle, Charles dan Henry.
Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi medis di bidang kedokteran, yang memiliki dasar keilmuan kedokteran (Evident Base Medicine) dan telah terbukti secara klinis dengan cara menghirup oksigen murni didalam suatu ruangan bertekanan tinggi.
Prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat seluler akan menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme. Oksigen yang berada di sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara pertukaran gas. Fase-fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi, transportasi, utilisasi dan difusi. Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang menopang kehidupan suatu organisme mendapatkan kondisi yang optimal.
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) adalah terapi medis dimana pasien dalam suatu ruangan menghirup oksigen 100 persen pada tekanan tinggi (hyperbaric chamber). Kondisi lingkungan dalam HBOT bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT) baik yang dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit klinis.
Efek terapi
Efek yang didapatkan dari terapi HBOT ada dua yang pertama efek mekanik dan kedua efek fisiologis. Efek fisiologis dapat dijelaskan melalui mekanisme oksigen yang terlarut plasma. Pengangkutan oksigen ke jaringan meningkat seiring dengan peningkatan oksigen terlarut dalam plasma.
Efek mekanik meningkatnya tekanan lingkungan atau ambient yang memberikan manfaat penurunan volume gelembung gas atau udara seperti pada terapi penderita dekompresi akibat kecelakaan kerja penyelaman dan gas emboli yang terjadi pada beberapa tindakan medis rumah sakit.
Efek peningkatan tekanan parsial oksigen dalam darah dan jaringan yang memberikan manfaat terapeutik: bakteriostatik pada infeksi kuman anaerob, detoksikasi pada keracunan karbon monoksida, sianida dan hidrogensulfida, reoksigenasi pada kasus iskemia akut, crush injury, compartment syndrome maupun kasus iskemia kronis, luka yang tidak sembuh, nekrosis radiasi, skin graft preparation dan luka bakar.
Larangan dalam terapi oksigen hiperbarik
Dokter Bina Ratna menjelaskan, kelainan paru tertentu, infeksi saluran napas atas dan beberapa kondisi medis tertentu akan menyebabkan pasien kesulitan menyesuaikan diri di dalam ruangan hiperbarik. Sebelum melakukan terapi harus melakukan konsultasi dahulu dengan dokter ahli hiperbarik.
Adakah efek samping terapi oksigen hiperbarik? Efek samping yang biasa terjadi adalah ketidakmampuan pasien menyesuaikan tekanan dalam ruangan hiperbarik dan intoksikasi oksigen.
Untuk mengatasi masalah tersebut pasien akan selalu didampingi perawat khusus hiperbarik terlatih yang akan mengajarkan cara menyesuaikan diri terhadap tekanan dan cara bernafas yang benar.
Singkirkan benda logam
Dokter Bina Ratna menjelaskan, seluruh pasien diharuskan untuk menjalani penilaian pra-pengobatan sebelum HBOT. Sebuah formulir penilaian harus diisi dan ditandatangani oleh dokter dan diserahkan setelah pendaftaran.
Singkirkan benda logam dan tidak membawa benda listrik atau barang terlarang lainnya.Pasien harus makan setidaknya 2 jam sebelum pengobatan.Setelah pasien memasuki ruangan silahkan mencoba untuk memposisikan diri dan merasa nyaman.
Selama fase pengobatan HBOT, Anda akan mengalami perasaan "penuh" di telinga, mirip seperti saat akan naik pesawat yang diakibatkan karena perubahan ketinggian. Sensasi seperti ini akan terjadi lima sampai sepuluh menit atau saat tekanan baru mencapai 0-5 meter ini terjadi karena masa transisi saat terjadi perubahan tekanan atmosfer.
Anda diminta untuk menyamakan tekanan pada telinga .Seorang perawat hiperbarik dan teknisi terlatih serta bersertifikat akan hadir bersama anda baik didalam ruangan hiperbarik dan diluar ruangan hiperbarik, anda akan diawasi terus menerus selama pengobatan HBOT berlangsung dibawah koordinasi dokter ahli hiperbarik yang siap untuk dimintakan bantuan, infomasi setiap saat untuk melatih dan membantu pasien. Setiap sesi terapi akan berlangsung dari 60-90 menit.
Selama sesi terapi, pasien dapat menonton televisi, mendengarkan musik dari sistem hiburan in-house, membaca atau hanya tidur. Mohon diperhatikan bahwa perawat hiperbarik dan teknisi akan menyaring dan membatasi barang-barang yang akan dibawa dalam ruangan.
Proses persiapan pasien dan pelaksanaan terapi hbot di RS Bethsaida dilaksanakan oleh tenaga tenaga medis profesional terlatih dan dibawah kontrol dan pengawasan dokter ahli hiperbarik berpngalaman, serta menggunakan peralatan yang memiliki standar keamanan tinggi bagi manusia dan memiliki sertifikasi internasional
Persiapan sebelum terapi oksigen hiperbarik
Merokok, alkohol dan konsumsi kafein kronis akan mengurangi jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh sistem peredaran darah.
Sangat direkomendasikan bahwa seluruh pasien HBOT dapat menahan diri dari merokok selama perawatan. Jika penghentian merokok tidak mungkin, sekurang kurangnya jangka waktu dua jam sebelum dan dua jam setelah perawatan harus bebas tembakau.
Pasien setidaknya makanan ringan dua jam sebelum perawatan. Dan silakan mendiskusikan obat obatan yang Anda konsumsi rutin dengan dokter ahli hiperbarik di rumah sakit.
Nah, apakah Anda ingin mencoba terapi oksigen hiperbarik untuk kesehatan dan kebugaran?
0
3.4K
Kutip
3
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan