Original Posted By Ramadhan adalah bulan menahan diri dan bulan solidaritas sosial, dalam hitungan jam bakal berlalu. Di penghujung Ramadan ini, ada baiknya kita mengevaluasi, apakah perilaku kita sebagai anak bangsa sudah sesuai dengan nilai-nilai yang dikandung bulan penuh hikmah itu.
Kita memasuki awal Ramadan dalam hari yang berbeda. Namun, perbedaan itu tidak memecah belah kita. Meski sempat terjadi perdebatan, tak satu pun kelompok, termasuk negara, yang memaksakan awal Ramadan harus seragam atau serempak.
Itu pertanda kita berhasil menahan diri, menoleransi perbedaan, dan tidak memaksakan kehendak.
Namun, masih ada kelompok yang mengatasnamakan pemberantasan maksiat memaksakan kehendak dengan melakukan sweeping. Itulah yang terjadi ketika massa Front Pembela Islam di Kendal, Jawa Tengah, melakukan aksi polisional tersebut. Negara harus serius menyikapi aksi kelompok intoleran agar tidak terulang di masa mendatang.
Ada lagi bentuk pemaksaan kehendak seperti yang dilakukan sejumlah ulama terhadap penganut Syiah Sampang, Madura. Para ulama tersebut baru mengizinkan penganut Syiah kembali ke kampung halaman di Sampang bila mereka kembali ke ajaran Islam arus utama. Akibatnya, kaum Syiah tidak bisa menikmati Lebaran di tempat asal.
Dalam hal ini, negara harus menggunakan otoritasnya untuk mengembalikan pengungsi Syiah ke kampung halaman. Bukankah konstitusi mewajibkan negara menjamin kebebasan warga negara untuk memeluk agama dan keyakinan masing-masing?
Di penghujung Ramadan ini kita juga disentakkan oleh ledakan bom di Wihara Ekayana, Jakarta. Pelaku jelas telah membajak satu agama untuk membuat kerusakan bagi agama lain.
w
Disebut membajak agama karena agama semestinya tidak mendatangkan kerusakan di muka bumi. Agama semestinya menjadi rahmat bagi semesta alam.
Kita meminta aparat mengusut tuntas pengeboman Wihara Ekayana. Kita juga berharap umat beragama tidak terprovokasi oleh peristiwa tersebut.
Pada sisi lain, kita sepertinya masih gagal mengerem konsumsi, meski Ramadan tahun ini kita lalui dengan penuh keprihatinan akibat naiknya harga kebutuhan pokok. Kita saksikan konsumsi segala jenis kebutuhan, baik primer, sekunder, maupun tersier, meningkat. Itu artinya kita belum mampu menahan diri dari perilaku konsumtif.
Namun, kita mengapresiasi meningkatnya solidaritas sosial sesama anak bangsa. Itu terlihat dari kian pedulinya orang mengeluarkan zakat. Badan Amil Zakat Nasional memperkirakan penghimpunan zakat nasional meningkat 26% daripada tahun lalu.
Kita juga mengapresiasi solidaritas sosial pengusaha, perusahaan, pemerintah, dan partai politik yang telah berupaya meringankan beban rakyat di tengah melonjaknya kebutuhan hidup, apakah melalui penjualan sembako murah atau mudik gratis.
Akhir kata, kita semestinya mengakhiri Ramadan dengan menjadikannya sebagai awal melakukan perubahan. Bangsa ini harus berubah menjadi bangsa toleran, bangsa yang tinggi solidaritas sosialnya, serta bangsa yang mampu menahan diri dari perilaku konsumtif
Sumber : mediaIndonesia.com
Kepada mimin & momod so all kaskuser ane mohon maaf lahir bathin & selamat Lebaran 1434 H tak lupa saya mohon maaf klo salah room jg threads yg acak2 kan maklum saya bikin threads lewat ponsel
Spoiler for :
bagi yg berkenan mohon
atau lempar sebelum alangkah baiknya tinggalkan jejak