- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pengalaman Masyarakat Indonesia Ikut Pesta Kebun Bersama Kaisar Jepang


TS
MuslimAirForce
Pengalaman Masyarakat Indonesia Ikut Pesta Kebun Bersama Kaisar Jepang
Hari itu di Tokyo udara cerah dan matahari bersinar cukup terik. Saya mengira-ira mungkin Kaisar Jepang memiliki pawang hujan yang ampuh. Bagaimana tidak, hari Kamis tanggal 18 April 2013 pada saat Kaisar mengadakan pesta kebun di taman Akasaka, cuaca sangat bersahabat. Sementara itu hari-hari sesudahnya, meski Tokyo semestinya sudah bercuaca hangat karena musim semi, nyatanya Tokyo kembali tenggelam dalam cuaca berawan dan hujan yang hampir setara dengan dinginnya cuaca awal musim dingin.

Undangan dari Bagian Rumah Tangga Istana Kekaisaran Jepang
Di cuaca terbaik dalam minggu itu, kami mendapat undangan istimewa. Undangan pesta kebun oleh Kaisar beserta keluarganya! Kali ini keluarga kaisar terdiri dari Kaisar Akihito, putera mahkota Naruhito, pangeran Akishino puteri Kiko menantu kaisar sekaligus isteri pangeran Akishino dan kedua keponakan kaisar. Gambar ini dapat dilihat di sini) Pesta kebun kekaisaran ini ini dilaksanakan dua kali setahun, saat musim semi dan musim gugur. Sekitar dua ribu tamu setiap penyelenggaraan pesta kebun diberikan untuk tokoh-tokoh penting Jepang dan pimpinan diplomatik setiap negara.

Di pesta kebun tahun ini pun nampak berbagai tokoh, dari tokoh politik hingga akademisi, yang sering saya lihat di televisi Jepang. Salah satu tokoh penting yang diundag dan hadir adalah adalah Prof. Yamanaka penerima hadiah nobel 2013 peneliti IPS dari Kyoto University (fotonya dapan dilihat di sini). Tak ketinggalan PM Shinzo Abe yang pagi harinya muncul dalam acara talk show di salah satu televisi nasional Jepang juga nampak hadir.
Taman kekaisaran Akasaka ini terletak di pusat kota Tokyo, di Akasaka. Satu daerah yang dekat kantor pusat memerintahan dan pusat bisnis Tokyo. Serta hotel-hotel ternama di Tokyo. Antara lain, New Otani Hotel atau Akasaka Prince Hotel yang sekarang sedang dihancurkan secara “ekologi” dengan teknologi tinggi Jepang (mungkin bisa ditulis di tulisan lainnya).
Di taman kekaisaran ini terdapat kolam utama yang cukup besar dikelilingi pohon momiji (maple), yang saya sangat yakin sangat indah pada musim gugur, dan pohon sakura yang sudah dipenuhi daun hijau. Sayangnya tahun ini bunga sakura mekar lebih cepat 10 hari dari perhitungan, sehingga bunga sakura sudah tak nampak dari taman ini. Dari dalam taman kita bisa memandang New Otani Hotel yang menjulang dan Guest House Akasaka penginapan kekaisaran Jepang yang pernah diinapi oleh mantan presiden Sukarno dan Megawati Sukarnoputri.
Kebetulan, saya pernah menginap beberapa malam New Otani Hotel dua puluh tahun yang lalu dan masuk ke hotel ini tahun lalu ketika ada satu tamu penting yang berkunjung ke Tokyo. Akhirnya, hari itu terjawab sudah pertanyaan saya selama ini. Hutan apa yang luas sekali di bawah hotel New Otani ini? Ternyata taman kekaisaran Jepang, Akasaka ini! Akhirnya, taman ini akhirnya sempat saya masuki juga.

Acara ini telah dilakukan selama bertahun-tahun dan diatur sedemikian rupa oleh staf kekaisaran dengan sangat detail dan teliti. Saya sendiri cukup heran mengapa acara ini dirancang sedemikian rapi. Para undangan diatur rapi kemudian jelas-jelas tertulis, bagi yang tidak diundang tidak boleh hadir. Wah, begitu teliti. Saya akhirnya kemudian mengerti, mengapa acara ini diatur dengan sangat detil. Pertama, undangan kekaisaran yang begitu cantik itu amplopnya ditulis dengan tangan. Ya, dengan tulisan yang sangat indah, nama-nama yang ditulis dalam undangan itu ditulis tangan! Kemudian tidak kalau hebat lagi, nama dalam badge yang dibagikan juga ditulis tangan (meski nama pribadi diketik). Tapi tulisan INDONESIA (ditulis dalam huruf katakana) ditulis rapi dengan tangan. Pantas saja, karena undangan harus didata dan ditata dengan baik, sehingga tidak terjadi kesalahan tulisan dan lain sebagainya. Selain itu undangan itu juga memuat berbagai larangan-larangan yang termasuk, dilarang mengambil gambar anggota keluarga kekaisaran.
Saya sendiri, tidak pernah menyangka acara ini adalah acara yang begitu hebat. Meski dari awal masuk, saya cukup terpesona penjaga kekaisaran, semacam imperial guard yang mengenakan baju berbeda dengan polisi biasa yang saat itu banyak sekali bertugas, sejujurnya mereka gagah dan berwibawa di gerbang taman istana kekaisaran itu. Masuk ke dalam lagi, saya sudah terpesona dengan taman yang begitu tersusun rapi dengan pemandangan yang menakjubkan. Beberapa tenda-tenda berwarna putih dan biru disediakan untuk memberikan layanan makan dan minuman para tamu. Para koki dengan tanda khusus kekaisaran nampak membakar yakitori (semacam sate ayam) dan yakiniku (daging sapi panggang). Sementara staf lainnya nampak mengedarkan minuman dan snack kepada sang tamu.

Sementara itu, satu sudut taman terdapat para pemusik tradisional istana. Pakaian mereka berwarna cokelat dan menggunakan pakaian yang khas digunakan di zaman Heian yang sering dilihat dalam kisah-kisah Genji Monogatari. Mereka menyajikan musik tradisional Jepang yang mengantar kami ke suasana sebuah film bernuansa Jepang kuno. Tiba-tiba terbayang bangsa Jepang saat sedang memuja dewaMatahari diiringi petinggi kepercayaan agama Shinto. Pemandangan luar biasa. Seorang tamu bule yang mengenakan baju militer kebesarannya, yang mengantre di belakang saya pun berkata, “This experience is once in a lifetime,” pengalaman sekali seumur hidup? Setuju, sir!

Terdengar pengumuman di udara, jadwal Kaisar akan berkeliling menyapa para tamu. Diharapkan, para tamu harap menyiapkan diri di posisi tengah taman. Akhirnya, kami pun bergerak ke arah taman utama. Setelah kami menemukan tempat yang tepat, kami berdiri di satu sudut yang cukup strategis (setelah berpindah tiga kali karena begitu banyaknya larangan dan aturan). Kami berpindah pertama kali karena di tempat yang tidak strategis, kedua berdiri di atas jembatan yang dilarang karena berbahaya kesimbangan tamu hingga mungkin bisa terjungkal di air. Ketiga, karena berdiri di posisi yang salah yang bakalan membelakangi kaisar dan keluarga. Maklum, saja banyak urusan kaisar Jepang begitu banyak aturannya, begitu kami menghibur diri.

Akhirnya acara yang ditunggu-tunggu datang juga. Kaisar mulai bergerak untuk memberikan salam kepada para tamu. Tidak kami duga, ternyata untuk menunggu hingga kondusif memakan waktu yang cukup lama. Petugas juga sempat memperingatkan tamu asing yang bandel berusaha berdiri di bibir jembatan.

Setelah memakan waktu sekitar hampir sejam kami berdiri, mulailah nampak sosok sepuh kaisar Akihito beserta permaisuri, yang biasa hanya kami lihat di televisi. Sejujurnya, saya hanya menduga-duga, acara ini hanya acara resepsi diplomatik yang hanya diwakilkan dan keluarga kaisar hanya diwakili oleh kerabatnya. Ternyata, saya salah. Untung, saya tidak terlalu salah kostum! Meski teman Jepang saya komentar, “Meta-san, ini salah satu acara penting di Jepang!”
Akhirnya, sang kaisar dan permaisuri, permaisuri Michiko pun mulai mendekati kami. Wah, saya terpesona dengan aura para anggota keluarga kaisar muka mereka nampak ramah tersenyum yang tidak dibuat-buat. Akhirnya sang kaisar mendekat di depan kami. Kaisar Akihito tersenyum ramahnya dan sempat menyapa seorang bapak tua sebelah kami (pssst, kami menduga beliau tokoh penting karena hampir semua keluarga kaisar menyapa beliau).
Sambil berkeliling, keluarga kaisar ini membaca semua badge yang kami kenakan. Hal yang membuat jantung kami seolah berhenti berdegub karena sang permaisuri Michiko sejenak berhenti di depan kami, “Oooh, Anda dari Indonesia!” ucapnya dengan lembut dan tampak senang, “Iya kami perwakilan Indonesia.” Wah, terkejut juga kami mata beliau masih cukup tajam membaca badge kami (akhirnya saya tahu salah satu alasan mengapa badge itu ditulis tangan dan ditulis besar-besar). Tentu saja beliau sangat familiar dengan Indonesia karena beliau mantan tetangga wisma duta Indonesia, rumah dinas Duta Besar Republik Indonesia Tokyo, yang merupakan hasil pampasan perang, semasa beliau masa gadis di daerah Ikedayama, Gotanda.
Sesudah itu pangeran mahkota Naruhito melewati kami. Isterinya puteri Masako tidak tampak mendampinginya karena beliau disiapkan untuk melakukan perjalanan panjangnya menuju Belanda. Perjalanan ke luar negeri pertamanya dalam 11 tahun ini, dalam rangka pelantikan putera mahkota Willem Alexander menjadi raja Belanda di Den Haag. Puteri Masako memang kurang sehat (menurut kabar burung, karena tekanan hidup dalam istana) selama bertahun-tahun ini memang sudah jarang muncul di muka publik.
Giliran berikutnya, puteri Kiko isteri dari pangeran Akishino pun lewat di depan kami. Ia nampaknya membaca tulisan Indonesia dengan cermat, namun tidak nampak menyapa kami. Meski sebenarnya, saya sendiri pernah bertemu dengan beliau tahun lalu dalam kesempatan berbeda. Tapi baru kali ini saya bertetapan langsung antar muka dan sedekat ini. Beliau nampak sekali kecantikan dan kelembutannya.
Kemudian, sang suami pangeran Akishino pun mendekati kami. Matanya menatap badge kami. “Oh, Anda dari Indonesia?” Anda bisa berbahasa Jepang?” Tanyanya kemudian. “Ya, kami berbahasa Jepang,” balas suami saya (kebetulan). “Wah, saya berkali-kali ke Indonesia, lho, “ katanya. Nampaknya, dia cukup senang dengan Indonesia. Tidak heran, kesukaannya akan burung membuatnya senang untuk melakukan penelitian tentang burung di Indonesia. Sebagai perbandingan, kakeknya kaisar Hirohito adalah pecinta dan peneliti ikan. Selain itu tahun 2008 beliau juga mewakili kaisar datang ke Jakarta untuk menghadiri acara pesta perayaan 50 tahun hubungan diplomatik Jepang. Di belakang pangeran Akishino pun kemudian berlalu dua keponakan kaisar, yang mukanya cenderung bermuka Asia Tenggara.
Setelah rombongan keluarga kaisar berlalu, para tamu pun membubarkan diri secara tertib. Usai sudah acara yang diatur secara cermat dan teliti itu. Di gerbang terakhir, kami mendapatkan satu suvenir yang dibungkus dalam satu kotak dengan ditali benang warna merah dan putih. Isinya kue tsukiyaki semacam dorayaki kue kesukaan Doraemon yang berisi kacang merah manis. Meski kue yang sering ditemukan di mana saja di Jepang, tapi rasanya yang lembut dengan manis yang tidak berlebihan dengan satu cap kekaisaran, membedakan dengan dorayaki dan tsukiyaki kebanyakan.

Acara pun usai sudah. Bersyukur pernah merasakan peristiwa yang cukup hebat. Tapi kemudian muncul dalam benak saya, “Ya, ampun bagaimana tidak tertekan ya hidup di istana. Ah, saya perlu bersimpati kepada puteri Masako. Mungkin suatu ketika rakyat Jepang bisa mempertanyakan dan memprotes penggunaan uang pajaknya seperti di Inggris…,” sambil berharap kunjungan itu bukan yang pertama dan terakhir.
http://luar-negeri.kompasiana.com/20...ng-554318.html
Only High Class & Nobleman Can Join.......

Undangan dari Bagian Rumah Tangga Istana Kekaisaran Jepang
Di cuaca terbaik dalam minggu itu, kami mendapat undangan istimewa. Undangan pesta kebun oleh Kaisar beserta keluarganya! Kali ini keluarga kaisar terdiri dari Kaisar Akihito, putera mahkota Naruhito, pangeran Akishino puteri Kiko menantu kaisar sekaligus isteri pangeran Akishino dan kedua keponakan kaisar. Gambar ini dapat dilihat di sini) Pesta kebun kekaisaran ini ini dilaksanakan dua kali setahun, saat musim semi dan musim gugur. Sekitar dua ribu tamu setiap penyelenggaraan pesta kebun diberikan untuk tokoh-tokoh penting Jepang dan pimpinan diplomatik setiap negara.

Di pesta kebun tahun ini pun nampak berbagai tokoh, dari tokoh politik hingga akademisi, yang sering saya lihat di televisi Jepang. Salah satu tokoh penting yang diundag dan hadir adalah adalah Prof. Yamanaka penerima hadiah nobel 2013 peneliti IPS dari Kyoto University (fotonya dapan dilihat di sini). Tak ketinggalan PM Shinzo Abe yang pagi harinya muncul dalam acara talk show di salah satu televisi nasional Jepang juga nampak hadir.
Taman kekaisaran Akasaka ini terletak di pusat kota Tokyo, di Akasaka. Satu daerah yang dekat kantor pusat memerintahan dan pusat bisnis Tokyo. Serta hotel-hotel ternama di Tokyo. Antara lain, New Otani Hotel atau Akasaka Prince Hotel yang sekarang sedang dihancurkan secara “ekologi” dengan teknologi tinggi Jepang (mungkin bisa ditulis di tulisan lainnya).
Di taman kekaisaran ini terdapat kolam utama yang cukup besar dikelilingi pohon momiji (maple), yang saya sangat yakin sangat indah pada musim gugur, dan pohon sakura yang sudah dipenuhi daun hijau. Sayangnya tahun ini bunga sakura mekar lebih cepat 10 hari dari perhitungan, sehingga bunga sakura sudah tak nampak dari taman ini. Dari dalam taman kita bisa memandang New Otani Hotel yang menjulang dan Guest House Akasaka penginapan kekaisaran Jepang yang pernah diinapi oleh mantan presiden Sukarno dan Megawati Sukarnoputri.
Kebetulan, saya pernah menginap beberapa malam New Otani Hotel dua puluh tahun yang lalu dan masuk ke hotel ini tahun lalu ketika ada satu tamu penting yang berkunjung ke Tokyo. Akhirnya, hari itu terjawab sudah pertanyaan saya selama ini. Hutan apa yang luas sekali di bawah hotel New Otani ini? Ternyata taman kekaisaran Jepang, Akasaka ini! Akhirnya, taman ini akhirnya sempat saya masuki juga.

Acara ini telah dilakukan selama bertahun-tahun dan diatur sedemikian rupa oleh staf kekaisaran dengan sangat detail dan teliti. Saya sendiri cukup heran mengapa acara ini dirancang sedemikian rapi. Para undangan diatur rapi kemudian jelas-jelas tertulis, bagi yang tidak diundang tidak boleh hadir. Wah, begitu teliti. Saya akhirnya kemudian mengerti, mengapa acara ini diatur dengan sangat detil. Pertama, undangan kekaisaran yang begitu cantik itu amplopnya ditulis dengan tangan. Ya, dengan tulisan yang sangat indah, nama-nama yang ditulis dalam undangan itu ditulis tangan! Kemudian tidak kalau hebat lagi, nama dalam badge yang dibagikan juga ditulis tangan (meski nama pribadi diketik). Tapi tulisan INDONESIA (ditulis dalam huruf katakana) ditulis rapi dengan tangan. Pantas saja, karena undangan harus didata dan ditata dengan baik, sehingga tidak terjadi kesalahan tulisan dan lain sebagainya. Selain itu undangan itu juga memuat berbagai larangan-larangan yang termasuk, dilarang mengambil gambar anggota keluarga kekaisaran.
Saya sendiri, tidak pernah menyangka acara ini adalah acara yang begitu hebat. Meski dari awal masuk, saya cukup terpesona penjaga kekaisaran, semacam imperial guard yang mengenakan baju berbeda dengan polisi biasa yang saat itu banyak sekali bertugas, sejujurnya mereka gagah dan berwibawa di gerbang taman istana kekaisaran itu. Masuk ke dalam lagi, saya sudah terpesona dengan taman yang begitu tersusun rapi dengan pemandangan yang menakjubkan. Beberapa tenda-tenda berwarna putih dan biru disediakan untuk memberikan layanan makan dan minuman para tamu. Para koki dengan tanda khusus kekaisaran nampak membakar yakitori (semacam sate ayam) dan yakiniku (daging sapi panggang). Sementara staf lainnya nampak mengedarkan minuman dan snack kepada sang tamu.

Sementara itu, satu sudut taman terdapat para pemusik tradisional istana. Pakaian mereka berwarna cokelat dan menggunakan pakaian yang khas digunakan di zaman Heian yang sering dilihat dalam kisah-kisah Genji Monogatari. Mereka menyajikan musik tradisional Jepang yang mengantar kami ke suasana sebuah film bernuansa Jepang kuno. Tiba-tiba terbayang bangsa Jepang saat sedang memuja dewaMatahari diiringi petinggi kepercayaan agama Shinto. Pemandangan luar biasa. Seorang tamu bule yang mengenakan baju militer kebesarannya, yang mengantre di belakang saya pun berkata, “This experience is once in a lifetime,” pengalaman sekali seumur hidup? Setuju, sir!

Terdengar pengumuman di udara, jadwal Kaisar akan berkeliling menyapa para tamu. Diharapkan, para tamu harap menyiapkan diri di posisi tengah taman. Akhirnya, kami pun bergerak ke arah taman utama. Setelah kami menemukan tempat yang tepat, kami berdiri di satu sudut yang cukup strategis (setelah berpindah tiga kali karena begitu banyaknya larangan dan aturan). Kami berpindah pertama kali karena di tempat yang tidak strategis, kedua berdiri di atas jembatan yang dilarang karena berbahaya kesimbangan tamu hingga mungkin bisa terjungkal di air. Ketiga, karena berdiri di posisi yang salah yang bakalan membelakangi kaisar dan keluarga. Maklum, saja banyak urusan kaisar Jepang begitu banyak aturannya, begitu kami menghibur diri.

Akhirnya acara yang ditunggu-tunggu datang juga. Kaisar mulai bergerak untuk memberikan salam kepada para tamu. Tidak kami duga, ternyata untuk menunggu hingga kondusif memakan waktu yang cukup lama. Petugas juga sempat memperingatkan tamu asing yang bandel berusaha berdiri di bibir jembatan.

Setelah memakan waktu sekitar hampir sejam kami berdiri, mulailah nampak sosok sepuh kaisar Akihito beserta permaisuri, yang biasa hanya kami lihat di televisi. Sejujurnya, saya hanya menduga-duga, acara ini hanya acara resepsi diplomatik yang hanya diwakilkan dan keluarga kaisar hanya diwakili oleh kerabatnya. Ternyata, saya salah. Untung, saya tidak terlalu salah kostum! Meski teman Jepang saya komentar, “Meta-san, ini salah satu acara penting di Jepang!”
Akhirnya, sang kaisar dan permaisuri, permaisuri Michiko pun mulai mendekati kami. Wah, saya terpesona dengan aura para anggota keluarga kaisar muka mereka nampak ramah tersenyum yang tidak dibuat-buat. Akhirnya sang kaisar mendekat di depan kami. Kaisar Akihito tersenyum ramahnya dan sempat menyapa seorang bapak tua sebelah kami (pssst, kami menduga beliau tokoh penting karena hampir semua keluarga kaisar menyapa beliau).
Sambil berkeliling, keluarga kaisar ini membaca semua badge yang kami kenakan. Hal yang membuat jantung kami seolah berhenti berdegub karena sang permaisuri Michiko sejenak berhenti di depan kami, “Oooh, Anda dari Indonesia!” ucapnya dengan lembut dan tampak senang, “Iya kami perwakilan Indonesia.” Wah, terkejut juga kami mata beliau masih cukup tajam membaca badge kami (akhirnya saya tahu salah satu alasan mengapa badge itu ditulis tangan dan ditulis besar-besar). Tentu saja beliau sangat familiar dengan Indonesia karena beliau mantan tetangga wisma duta Indonesia, rumah dinas Duta Besar Republik Indonesia Tokyo, yang merupakan hasil pampasan perang, semasa beliau masa gadis di daerah Ikedayama, Gotanda.
Sesudah itu pangeran mahkota Naruhito melewati kami. Isterinya puteri Masako tidak tampak mendampinginya karena beliau disiapkan untuk melakukan perjalanan panjangnya menuju Belanda. Perjalanan ke luar negeri pertamanya dalam 11 tahun ini, dalam rangka pelantikan putera mahkota Willem Alexander menjadi raja Belanda di Den Haag. Puteri Masako memang kurang sehat (menurut kabar burung, karena tekanan hidup dalam istana) selama bertahun-tahun ini memang sudah jarang muncul di muka publik.
Giliran berikutnya, puteri Kiko isteri dari pangeran Akishino pun lewat di depan kami. Ia nampaknya membaca tulisan Indonesia dengan cermat, namun tidak nampak menyapa kami. Meski sebenarnya, saya sendiri pernah bertemu dengan beliau tahun lalu dalam kesempatan berbeda. Tapi baru kali ini saya bertetapan langsung antar muka dan sedekat ini. Beliau nampak sekali kecantikan dan kelembutannya.
Kemudian, sang suami pangeran Akishino pun mendekati kami. Matanya menatap badge kami. “Oh, Anda dari Indonesia?” Anda bisa berbahasa Jepang?” Tanyanya kemudian. “Ya, kami berbahasa Jepang,” balas suami saya (kebetulan). “Wah, saya berkali-kali ke Indonesia, lho, “ katanya. Nampaknya, dia cukup senang dengan Indonesia. Tidak heran, kesukaannya akan burung membuatnya senang untuk melakukan penelitian tentang burung di Indonesia. Sebagai perbandingan, kakeknya kaisar Hirohito adalah pecinta dan peneliti ikan. Selain itu tahun 2008 beliau juga mewakili kaisar datang ke Jakarta untuk menghadiri acara pesta perayaan 50 tahun hubungan diplomatik Jepang. Di belakang pangeran Akishino pun kemudian berlalu dua keponakan kaisar, yang mukanya cenderung bermuka Asia Tenggara.
Setelah rombongan keluarga kaisar berlalu, para tamu pun membubarkan diri secara tertib. Usai sudah acara yang diatur secara cermat dan teliti itu. Di gerbang terakhir, kami mendapatkan satu suvenir yang dibungkus dalam satu kotak dengan ditali benang warna merah dan putih. Isinya kue tsukiyaki semacam dorayaki kue kesukaan Doraemon yang berisi kacang merah manis. Meski kue yang sering ditemukan di mana saja di Jepang, tapi rasanya yang lembut dengan manis yang tidak berlebihan dengan satu cap kekaisaran, membedakan dengan dorayaki dan tsukiyaki kebanyakan.

Acara pun usai sudah. Bersyukur pernah merasakan peristiwa yang cukup hebat. Tapi kemudian muncul dalam benak saya, “Ya, ampun bagaimana tidak tertekan ya hidup di istana. Ah, saya perlu bersimpati kepada puteri Masako. Mungkin suatu ketika rakyat Jepang bisa mempertanyakan dan memprotes penggunaan uang pajaknya seperti di Inggris…,” sambil berharap kunjungan itu bukan yang pertama dan terakhir.
http://luar-negeri.kompasiana.com/20...ng-554318.html
Only High Class & Nobleman Can Join.......
Diubah oleh MuslimAirForce 05-08-2013 19:18
0
1.8K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan