- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Hipermarket Pemasok Kebutuhan Para Bhikkhu Berdiri di Thailand


TS
dragonroar
Hipermarket Pemasok Kebutuhan Para Bhikkhu Berdiri di Thailand
Quote:

BANGKOK, KOMPAS.com - Kita mengenal konsep toko serba ada (toserba) skala besar dengan istilah hipermarket, untuk ukuran lebih kecil bernama super market, sementara mini market untuk toko super mungil.
Toserba tersebut menyediakan segala macam kebutuhan rumah tangga. Mulai dari sembilan bahan pokok, hingga pakaian, hobi, furnitur dan lain-lain. Nah, apa jadinya jika hipermarket khusus menjual perlengkapan dan kebutuhan untuk para bhikkhu ? Yang pasti unik dan menarik.
Sebuah hipermarket membuat para umat Buddha lebih mudah untuk menemukan perlengkapan kebutuhan bagi para bhikkhu ketika masa vassa (retret musim hujan) bagi para bhikkhu mulai tiba.
Di pinggiran sebelah barat kota Bangkok, sebuah hipermarket bernama Hang Sangkapan menjual segala sesuatu yang bagus yang mungkin dibutuhkan oleh para dayaka (orang yang membantu para bhikkhu).
Di toko tersebut lorong-lorongnya tidak hanya dipenuhi dengan barang-barang kebutuhan umat Buddhis awam seperti buku-buku dan CD Buddhis,tetapi juga kebutuhan vihara dan para bhikkhu seperti lilin, meja altar, rupaka Buddha dan jubah bhikkhu.
Thailand memiliki sekitar 65,9 juta penduduk yang 61,5 juta di antarnya adalah umat Buddhis yang hampir seluruhnya menganut tradisi Theravada. Kaum prianya diharapkan mengenakan jubah dan menjadi bhikkhu meskipun hanya sementara, setidaknya sekali dalam hidup mereka. Mereka akan mencukur rambut kepala mereka dan menyisakan beberapa minggu hidup mereka di dalam kehidupan keviharaan dengan mempelajari ajaran Sang Buddha. Kebanyakan dari mereka akan kembali ke kehidupan awam, tapi beberapa akan menyisakan kehidupannya lebih banyak di vihara.
Berdasarkan Badan Buddhisme Nasional, Thailand memiliki hampir 300.000 bhikkhu dan lebih dari 60.000 samanera pada akhir 2012. Dan mereka semua membutuhkan barang-barang kebutuhan.

Sakol membangun hipermarket khusus kebutuhan Bhikkhu karena potensinya luar biasa dengan "captive market" besar. (Wilawan Watcharasakwet/The Wall Street Journal)
Sakol Sangmalee, pendiri hipermarket Hang Sangkapan, seperti yang dilaporkan oleh The Wall Street Journal, Selasa (23/7), menceritakan kisah 6 tahun yang lalu saat satu hari ia merasa frustasi setelah merayap melalui kemacetan lalu lintas di Bangkok untuk mencari kebutuhan dari 99 samanera miskin yang ia sokong.
Ini berarti 99 set jubah, patta (mangkuk), dan bermacam-macam lainnya. Ia mengatakan telah menelusuri jalan menuju satu toko tradisional kecil ke toko lainnya, namun ia tidak dapat menemukan barang-barang tersebut dan jumlah yang ia butuhkan di satu tempat.
Selama berpergian yang kurang menyenangkan tersebut, Pak Sakol menemukan mobilnya telah diderek. Ia menghabiskan harinya pada waktu itu di kantor polisi, membayar denda dan mendapatkan kembali mobilnya yang diderek tersebut.
Namun dalam kerja kerasnya tersebut, ia menemukan sebuah inspirasi berupa sebuah hipermarket yang diisi hingga ke langit-langitnya dengan semua makan yang ia butuhkan. Konsep seperti Carrefour, Makro, Lotus dan sejenisnya menjadi acuan baginya untuk membuka hal yang hampir sama dengan isi berupa kebutuhan untuk para bhikkhu.
“Perilaku konsumen sudah banyak berubah,” kata Pak Sakol yang berusia 52 tahun dan memiliki dua putra yang sudah dewasa. “Orang-orang tidak lagi setia pada toko pemasok kebutuhan bhikkhu yang tradisional,” katanya. “Mereka akan pergi ke tempat di mana ada pengkondisi udara dan berharap untuk mendapatkan apapun yang mereka butuhkan dalam satu kunjungan.”
Dengan modal 50 juta baht (16,4 miliar), setengah berasal dari tabungan dan setengah dari pinjaman bank, Pak Sakol membuka Hang Sangkapan pada 2007. Berada di tanah seluas seperempat juta kaki persegi lebih, sejauh ini emperium modernnya merupakan toko pemasok Buddhis terbesar di negara tersebut, sebuah gudang yang membawa semua material bagi kespiritualan.

Pembeli melihat barang-barang di hipermarket pemasok kebutuhan para bhikkhu. (Wilawan Watcharasakwet/The Wall Street Journal)
Sakol tak sekadar berbisnis toserba. Ia sudah memperhitungkannya dengan seksama. Selama ini, kebutuhan para biarawan dipasok oleh toko-toko tradisional dengan varian barang seadanya. Lagi pula toko semacam ini tak dilengkapi pengatur udara, lahan parkir, dan layanan lainnya.
Sakol bahkan merancang Hang Sangkapan senyaman mungkin dengan desain yang menarik, lengkap dengan layanan antar jemput dan parkir valet. Oleh karenanya, ia mendedikasikan luas lahan Hang Sangkapan untuk tempat parkir pengunjungnya.
Saat ini ia sedang berada di tengah-tengah musim libur tersibuknya, yaitu (Khao Phansa) awal vassa, yang dimulai pada Selasa (23/7).
Di antara satu juta barang yang dijual, jubah safron merupakan yang sering terjual dengan harga sebesar sekitar 300 ribu rupiah untuk jubah dari benang sintetis tersebut untuk para bhikkhu, hingga sekitar enam ratus ribu rupiah untuk mereka yang menginginkan bahan yang lebih mewah seperti jubah dari bahan katun.
Sakol menargetkan pendapatan Hang tumbuh 30 hingga 40 persen per tahunnya. Angka ini sebenarnya cukup konservatif mengingat toko-toko tradisional tidak menyediakan layanan selengkap dan serupa Hang. Akan tetapi, 40 persen cukup menggambarkan bahwa bisnis toserba khusus Kebutuhan Bhikkhu begitu prospektif.
Sebuah studi yang dilakukan Kasikorn Research Center dari institusi perbankan setempat menunjukkan bahwa perputaran uang di bisnis pemasok perlengkapan biarawan sekitar 10 miliar baht atau senilai Rp 3,1 triliun.
Gagasan konsep hipermarket pemasok kebutuhan bhikkhu merupakan sebuah gagasan yang baik untuk mempermudah mendapatkan kebutuhan yang diperlukan oleh umat Buddhis. Tapi nampaknya gagasan ini hanya dapat diterapkan terutama di negara-negara yang memiliki jumlah bhikkhu yang cukup besar.
KOMPAS.com
Diubah oleh dragonroar 03-08-2013 20:41
0
3.6K
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan