Kaskus

Entertainment

tozbroAvatar border
TS
tozbro
Dinamika Sejarah Sebuah Sampul Jendela Dunia
Dinamika Sejarah Sebuah Sampul Jendela Dunia

Dinamika Sejarah Sebuah Sampul Jendela Dunia


Spoiler for repsol:

Dinamika Sejarah Sebuah Sampul Jendela Dunia

Dinamika Sejarah Sebuah Sampul Jendela Dunia

Apa yang tebersit dalam benak agan ketika pertama kali tertarik untuk membaca sebuah buku? Apakah karena judulnya, penulisnya, atau isi materi bukunya yang berkualitas? Tentunya bukan semua aspek itu. Visualisasi sebuah sampul buku yang tertangkap indra pelihatan agan saat pertama kali itulah yang menarik perhatian dan minat agan untuk mengambil sebuah buku dari tumpukannya.

Memang, beberapa tampilan buku yang biasa saja bisa merangkum materi bacaan yang menarik. Tapi, tak jarang, kondisinya juga bisa sebaliknya. Sampul yang heboh sering kali tak berimbang dengan isinya. Kondisi ini melahirkan sebuah ungkapan don't judge a book by its cover, jangan menilai sebuah buku dari sampulnya.

Namun, bagi mereka yang menggeluti bisnis penerbitan, membuat sampul yang menarik bagi sebuah buku merupakan aspek yang tak bisa disepelekan dalam bisnis ini. Sampul buku yang menarik amat menentukan besarnya nilai kuantitas penjualan sebuah buku.

Nah, dalam rubrik kali ini, akan diulas sedikit mengenai perjalanan sejarah dari selimut buku ini, juga tentang lika-liku peringatan dan aspek keasyikan membaca buku yang telah beralih dari buku fisik menjadi versi e-book yang lebih modern seiring makin meluasnya aspek fantasi yang tercetak dalam kata-kata sebuah buku.

Cikal Bakal
Paperback, demikian istilah dari selimut buku ini. Paperback yang kemudian lazim disebut sebagai softback atau softcover, awalnya adalah sampul atau kover dari buku yang dibuat dari kertas tebal atau karton dan kemudian dilekatkan. Pada abad ke-20, format pencetakan dan penerbitan skala besar dari paperback ini dipelopori oleh penerbit buku di Jerman, Albatross Books, pada 1931.

Namun, karena terjadi Perang Dunia II, dinamikanya sempat terhambat. Tren paperback kemudian diadaptasi di Inggris hingga mencapai kesuksesannya pada 1935 saat Penguin Books mengadopsi banyak inovasi Albatross, seperti logo yang mencolok dan warna kover untuk genre yang berbeda. Sosok Allen Lane yang mendirikan penerbit Penguin Books pada tahun 1935 mengikuti tren dini dan berhasil meluncurkan sepuluh judul buku cetak ulang.

Sejak saat itu, tepatnya pada 30 Juli 1935, dimulailah revolusi paperback dalam bahasa Inggris di pasaran buku. Buku paperback pertamanya adalah buku yang berjudul Ariel yang ditulis oleh Andre Maurois. Penguin Books merajai tren bisnis buku ini, apalagi banyak penulis buku terkenal muncul dan menerbitkan bukunya dengan konsep paperback seperti Ernest Hemingway untuk bukunya yang berjudul A Farewell to Arms dan Agatha Christie untuk bukunya yang berjudul The Mysterious Affairat Styles.

Pada awal 1939, Robert de Graaf mencoba mengikuti tren yang sama untuk diterapkan di Amerika Serikat. Di sana dia bermitra dengan Simon & Schuster meluncurkan label Pocket Books. Kemudian penamaan konsep buku paperback ini lebih dikenal di AS sebagai konsep pocket book.

Perusahaan itu kemudian menerbitkan buku berjudul The Good Earth yang ditulis oleh Pearl S Buck pada 1938 akhir. Setelah Pocket Books berdiri, banyak penerbit paperback lainnya bermunculan di Amerika Serikat, seperti Ace, Dell, Bantam, Avon, dan puluhan penerbit kecil lainnya.

Awalnya, para penerbit itu hanya menerbitkan buku yang dicetak ulang, namun Fawcett Publications melalui Gold Medal Booksnya kemudian menerbitkan karya-karya asli dalam paperback. Kehadiran paperback di benua ini membuat revolusi bagi kegemaran dan keasyikan dalam membaca yang kian membara.

Tren paperback Amerika Serikat cepat merambah ke Kanada pada tahun-tahun berikutnya. Kesuksesan paperback kian jelas terlihat kala White Circle Books, anak perusahaan dari penerbit Collins (Inggris) dan Harlequin cukup sukses menerbitkan jenis buku bergenre roman dan mereka kemudian menjadi salah satu penerbit besar di dunia.

Versi Lainnya
Selain ada buku yang dibuat dalam versi paperback, penerbit buku juga menerbitkan versi hardcover untuk permintaan khusus. Hardcover atau hardback ialah buku yang terjalin dengan kover pelindung yang kaku, misalnya cardboard yang dilapisi kain, kertas tebal, atau kulit. Buku hardcover ini cenderung memiliki daya tahan lebih lama dibanding dengan versi softcover. Untuk beberapa kolektor buku, mereka masih suka memburu buku yang dicetak dengan hardcover untuk alasan hobi.

Sudah barang tentu buku versi hardcover ini lebih tebal dari softcover. Harga bukunya pun akan lebih mahal karena biasanya harga produksinya lebih mahal daripada softcover dan selalu terbit lebih dulu (first edition).

Namun, inovasi tak berhenti sampai itu. Beberapa penerbit kemudian bereksperimen dengan meluncurkan jacketless hardcover, seperti dicetuskan oleh penerbit Viking, FSG, dan Graywolf. "Hal ini untuk mengembalikan pertanyaan tentang tujuan dari sebuah buku dirancang: untuk dijual di toko buku, atau menjadi bagian kehidupan pembaca. Jaket memang membawa keseluruhan desain, namun bukan bagian dari buku. Saya melihatnya seperti halnya sebuah iklan dan sering hanya sekali pakai," papar Eli Horowitz, managing editor di penerbitan buku McSweeney's.

Karena itulah banyak penerbit mulai berinovasi dengan memunculkan buku selain versi dust jacket hardcover, yaitu dengan memakai casewrap atau istilah lain dari jacketless hardcover. Seperti yang dikutip dalam tulisan Joel Friedlander pada tahun 2010 di laman thebookdesigner melalui artikelnya yang berjudul Casewrap vs Dust Jacket? Self-Publishers Make the Hard(cover) Choice, dia mengagas untuk buku masak, penggunaan casewarp terbukti lebih efisien, tidak rumit, dan tidak merepotkan. Untuk textbook tentunya harus yang tahan lama dan ekonomis karena casewrap juga lebih murah daripada cloth-covered atau dust jacket yang membuatnya harus dicetak terpisah.

Revolusi Membaca E-Book

E-book atau electronic book adalah buku yang dipublikasi melalui bentuk digital, terdiri dari teks, gambar, atau keduanya. E-book ini dapat dibaca melalui komputer, ponsel, atau gadget yang mendukung. Pengembangan e-book ini telah dimulai sejak tahun '60-an melalui NLS project yang dipimpin oleh Doug Engelbart dari Stanford Research Institute (SRI), yang bekerja sama dengan Hypertext Editing System dan FRESS project yang dipimpin oleh Andries van Dam dari Brown University.

FRESS digunakan untuk membaca textbook-textbook primer yang penting secara online. Dalam dinamika sejarahnya, kemudian konsep e-book ini dipopulerkan oleh Michael S Hart pada tahun 1971. Awalnya, e-book hanya diperuntukkan bagi kalangan terbatas seperti untuk bahan mata pelajaran, pedoman teknis, dan sebagainya.

Seiring dengan adanya teknologi internet, kemudahan terjadi di berbagai aspek, termasuk membaca buku. Pada era '90-an, ketersediaan internet membuat transfer file elektronik termasuk e-book menjadi jauh lebih mudah. Format dibuat dalam bentuk PDF yang bisa dibaca melalui software Adobe.

Pada tahun 2010, Public Library Funding and Technology Access Study menemukan bahwa 66 persen perpustakaan di AS telah menerapkan konsep e-book ini. Tahun 2011, penjualan e-book di Amazon.com melebihi penjualan versi paperback-nya, setelah setahun sebelumnya telah melampaui penjualan buku hardcover-nya.

Namun, nyatanya, e-book ini tidak bisa menggantikan sepenuhnya konsep buku fisik seperti paperback karena selalu ada saja pembeli yang ingin membaca buku dari versi tradisional. Namun, mengingat tingkat persaingan industri penerbitan, dan meningkatnya biaya penerbitan buku, tentu e-book bisa menjadi alternatif.

Apalagi untuk e-publisher yang sanggup menjaga kualitas profesional, tidak akan kalah bersaing dengan penerbit buku fisik. "Untuk masalah royalti saja, e-publisher sanggup membayar lebih tinggi kepada penulis, sekitar 20-70 persen. Sementara jika royalti dari penerbit cetak hanya memberikan sekitar 7-12 persen saja kepada penulis baru dari setiap buku yang dijual," ucap Tom E Sechrist Jr, penulis buku The Devenshire Chronicles yang diterbitkan oleh Crossroad Publishing Company, dikutip lewat artikelnya yang berjudul E-Books versus Paperbacks.

Berbagai kelebihan membuat e-book banyak diminati. Dia tak akan lapuk layaknya buku fisik yang akan usang dan lusuh dimakan usia atau rayap, mudah untuk pengiriman dan penyimpanan, Anda tak perlu menambah banyak rak buku di rumah untuk menampungnya, dan harganya yang amat murah.

Bagi Anda yang memiliki mobilitas tinggi namun ingin selalu membawa buku, Anda tak perlu berat-berat menenteng buku fisik ketika berpergian. Akan tetapi, juga selalu ada kelemahan dari aspek kepraktisannya. Jika media penyimpanan Anda bermasalah, seperti komputer, flashdisk, dan semacamnya rusak atau terkena virus, bisa jadi Anda kehilangan file e-book Anda.



Dinamika Sejarah Sebuah Sampul Jendela Dunia
0
2.6K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan