- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
AHOK Ancam Pulangkan Warga Berpenghasilan 2 Juta Kebawah. Karenanya, Jadilah Pengemis


TS
citoxson
AHOK Ancam Pulangkan Warga Berpenghasilan 2 Juta Kebawah. Karenanya, Jadilah Pengemis
Atau jadilah Preman saja!

Wagub DKI Jakarta, Ahok
Ahok Ancam Pulangkan Warga Berpenghasilan 2 Juta Kebawah
Jumat, 02-08-2013 07:43
JAKARTA, PESATNEWS- Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengancam akan memulangkan warga pendatang dengan penghasilan di bawah Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Menurut Ahok, warga tersebut malah akan membebani Jakarta. "Jakarta kebutuhan hidup layak itu minimum Rp2 juta per bulan. Jadi kalau Anda datang ke sini pendapatan tidak bisa di atas itu per satu bulan, maka anda akan menyusahkan Jakarta," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Menurutnya, orang dengan penghasilan di bawah KHL nantinya akan tinggal di kawasan kumuh. "Jadi kalau anda punya kerjaan yang lebih cepat dan di atas itu, silakan saja. Jakarta terbuka," jelas Ahok. Ahok pun tak tanggung-tanggung menyatakan akan memulangkan warga dengan penghasilan di bawah KHL. "Dikandangin kalau ketemu. Tapi selama kami belum bisa menangani kawasan kumuh, ini susah. Makanya supaya kawasan kumuh hilang, kita imbau supaya tinggal di rusun atau rumah sodaranya," pungkasnya
http://www.pesatnews.com/read/2013/0...2-juta-kebawah
Penghasilan Pengemis di Jakarta lebih besar dari Manajer
Rabu, 26 Juni 2013 04:31:00

Pengemis
Dengan muka memelas mereka menyusuri jalan-jalan Jakarta yang berdebu. Menadahkan tangan meminta sedekah. Sebagian tampil dengan anggota tubuh tak lengkap, sebagian lagi membawa bayi mungil yang dekil dalam gendongan. Penampilan para pengemis itu mengundang iba. Selembar seribu atau dua ribuan dengan ikhlas direlakan para dermawan untuk mereka.
Benarkah para pengemis yang setiap hari lalu lalang itu hidup menderita? Ternyata tidak semua. Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menemukan fakta mengejutkan. Dalam sehari, pengemis di Jakarta bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta. "Kalau yang segitu biasanya didapat pengemis dengan tingkat kekasihanan yang sangat sangat kasihan. Seperti pengemis kakek-kakek atau ibu-ibu yang mengemis dengan membawa anaknya," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda saat ditemui di kantornya, Selasa (25/6).
Kemudian, lanjutnya, untuk pengemis dengan tingkat kasihan yang standar atau biasa saja dalam sehari bisa mendapatkan sekitar Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu. "Itu seperti anak-anak jalanan yang saat mengemis mengandalkan muka memelas," tuturnya. Satu hari Rp 1 juta, kalikan 30 hari. Pengemis ini bisa dapat Rp 30 juta per bulan. Bermodal perkusi dari tutup botol, anak-anak jalanan mengantongi Rp 12 juta lebih.
Maka silakan bandingkan dengan gaji manajer di Jakarta. Penelusuran merdeka.com, gaji manajer di Jakarta rata-rata berkisar Rp 12 hingga 20 jutaan. Gaji pemimpin cabang sebuah bank rata-rata Rp 16 juta. Sementara Kepala Divisi Rp 20 juta. Rata-rata butuh waktu sekitar tujuh tahun bagi seorang profesional mencapai level manajer. Tak mudah mencapai posisi itu.
Untuk fresh graduate atau sarjana yang baru lulus dan tak punya pengalaman kerja. Kisaran gajinya Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta. Jika beruntung, ada perusahaan yang mau memberi hingga di atas Rp 4 juta. Tapi sangat jarang. "Saya kerja jadi teller di bank. Sudah lima tahun, paling bawa pulang Rp 4 juta. Kaget juga dengar pengemis bisa dapet belasan sampai Rp 30 juta," kata Rani, seorang pegawai bank pemerintah saat berbincang dengan merdeka.com.
Luar biasa memang. Gaji seorang manajer kalah oleh pengemis. Teller bank yang selalu tampil cantik dan modis, gajinya hanya sepertiga anak jalanan yang bermodal tampang memelas. "Karena pendapatan yang terbilang fantastis itulah, para pengemis enggan beralih profesi. Cukup bermodal tampang memelas, tanpa skill apapun mereka bisa dapat uang banyak dengan mudah," kata Miftahul Huda.
Dia menambahkan maraknya pengemis dan gelandangan yang tersebar di Ibukota disinyalir sudah teroganisir. Diduga ada sindikat yang mengatur kelompok pengemis yang kerap mendrop mereka di suatu tempat untuk kemudian 'beroperasi' di wilayah yang telah ditentukan. "Kita pernah menelusuri ke kampung halamannya. Dan memang nyatanya mereka punya rumah yang bisa dibilang lebih dari cukuplah di kampungnya itu. Itu fakta yang kita dapatkan," jelas Miftahul.
Untuk itu, Miftahul mengimbau kepada masyarakat yang ingin memberikan sumbangan menyalurkan ke tempat yang tepat. "Dengan menyalurkan ke badan zakat yang resmi, akan disalurkan ke yang berhak menerimanya. Dan secara otomatis ini mengurangi pengemis, karena tidak ada yang mau memberi di jalan," tandasnya.
http://www.merdeka.com/peristiwa/pen...i-manajer.html
Pendapatan preman Tanah Abang kalahkan Bos-bos Perusahaan Besar
Jumat, 2 Agustus 2013 10:55:26
Keramaian Pasar Tanah Abang dimanfaatkan banyak orang sebagai lokasi strategis mencari uang. Tak cuma pedagang grosiran, pedagang kaki lima(PKL), tukang parkir hingga preman pun bisa hidup sejahtera jika membuka lapak usaha di sana. Cerita itu benar adanya dan bukan isapan jempol belaka. Bagaimana tidak, setiap hari pusat pasar tekstil terbesar di Indonesia itu tak pernah sepi pengunjung. Terlebih ketika memasuki bulan Ramadan dan Lebaran. Kemarin, Polda Metro Jaya menangkap puluhan preman yang biasa mangkal di Tanah Abang.
Keterangan yang mereka sampaikan ke polisi cukup mengagetkan. Sebab bicara soal penghasilan, para pria berwajah sangar itu bisa meraup untung sampai Rp 1 juta. Nilai itu, untuk hitungan setengah hari. Nilai Rp 1 juta ini berasal dari kegiatan mereka memalak para pengunjung yang menggunakan kendaraan. Setiap kendaraan yang parkir dikenakan tarif Rp 10.000. Meski tak sesuai aturan yang diterapkan pemerintah, mau tau mau pengunjung harus membayarnya jika ingin kendaraan mereka selamat. "Orang yang lewat situ ditagihin juga seperti jalan tol, kalau enggak mau dibaret-baret," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto di Mapolda Metro.
Hebatnya lagi, penghasilan itu di luar pendapatan bulanan mereka. Menurut pengakuan salah satu preman yang diamankan, satu bulan mereka bisa mengantongi uang Rp 30 juta. Uang itu berasal dari hasil mereka memalak tiap kios milik pedagang. "Sebulan itu Rp 30 juta, di tempat yang bakal laku dan banyak pengunjung. Harian Rp 10 ribu-20 ribu. Kalau tidak bayar, dibongkar atau tidak boleh berdagang di situ," tambah Rikwanto .
Temuan ini cukup membuat geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, dengan memalak orang penghasilan mereka setara dengan manajer di perusahaan Jakarta. Seperti penelusuran merdeka.com, gaji pokok untuk tingkatan kepala cabang sebuah bank sekitar Rp 30 juta. Sedangkan untuk tingkatan staf-nya, gaji pokok mereka berkisar Rp 10-15 juta.
Rata-rata butuh waktu sekitar tujuh tahun bagi seorang profesional mencapai level manajer dan tak mudah mencapai posisi itu. Untuk fresh graduate atau sarjana yang baru lulus dan tak punya pengalaman kerja. Kisaran gajinya Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta. Jika beruntung, ada perusahaan yang mau memberi hingga di atas Rp 4 juta. Tapi sangat jarang. "Saya saja bagian customer service hanya Rp 3 juta-an kalau gaji pokok," kata Septy, salah seorang karyawan bank kepada merdeka.com.
Realita ini jelas membuat geleng-geleng kepala. Paling tidak, pengakuan para preman ini soal penghasilannya cukup menjadi bukti betapa profesi dunia hitam di Jakarta tumbuh begitu subur. Hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang benar-benar membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
http://www.merdeka.com/peristiwa/pen...aan-besar.html
Penghasilan Pengemis di Jakarta Capai Rp. 21 Juta Sebulan
THURSDAY, 27 JUNE 2013
Jangan tertipu oleh penampilan pengemis yang kumal dan seperti kekurangan makan, faktanya sehari bisa mencapai Rp.500.000,- hingga Rp.700.000,- perhari atau mencapai 21 juta rupiah sebulan. Kondisi ini membuat para pengemis sulit untuk direhabilitasi oleh pemerintah.
Keluhan sulitnya menangani pengemis di Jakarta disampaikan oleh Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda. "Pola pikir (pengemis) sudah sulit diubah, terlanjur dimanja dengan enaknya hidup di jalanan," demikian pernyataan Miftahul yang dikutip Kompas.com, Rabu (26/6). "Jangan terkecoh penampilan. Jika ingin memberi sumbangan, salurkan ke masjid, panti asuhan, dan yayasan-yayasan sosial yang resmi," demikian sarannya.
Walau demikian, tidak sedikit pula pengemis dan gelandangan yang berhasil dibina oleh pemerintah. Miftaful memaparkan bahwa pihaknya juga telah berhasil membina para pengemis dan gelandangan yang masih muda serta menyalurkannya untuk bekerja di perkebunan di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Pengemis di Jakarta dengan mudah ditemui di berbagai tempat, mulai di halte, terminal bahkan di jembatan penyebrangan. Untuk itu masyarakat hendaknya bijaksana dengan tidak memberikan bantuan uang secara langsung karena hal tersebut tidak membuat mereka mandiri. Terlebih menjelang bulan puasa atau bulan Ramadhan, banyak pengemis musiman yang akan menyerbu kota-kota besar untuk meminta sedekah. Seperti yang disarankan oleh Miftaful tadi, bantuan hendaknya disalurkan melalui lembaga yang dapat mempertanggung jawabkannya
http://www.jawaban.com/index.php/new...a-Sebulan.html

Di Jawa tengah, Penghasilan Pengemis 600 Ribu Rupiah per-Hari
FRIDAY, 28 DECEMBER 2012
Jangan anggap remeh pengemis di Indonesia, sebab meski mengaku dan berpenampilan miskin, namun uang yang dikantongi para gelandangan dan pengemis jalanan di Semarang saja mencapai Rp 600.000 per hari. "Jumlah gepeng di Jawa Tengah ini tercatat paling tinggi jumlahnya. Bahkan, gepeng yang ada di Jakarta dan Bandung juga kebanyakan berasal dari Jawa Tengah," kata Kepala Polrestabes Semarang Kombes Pol Elan Subilan, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis(27/12/2012). Elan menyebutkan, dalam suatu perbincangan dengan pengemis, mereka menyatakan pendapatan hariannya juga tinggi.
Budi mengatakan, penyandang masalah kesejahteraan sosial di Provinsi Jawa Tengah ini mencapai kurang lebih ada 6.090.369 jiwa. Jumlah itu merupakan 18 persen dari total jumlah penduduk Jateng, yakni sekitar 32,3 juta jiwa pada 2011. Pengemis dengan status penyandang kemiskinan paling banyak yakni 5.146.267 jiwa atau 15,34 persen dari jumlah penduduk.
Hal ini membuktikan bahwa miskin itu bukan masalah ada atau tidak adanya makanan dan uang, melainkan karena seseorang atau suatu bangsa memiliki mentalitas dan paradigma yang miskin, sehingga orang atau bangsa yang demikian mudah sekali untuk mengemis, korupsi atau mencuri, dan sebaliknya orang yang demikian sangat sukar memberi dan menolong orang lain karena fokus hidupnya adalah diri sendiri.
http://www.jawaban.com/index.php/new...-Per-Hari.html


Peras Pedagang Tanah Abang, Penghasilan Preman Capai Rp 5 Juta per Bulan
Jum'at, 12 Juli 2013 10:51
Terkait Pemotong Penis Muhyi Ternyata Gadis Bercadar Anggota Geng Motor Klewang Juga Gelar Seks Bebas Kencan dengan Waria, Kemaluan Pemuda Tangerang Dipotong Wanita Seperti 'Hulk' Menyerang Gadis Remaja di Inggris Mencuri Rp 58 Juta, Spider-Man jadi Buronan Penghasilan preman Tanah Abang mencapai 17 juta per tahun @ibtimes.co.in 3 2 0 1 Premanisme di Indonesia masih menjadi momok masyarakat. Terutama di wilayah ibu Kota, orang kecil seperti menjadi sasaran empuk aksi preman untuk diperas dengan alasan uang keamanan.
Dan hal inipun dirasakan para pedagang di Pasar Tanah Abang. Diketahui para preman kerab kali menarget para pedagang hingga nonimal jutaan rupiah dengan dalih uang kemanan. "Para pedagang ditariki uang Rp 5 juta per bulan," ujar Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang Kompol Widarto di kantornya, seperti dilansir Merdeka. Pemerasan dengan dalih uang keamanan ini bahkan juga biasa dimintain harian dan tahunan.
Bahkan omzet dari aksi premanisme inipun tak tanggung-tanggung bisa mencapai belasan juta per tahunnya. "Setahun Rp 17 tahun. Perhari satu pedagang bisa ditarik Rp 5 ribu," katanya. Tiga preman yang dibekuk kini sudah diamankan di Polsek Tanah Abang. Ketiganya ditangkap di kawasan Kebon Kacang pada Rabu (10/7).
http://www.infospesial.net/27454/per...uta-per-bulan/

Rencana Jokowi Menggaji Preman Rp4 Juta/Bulan
Para preman disinyalir berada di balik maraknya parkir liar.
Jum'at, 28 Juni 2013, 20:13
VIVAnews - Parkir liar dianggap sebagai salah satu biang kemacetan di Jakarta. Keberadaan parkir liar membuat kondisi jalan menyempit sehingga laju kendaraan jadi tersendat. Hingga kini Pemerintah provinsi DKI Jakarta masih kesulitan tertibkan parkir di sembarang tempat tersebut. Para preman disinyalir berada di balik maraknya parkir liar. Pemprov DKI harus segera mencari strategi baru membereskan premanisme perparkiran ini.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama alias Ahok, mengatakan bahwa Pemprov DKI sudah menyiapkan terobosan guna mengatasi masalah ini. "Premanisme tidak disingkirkan. Sesuai kata Pak Gubernur, mereka akan dipekerjakan, kami sepertinya sanggup menggaji mereka Rp4 juta per bulan," kata Ahok, sapaan Basuki, di Balai Kota, Jakarta, Jumat 28 Juni 2013.
Rencana pemberian upah ke preman sebesar itu hampir dua kali lipat dari nilai upah minimum regional (UMR) DKI sebesar Rp2,2 juta per bulan.
Menurutnya, memberikan upah kepada preman sama halnya dengan menggaji sopir Transjakarta maupun pekerja di Puskesmas. Pemberian gaji ini dimaksudkan sebagai pemberdayaan dengan memberikan pekerjaan yang benar. Ahok menjelaskan, dengan memberdayakan preman ini diharapkan dapat menggenjot pendapatan Pemprov dari sektor parkir. "Tak masalah bayar orang dengan baik, yang penting uang parkir masuk kas daerah lebih baik. Kamu gaji orang dua juta, tapi terima income parkir 30 persen. Atau gaji mereka empat juta, tapi income parkir 100 persen masuk kas daerah," ucap dia.
http://fokus.news.viva.co.id/news/re...rp4-juta-bulan
--------------------------------
Untuk warga Jakarta yang cemas akan di usir Koh Ahok karena penghasilan dibawah Rp 2 jeti perbulan, jangan takut, dianjurkan ramai-ramai menjadi pengemis ibukotasaja ... pasti anda tak akan kena aturan itu. Kok bisa? Lhaaa eyalah, kalau saratnya Ahok untuk menjadi penduduk Jakarta penetap hanya berpenghasilan diatas Rp 2 jeti perbulan, itu dibawah penghasilan pengemis Jakarta yang rata-rata sehari minimal Rp 100.000 atau Rp 3 jeti perbulannya!
Kalau anda punya nyali lebih, kagak salahnya pula untuk mencoba peruntungan nasib dengan menjadi preman jakarta. Itu juga menjanjikan penghasilan puluhan juta rupiah sebulannya, dan pasti lebih tinggi daripada professi pengemis jakarta. Sebaliknya kalau Ahok kagak bisa menyelesaikan masalah macet dan banjir di Jakarta dalam tempo 2 tahun setelah dilantik, dianjurkan seluruh warga Jakarta ramai-ramai untuk bisa mengusirnya pulang kembali ke Bangka-Belitung sana, negeri aslnya si Ahok


Wagub DKI Jakarta, Ahok
Ahok Ancam Pulangkan Warga Berpenghasilan 2 Juta Kebawah
Jumat, 02-08-2013 07:43
JAKARTA, PESATNEWS- Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengancam akan memulangkan warga pendatang dengan penghasilan di bawah Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Menurut Ahok, warga tersebut malah akan membebani Jakarta. "Jakarta kebutuhan hidup layak itu minimum Rp2 juta per bulan. Jadi kalau Anda datang ke sini pendapatan tidak bisa di atas itu per satu bulan, maka anda akan menyusahkan Jakarta," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Menurutnya, orang dengan penghasilan di bawah KHL nantinya akan tinggal di kawasan kumuh. "Jadi kalau anda punya kerjaan yang lebih cepat dan di atas itu, silakan saja. Jakarta terbuka," jelas Ahok. Ahok pun tak tanggung-tanggung menyatakan akan memulangkan warga dengan penghasilan di bawah KHL. "Dikandangin kalau ketemu. Tapi selama kami belum bisa menangani kawasan kumuh, ini susah. Makanya supaya kawasan kumuh hilang, kita imbau supaya tinggal di rusun atau rumah sodaranya," pungkasnya
http://www.pesatnews.com/read/2013/0...2-juta-kebawah
Jadilah Pengemis Jakarta, kalau Takut di usir Koh Ahok,
Penghasilannya Rp 100.000/hari ...
Penghasilannya Rp 100.000/hari ...


Penghasilan Pengemis di Jakarta lebih besar dari Manajer
Rabu, 26 Juni 2013 04:31:00

Pengemis
Dengan muka memelas mereka menyusuri jalan-jalan Jakarta yang berdebu. Menadahkan tangan meminta sedekah. Sebagian tampil dengan anggota tubuh tak lengkap, sebagian lagi membawa bayi mungil yang dekil dalam gendongan. Penampilan para pengemis itu mengundang iba. Selembar seribu atau dua ribuan dengan ikhlas direlakan para dermawan untuk mereka.
Benarkah para pengemis yang setiap hari lalu lalang itu hidup menderita? Ternyata tidak semua. Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menemukan fakta mengejutkan. Dalam sehari, pengemis di Jakarta bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta. "Kalau yang segitu biasanya didapat pengemis dengan tingkat kekasihanan yang sangat sangat kasihan. Seperti pengemis kakek-kakek atau ibu-ibu yang mengemis dengan membawa anaknya," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda saat ditemui di kantornya, Selasa (25/6).
Kemudian, lanjutnya, untuk pengemis dengan tingkat kasihan yang standar atau biasa saja dalam sehari bisa mendapatkan sekitar Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu. "Itu seperti anak-anak jalanan yang saat mengemis mengandalkan muka memelas," tuturnya. Satu hari Rp 1 juta, kalikan 30 hari. Pengemis ini bisa dapat Rp 30 juta per bulan. Bermodal perkusi dari tutup botol, anak-anak jalanan mengantongi Rp 12 juta lebih.
Maka silakan bandingkan dengan gaji manajer di Jakarta. Penelusuran merdeka.com, gaji manajer di Jakarta rata-rata berkisar Rp 12 hingga 20 jutaan. Gaji pemimpin cabang sebuah bank rata-rata Rp 16 juta. Sementara Kepala Divisi Rp 20 juta. Rata-rata butuh waktu sekitar tujuh tahun bagi seorang profesional mencapai level manajer. Tak mudah mencapai posisi itu.
Untuk fresh graduate atau sarjana yang baru lulus dan tak punya pengalaman kerja. Kisaran gajinya Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta. Jika beruntung, ada perusahaan yang mau memberi hingga di atas Rp 4 juta. Tapi sangat jarang. "Saya kerja jadi teller di bank. Sudah lima tahun, paling bawa pulang Rp 4 juta. Kaget juga dengar pengemis bisa dapet belasan sampai Rp 30 juta," kata Rani, seorang pegawai bank pemerintah saat berbincang dengan merdeka.com.
Luar biasa memang. Gaji seorang manajer kalah oleh pengemis. Teller bank yang selalu tampil cantik dan modis, gajinya hanya sepertiga anak jalanan yang bermodal tampang memelas. "Karena pendapatan yang terbilang fantastis itulah, para pengemis enggan beralih profesi. Cukup bermodal tampang memelas, tanpa skill apapun mereka bisa dapat uang banyak dengan mudah," kata Miftahul Huda.
Dia menambahkan maraknya pengemis dan gelandangan yang tersebar di Ibukota disinyalir sudah teroganisir. Diduga ada sindikat yang mengatur kelompok pengemis yang kerap mendrop mereka di suatu tempat untuk kemudian 'beroperasi' di wilayah yang telah ditentukan. "Kita pernah menelusuri ke kampung halamannya. Dan memang nyatanya mereka punya rumah yang bisa dibilang lebih dari cukuplah di kampungnya itu. Itu fakta yang kita dapatkan," jelas Miftahul.
Untuk itu, Miftahul mengimbau kepada masyarakat yang ingin memberikan sumbangan menyalurkan ke tempat yang tepat. "Dengan menyalurkan ke badan zakat yang resmi, akan disalurkan ke yang berhak menerimanya. Dan secara otomatis ini mengurangi pengemis, karena tidak ada yang mau memberi di jalan," tandasnya.
http://www.merdeka.com/peristiwa/pen...i-manajer.html
Pendapatan preman Tanah Abang kalahkan Bos-bos Perusahaan Besar
Jumat, 2 Agustus 2013 10:55:26
Keramaian Pasar Tanah Abang dimanfaatkan banyak orang sebagai lokasi strategis mencari uang. Tak cuma pedagang grosiran, pedagang kaki lima(PKL), tukang parkir hingga preman pun bisa hidup sejahtera jika membuka lapak usaha di sana. Cerita itu benar adanya dan bukan isapan jempol belaka. Bagaimana tidak, setiap hari pusat pasar tekstil terbesar di Indonesia itu tak pernah sepi pengunjung. Terlebih ketika memasuki bulan Ramadan dan Lebaran. Kemarin, Polda Metro Jaya menangkap puluhan preman yang biasa mangkal di Tanah Abang.
Keterangan yang mereka sampaikan ke polisi cukup mengagetkan. Sebab bicara soal penghasilan, para pria berwajah sangar itu bisa meraup untung sampai Rp 1 juta. Nilai itu, untuk hitungan setengah hari. Nilai Rp 1 juta ini berasal dari kegiatan mereka memalak para pengunjung yang menggunakan kendaraan. Setiap kendaraan yang parkir dikenakan tarif Rp 10.000. Meski tak sesuai aturan yang diterapkan pemerintah, mau tau mau pengunjung harus membayarnya jika ingin kendaraan mereka selamat. "Orang yang lewat situ ditagihin juga seperti jalan tol, kalau enggak mau dibaret-baret," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto di Mapolda Metro.
Hebatnya lagi, penghasilan itu di luar pendapatan bulanan mereka. Menurut pengakuan salah satu preman yang diamankan, satu bulan mereka bisa mengantongi uang Rp 30 juta. Uang itu berasal dari hasil mereka memalak tiap kios milik pedagang. "Sebulan itu Rp 30 juta, di tempat yang bakal laku dan banyak pengunjung. Harian Rp 10 ribu-20 ribu. Kalau tidak bayar, dibongkar atau tidak boleh berdagang di situ," tambah Rikwanto .
Temuan ini cukup membuat geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, dengan memalak orang penghasilan mereka setara dengan manajer di perusahaan Jakarta. Seperti penelusuran merdeka.com, gaji pokok untuk tingkatan kepala cabang sebuah bank sekitar Rp 30 juta. Sedangkan untuk tingkatan staf-nya, gaji pokok mereka berkisar Rp 10-15 juta.
Rata-rata butuh waktu sekitar tujuh tahun bagi seorang profesional mencapai level manajer dan tak mudah mencapai posisi itu. Untuk fresh graduate atau sarjana yang baru lulus dan tak punya pengalaman kerja. Kisaran gajinya Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta. Jika beruntung, ada perusahaan yang mau memberi hingga di atas Rp 4 juta. Tapi sangat jarang. "Saya saja bagian customer service hanya Rp 3 juta-an kalau gaji pokok," kata Septy, salah seorang karyawan bank kepada merdeka.com.
Realita ini jelas membuat geleng-geleng kepala. Paling tidak, pengakuan para preman ini soal penghasilannya cukup menjadi bukti betapa profesi dunia hitam di Jakarta tumbuh begitu subur. Hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang benar-benar membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
http://www.merdeka.com/peristiwa/pen...aan-besar.html
Penghasilan Pengemis di Jakarta Capai Rp. 21 Juta Sebulan
THURSDAY, 27 JUNE 2013
Jangan tertipu oleh penampilan pengemis yang kumal dan seperti kekurangan makan, faktanya sehari bisa mencapai Rp.500.000,- hingga Rp.700.000,- perhari atau mencapai 21 juta rupiah sebulan. Kondisi ini membuat para pengemis sulit untuk direhabilitasi oleh pemerintah.
Keluhan sulitnya menangani pengemis di Jakarta disampaikan oleh Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda. "Pola pikir (pengemis) sudah sulit diubah, terlanjur dimanja dengan enaknya hidup di jalanan," demikian pernyataan Miftahul yang dikutip Kompas.com, Rabu (26/6). "Jangan terkecoh penampilan. Jika ingin memberi sumbangan, salurkan ke masjid, panti asuhan, dan yayasan-yayasan sosial yang resmi," demikian sarannya.
Walau demikian, tidak sedikit pula pengemis dan gelandangan yang berhasil dibina oleh pemerintah. Miftaful memaparkan bahwa pihaknya juga telah berhasil membina para pengemis dan gelandangan yang masih muda serta menyalurkannya untuk bekerja di perkebunan di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Pengemis di Jakarta dengan mudah ditemui di berbagai tempat, mulai di halte, terminal bahkan di jembatan penyebrangan. Untuk itu masyarakat hendaknya bijaksana dengan tidak memberikan bantuan uang secara langsung karena hal tersebut tidak membuat mereka mandiri. Terlebih menjelang bulan puasa atau bulan Ramadhan, banyak pengemis musiman yang akan menyerbu kota-kota besar untuk meminta sedekah. Seperti yang disarankan oleh Miftaful tadi, bantuan hendaknya disalurkan melalui lembaga yang dapat mempertanggung jawabkannya
http://www.jawaban.com/index.php/new...a-Sebulan.html

Di Jawa tengah, Penghasilan Pengemis 600 Ribu Rupiah per-Hari
FRIDAY, 28 DECEMBER 2012
Jangan anggap remeh pengemis di Indonesia, sebab meski mengaku dan berpenampilan miskin, namun uang yang dikantongi para gelandangan dan pengemis jalanan di Semarang saja mencapai Rp 600.000 per hari. "Jumlah gepeng di Jawa Tengah ini tercatat paling tinggi jumlahnya. Bahkan, gepeng yang ada di Jakarta dan Bandung juga kebanyakan berasal dari Jawa Tengah," kata Kepala Polrestabes Semarang Kombes Pol Elan Subilan, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis(27/12/2012). Elan menyebutkan, dalam suatu perbincangan dengan pengemis, mereka menyatakan pendapatan hariannya juga tinggi.
Budi mengatakan, penyandang masalah kesejahteraan sosial di Provinsi Jawa Tengah ini mencapai kurang lebih ada 6.090.369 jiwa. Jumlah itu merupakan 18 persen dari total jumlah penduduk Jateng, yakni sekitar 32,3 juta jiwa pada 2011. Pengemis dengan status penyandang kemiskinan paling banyak yakni 5.146.267 jiwa atau 15,34 persen dari jumlah penduduk.
Hal ini membuktikan bahwa miskin itu bukan masalah ada atau tidak adanya makanan dan uang, melainkan karena seseorang atau suatu bangsa memiliki mentalitas dan paradigma yang miskin, sehingga orang atau bangsa yang demikian mudah sekali untuk mengemis, korupsi atau mencuri, dan sebaliknya orang yang demikian sangat sukar memberi dan menolong orang lain karena fokus hidupnya adalah diri sendiri.
http://www.jawaban.com/index.php/new...-Per-Hari.html


Peras Pedagang Tanah Abang, Penghasilan Preman Capai Rp 5 Juta per Bulan
Jum'at, 12 Juli 2013 10:51
Terkait Pemotong Penis Muhyi Ternyata Gadis Bercadar Anggota Geng Motor Klewang Juga Gelar Seks Bebas Kencan dengan Waria, Kemaluan Pemuda Tangerang Dipotong Wanita Seperti 'Hulk' Menyerang Gadis Remaja di Inggris Mencuri Rp 58 Juta, Spider-Man jadi Buronan Penghasilan preman Tanah Abang mencapai 17 juta per tahun @ibtimes.co.in 3 2 0 1 Premanisme di Indonesia masih menjadi momok masyarakat. Terutama di wilayah ibu Kota, orang kecil seperti menjadi sasaran empuk aksi preman untuk diperas dengan alasan uang keamanan.
Dan hal inipun dirasakan para pedagang di Pasar Tanah Abang. Diketahui para preman kerab kali menarget para pedagang hingga nonimal jutaan rupiah dengan dalih uang kemanan. "Para pedagang ditariki uang Rp 5 juta per bulan," ujar Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang Kompol Widarto di kantornya, seperti dilansir Merdeka. Pemerasan dengan dalih uang keamanan ini bahkan juga biasa dimintain harian dan tahunan.
Bahkan omzet dari aksi premanisme inipun tak tanggung-tanggung bisa mencapai belasan juta per tahunnya. "Setahun Rp 17 tahun. Perhari satu pedagang bisa ditarik Rp 5 ribu," katanya. Tiga preman yang dibekuk kini sudah diamankan di Polsek Tanah Abang. Ketiganya ditangkap di kawasan Kebon Kacang pada Rabu (10/7).
http://www.infospesial.net/27454/per...uta-per-bulan/

Rencana Jokowi Menggaji Preman Rp4 Juta/Bulan
Para preman disinyalir berada di balik maraknya parkir liar.
Jum'at, 28 Juni 2013, 20:13
VIVAnews - Parkir liar dianggap sebagai salah satu biang kemacetan di Jakarta. Keberadaan parkir liar membuat kondisi jalan menyempit sehingga laju kendaraan jadi tersendat. Hingga kini Pemerintah provinsi DKI Jakarta masih kesulitan tertibkan parkir di sembarang tempat tersebut. Para preman disinyalir berada di balik maraknya parkir liar. Pemprov DKI harus segera mencari strategi baru membereskan premanisme perparkiran ini.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama alias Ahok, mengatakan bahwa Pemprov DKI sudah menyiapkan terobosan guna mengatasi masalah ini. "Premanisme tidak disingkirkan. Sesuai kata Pak Gubernur, mereka akan dipekerjakan, kami sepertinya sanggup menggaji mereka Rp4 juta per bulan," kata Ahok, sapaan Basuki, di Balai Kota, Jakarta, Jumat 28 Juni 2013.
Rencana pemberian upah ke preman sebesar itu hampir dua kali lipat dari nilai upah minimum regional (UMR) DKI sebesar Rp2,2 juta per bulan.
Menurutnya, memberikan upah kepada preman sama halnya dengan menggaji sopir Transjakarta maupun pekerja di Puskesmas. Pemberian gaji ini dimaksudkan sebagai pemberdayaan dengan memberikan pekerjaan yang benar. Ahok menjelaskan, dengan memberdayakan preman ini diharapkan dapat menggenjot pendapatan Pemprov dari sektor parkir. "Tak masalah bayar orang dengan baik, yang penting uang parkir masuk kas daerah lebih baik. Kamu gaji orang dua juta, tapi terima income parkir 30 persen. Atau gaji mereka empat juta, tapi income parkir 100 persen masuk kas daerah," ucap dia.
http://fokus.news.viva.co.id/news/re...rp4-juta-bulan
--------------------------------
Untuk warga Jakarta yang cemas akan di usir Koh Ahok karena penghasilan dibawah Rp 2 jeti perbulan, jangan takut, dianjurkan ramai-ramai menjadi pengemis ibukotasaja ... pasti anda tak akan kena aturan itu. Kok bisa? Lhaaa eyalah, kalau saratnya Ahok untuk menjadi penduduk Jakarta penetap hanya berpenghasilan diatas Rp 2 jeti perbulan, itu dibawah penghasilan pengemis Jakarta yang rata-rata sehari minimal Rp 100.000 atau Rp 3 jeti perbulannya!
Kalau anda punya nyali lebih, kagak salahnya pula untuk mencoba peruntungan nasib dengan menjadi preman jakarta. Itu juga menjanjikan penghasilan puluhan juta rupiah sebulannya, dan pasti lebih tinggi daripada professi pengemis jakarta. Sebaliknya kalau Ahok kagak bisa menyelesaikan masalah macet dan banjir di Jakarta dalam tempo 2 tahun setelah dilantik, dianjurkan seluruh warga Jakarta ramai-ramai untuk bisa mengusirnya pulang kembali ke Bangka-Belitung sana, negeri aslnya si Ahok

Diubah oleh citoxson 04-08-2013 04:29
0
10.2K
95


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan