Kaskus

News

janganemosiAvatar border
TS
janganemosi
Buka Puasa Bersama Umat Ahmadiyah Wonosobo
Buka Puasa Bersama Umat Ahmadiyah Wonosobo


Buka Puasa Bersama Umat Ahmadiyah Wonosobo

TEMPO.CO, Jakarta - Suara bedug terdengar di Masjid besar Al-Mubarok, Selasa sore, 29 Juli 2013. Masjid yang berlokasi di di Dusun Sumber, Desa Lumajang, Kecamatan Watumalang, Wonosobo itu biasa digunakan umat Ahmadiyah. Masjid megah itu bercat putih dan masih baru.

Bersebelahan dengan masjid terletak rumah tokoh Ahmadiyah, Muharto. Ia adalah cucu Sabitun, pembawa ajaran Ahmadiyah pertama kali di Wonosobo. Rumah besar yang dihuni Muharto bergaya arsitektur Eropa dan Jawa. Dindingnya berupa kayu yang menutup rapat seluruh ruangan untuk menghalau dingin. Ada empat jendela. Di sana terpajang gambar Pangeran Diponegoro. Ada juga gambar tokoh panutan warga Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad. Rumah besar ini merupakan lokasi pertemuan aktivis Ahmadiyah.

Tempo sempat berbuka puasa bersama Muharto beserta isteri dan Mubaligh Ahmadiyah Wonosobo, Sajid Ahmad Sutikno di rumah itu. Kami menyeruput teh hangat yang dituangkan dari teko berbahan seng. Pegangan teko berkarat. Ada ketela mengepul yang ditanak. Ketela itu diletakkan menumpuk di atas sebuah piring. »Monggo disambi (silakan dinikmati),” kata Muharto.

Hidangan khas desa itu bersanding dengan kitab terjemahan The Holy Qur’an dalam bahasa Jawa. Muharto biasa mengaji menjelang Magrib. Ia berjas panjang selutut berwarna coklat dan bersarung untuk menghalau dingin.

Setengah jam kemudian Tempo memutari meja dapur rumah. Hidangan nasi panas, sambel lombok hijau, daun bayam, dan lodeh tahu menyambut kami. Kami makan sambil mengobrol santai di bawah lampu yang meredup. Seusai makan kami salat berjamaah di masjid besar. Gerakan salat umat Ahmadiyah tidak berbeda dengan gerakan salat yang biasa dijalankan mayoritas umat Islam Indonesia.

Mubaligh Ahmadiyah Wonosobo, Sajid Ahmad Sutikno mengatakan Dusun Sumber mayoritas dihuni warga Ahmadiyah. Sebanyak 300 kepala keluarga tinggal di kampung ini. Berjarak 1 kilometer dari kampung itu ada kampung Deles tempat warga Muhammadiyah bemukim. Hanya setengah kilometer dari Sumber ada kampung Bakalan dan Salaman yang mayoritas warganya menganut Islam gaya NU. Mereka saling silaturahmi dan selama ini tidak pernah ada gesekan berlatar belakang agama.

Masjid warga Ahmadiyah, Wonosobo, Al- Mubarok Sumber berdiri megah di lereng Gunung Bisma. Di masjid besar ini pernah diadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad dengan mengundang pembicara, yakni Kiai NU bernama Fauzi.

Menurut Sutikno mayoritas warga Ahmadiyah tinggal di Dusun Sumber. Rumah mereka bergerombol di lereng gunung. Kampung itu berada pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Perkampungan dikelilingi ladang tembakau, kentang, dan lombok. Kawasan ini subur, dengan pemandangan ke arah selatan nun jauh di sana pusat Kota Wonosobo. Dusun Wonosari berjarak sekitar 35 kilometer arah utara Wonosobo. Dieng berada di sebelah barat laut kampung Wonosari. Kecamatan Watumalang berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara.

Hawa yang dingin dan udara yang bersih seperti ingin menyejukkan kehidupan beragama warga kampung itu. Warga Wonosari memang seperti terbelah dalam dua aliran Islam. Namun, perbedaan itu tidak membuat mereka tidak terpecah belah. Saling tegur sapa di jalan, sawah atau ladang merupakan hal biasa.

sumbernya

kebersamaan seperti ini sudah lama hilang sejaknya masuknya budaya radikal timur tengah di tengah2 kita.

emoticon-I Love Indonesia
Diubah oleh janganemosi 07-08-2013 00:19
0
1.4K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan