Tradisi pasar bandeng yang digelar masyarakat Gresik adalah sebuah tradisi lelang bandeng yang telah lama diadakan ratusan tahun yang lalu semenjak abad 15 masa Sunan Giri menyambut hari Idulfitri. Tradisi pasar bandeng diadakan dua hari sebelum hari raya Idul Fitri setiap tahunnya dan awal tradisi pasar bandeng bermula dari Kegiatan ekonomi Sunan Giri dengan menggiatkan penjualan bandeng untuk mengangkat ekonomi masyarakat setempat dengan cara mengolah dan memasarkan hasil bumi lambat laun kegiatan pasar bandeng menjadi tradisi atau budaya masyarakat Gresik setiap jelang hari Idul fitri.Pasar bandeng biasanya digelar sore hingga malam hari di telogo Dendo mulai depan pasar Gresik hingga perempatan teratee kalitutup,kabupaten Gresik ,jawa timur dengan beragam acara mulai lelang bandeng,kuis yang diikuti anak-anak sampai orang dewasa berhadiah ikan bandeng dan semenjak adanya tradisi pasar bandeng Gresik yang letaknya dipesisir utara pulau jawa menjadi salah satu pusat tambak udang dan bandeng di jawa timur.

Tradisi Walisongo yang tak kalah menarik menyambut hari raya Idul fitri yakni lebaran ketupat digelar 7 hari atau satu minggu setelah lebaran atau pada hari ke 7 bulan syawal dan awalnya lebaran ketupat menurut catatan sejarah diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga saat itu Ia memperkenalkan istilah bakda lebaran saling mengunjungi,saling memaafkan dan bakda kupat 7 hari sesudah lebaran dengan membuat ketupat nasi kemudian diantarkan kepada kerabat sebagai simbol kebersamaan dan kasih sayang. Kini tradisi lebaran ketupat masih tetap bertahan dikalangan masyarakat jawa pulau Madura misalnya menyebut ketupat lebaran dengan ketupat bawang kemudian masyarakat Tegal menyebut ketupat lebaran dengan nama ketupat Glabet dimakan bersama kuah berwarna kuning kental .

Lain lagi masyarakat Betawi menyebut ketupat lebaran dengan nama ketupat Bebanci yang disantap bersama kuah santan bersama daging sapi dan diberi aneka bumbu dan rempah-rempah.Tradisi lebaran ketupat yang digagas oleh Sunan Kalijaga sebagai sarana dakwah menyiarkan ajaran Islam dikalangan masyarakat jawa kala itu masih percaya pada anisme dan syirik sehingga pendekatan dengan cara lebaran ketupat ini agar Islam dapat diterima dalam masyarakat jawa dan sampai sekarang lebaran ketupat menjadi tradisi masyarakat Islam di Indonesia terutama masyarakat jawa .Lebaran ketupat bagi Sunan kalijaga memiliki makna tersendiri ketupat yang terbuat dari daun kelapa muda diisi beras dimasak kemudian diantar ke kerabat terdekat berarti lambang kebersamaan,anyaman kulit kelapa muda mencerminkan banyaknya kesalahan manusia dan ketupat dibelah dua menggambarkan kesucian dan kebersihan hati yang kini ketupat menjadi kuliener khas lebaran di Indonesia.

Tradisi syawalan dikalangan masyarakat jawa juga diduga telah dilakukan oleh Sunan Kalijaga bersamaan dengan lebaran ketupat bertujuan saling memaafkan antar kerabat dan Syawalan ini dilakukan 7 hari bakda lebaran yang kini syawalan menjadi tradisi masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Kini tradisi Syawalan tetap digelar setiap tahun atau populer dengan halal bi halal kemudian menariknya tradisi syawalan diikuti dengan dengan gelar seni budaya seperti masyarakat desa Boja,kabupaten Kendal mengadakan tradisi syawalann dan merti desa atau sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur pada sang Pencipta. Lain lagi masyarakat pesisir utara pulau jawa seperti demak dipantai morodemak ,rembang di dermaga TPI tasikagung dan jepara di TPI Ujung batu menggelar tradsii syawalan dengan melakukan larung sesaji dilaut jawa .

Tradisi syawalan masyarakat Jember dengan menggelar tradisi Pegon Ketupat yakni lomba kendaraan tradisional dengan tenaga sapi yang dihiasi aneka rupa mulai janur kuning khas ornamen lebaran ketupat yang diikuti petani dan masyarakat umumnya yang telah berlangsung puluhan tahun silam. Tradisi syawalan yang dilakukan masyarakat Rembang selain Larung sesaji juga mengadakan tradisi lomban yang awalnya diperkenalkan oleh sunan Bonang dengan membersihkan diri ke pantai seusai bersilaturahmi agar tidak melupakan makna idul fitri yakni kembalinya manusia kepada fitrah