Dear Mantan
20 Juli 2013

Akhirnya hari ini aku bisa tidur nyenyak. Kenapa? Karena negeri ini telah makmur? Salah. Hari ini aku bisa tidur nyenyak karena aku tidur sepulang sekolah. Tidak ada yang mengganggu hingga jam 2 sore.

Yaks, itu tadi tidak penting. Anggap saja itu hanyalah pembukaan yang basi. Iya, sebasi cinta kita, mantan. :') Gak enak banget ya? Kamu udah punya nama tapi aku manggilnya ‘mantan’. Mungkin bedanya kamu nggak akan panggil aku mantan. Tapi kamu akan panggil aku kampret, kalong, atau bendot.

Aku tau kok kamu marah banget ke aku. Apakah mungkin wajahku kayak bendot? Emang bendot itu apa sih? Aku gapernah ikut-ikutan si bendot. Mungkin aja bendot yang ikutan aku. Dasar bendot.

Katamu aku ini cuek, tapi maaf mantan. Menurut aku kamu yang lebih cuek. Kenapa? Lihat aja. Setiap aku SMS, kamu gak pernah bales dengan niat. Mungkin kamu belum nawaitu ya? Udah gitu, kamu selalu sms singkat-singkat. Yaudah, daripada menghabiskan pulsa, lebih baik kan aku gausah SMS sekalian?

Apakah jarak 18 km itu memang membunuh kita, mantan? Nggak kan? Tapi kenapa kamu menyiksa batin ini. Iya, padahal setiap kita SMS-an, aku udah ‘audzubillahimminassyaitonirrojim’ dulu. Gak lupa juga berdoa supaya hubungan semi-LDR kita ini bakal langgeng.

Dan seperti yang dikatakan oleh orang-orang yang ada disekitarku, LDR itu menyiksa. Padahal nggak. Rasanya LDR itu seperti dimarahi guru tatib, tapi itu guru tatib sekolah lain. Asyik kan? Tepuk tangan dong…

Iya, ada juga yang bilang LDR itu ga gampang. Gampang kok, malah menuruku LDR itu lebih gampang putus daripada langgengnya. Iya, siapa tau disana dia digodain cowok lain mau, terus aku? Sayangnya aku gapernah digodain cowok sih. Makanya aku diem aja.

Ada juga yang bilang kalau LDR itu kamera. Mas, itu bukan LDR, tapi DSLR.

Dan juga bapak aku bilang, lebih baik fokus belajar dulu daripada pacaran. Abah, aku ini anak yang pinter loh disekolah. Iya, pinter banget bikin gara-gara. Tapi senakal-nakalnya aku, aku gak pernah urusan sama tatib. Apalagi tatib sekolah lain. Meskipun anak underground, aku juga rajin ngaji kok, Bah. Aku rajin mengajiri TL dengan twit-twit galau kok. (Itu membanjiri! )

Enak ya membahas mantan? Rasanya bebas, tapi mencoreng nama masa lalu. Lebih baik aku kamu panggil bendot, kalong, kampret atau apapun deh, daripada hubungan kita masih berlanjut. Kenapa? Karena panggilan sayangmu itu aneh-aneh, ada yang codet, tromol, malah kamu pernah manggil aku ‘gejeku’. Panggilan macam apa itu?

Tapi aku sedikit rindu, tan. Iya, aku rindu SMS-mu yang singkat itu. Setiap buka Facebook, selalu ada wajahmu. Itulah alasan kenapa aku pindah ke Twitter. Iya, karena kamu gaptek. Gabisa twitteran. Nanti kamu kira,RT itu Rukun Tetangga, TL itu Tetangga Lama, DM itu Derita Mantan.

Apalagi bahasa inggris, kamu itu unyu banget. Iya, aku capek SMS puisi-puisi, lirik, apapun yang bentuknya bahasa Inggris, terus kamu jawab dengan ‘aku gak ngerti artinya.’. Kampret kan? Iya, untung aku masih manggil kamu mantan, bukan kampret. Soalnya kalo dikesempatan lain, aku manggil kamu mencret aja udah seneng kok.

Dan yang paling kuingat dari kamu itu kalau kita ketemu, kita selalu diem. Iya, percakapan yang paling aku nikmati dan ingat sampai sekarang adalah : “……..” 2-4 jam berdiam diri itu memang membawa sensasi tersendiri. Sensasi untuk lepas dari jerat kamu, cret.

Terima kasih, atas hadirnya kamu dihidupku, cret. Kamu membuka wawasan baru akan hadirnya dunia ini. Yaitu apa? Wanita gak cuma satu. Iya. Wanita itu gak cuma satu yang akan jadi mantanku. Jadi, selamat menempuh hidup baru ya, cret. Jangan lupa kirim surat. Aku tunggu kehadiranmu di padang Mahsyar.