- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Sedekah Buntut Singkong ( The Miracle Of Giving)


TS
williamflank
Kisah Sedekah Buntut Singkong ( The Miracle Of Giving)



Quote:
Sekitar tahun 1980, seorang pedagang gorengan di
Jakarta, selama tiga hari melihat seorang bocah
lelaki lusuh berlalu-lalang dengan wajah sedih di
depan gerobak dagangannya. Ia tahu, anak itu
menginginkan satu-dua potong gorengannya secara
gratis. Karena tidak berani minta, ia hanya
memandang gerobak gorengan itu dari kejauhan.
Pada hari keempat, pedagang gorengan itu
menyisakan sepotong singkong goreng buntut yang
biasanya tidak dijual. Dipanggilnya bocah itu sambil
mengacung-acungkan sepotong singkong kecil itu.
Tak menunggu lama, si bocah langsung berlari
menyambar singkong itu seraya berucap, “Terima
kasih, Bang.” Matanya berbinar, senyumnya
terkembang.
Dua puluh empat tahun kemudian, tukang
gorengan itu masih berjualan di tempat yang sama.
Suatu hari sebuah mobil mewah berhenti di depan
gerobaknya yang diparkir di tengah perkampungan
kumuh.
Penumpangnya, seorang pria muda berpenampilan
mewah, menghampiri pedagang gorengan itu.
Ketika berhadapan, si pedagang gorengan seperti
tak peduli.
Tapi, ia bingung ketika si pemuda perlente itu
mendadak berucap, “Bang, ada buntut singkong?”
“Kagak ada, Mas! Buntut singkong mah dibuang.
Kenapa nggak beli yang lain aja? Nih, ada pisang
sama singkong goreng,” ujar si pedagang gorengan
itu.
“Saya kangen buntut singkongnya, Bang. Dulu,
Abang kan pernah memberi saya buntut singkong
goreng,” jawab pemuda itu tersenyum.
Lalu ia pun bercerita. “Dulu, ketika saya masih kecil,
dan ayah saya baru saja wafat, tidak ada yang
membiayai hidup saya. Teman-teman mengejek
karena saya tidak bisa jajan. Selama empat hari
saya berlalu-lalang di jdepan gerobak Abang ini,
sampai abang memanggil saya memberi sepotong
singkong goreng buntut yang langsung saya
sambar,” tuturnya.
Si pedagang gorengan terperangah. Dia tidak
mengira sepotong buntut singkong, yang biasanya
dibuang, bisa membuat pemuda itu mendatanginya
dengan keadaan yang benar-benar berbeda.
Si pedagang akhirnya ingat pada wajah yang pernah
dikenalnya 24 tahun silam. “ Yang saya beri dulu
kan Cuma singkong buntut. Kenapa kamu masih
ingat sama saya?” tanya pedagang itu penasaran.
“Abang tidak sekedar memberi saya singkong
buntut, tapi juga kebahagiaan,” papar si pemuda
itu. Dia lalu bercerita bahwa sesaat setelah
menyambar singkong itu dia langsung
memamerkannya kepada teman-temannya.
Ia ingin membuktikan bahwa dia masih bisa jajan.
Sesuatu yang dianggap remeh, tapi baginya itu
membuatnya sangat bahagia, sehingga dia berjanji
suatu saat akan membalas budi baik pedagang
gorengan itu.
“Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik
Abang. Tapi, saya ingin memberangkatkan Abang
berhaji. Semoga Abang bahagia,” ujar si pemuda.
Pedagang gorengan itu hampir-hampir tidak
percaya. Dua puluh empat tahun silam ia telah
membahagiakan seorang anak yatim.
Maka Allah
pun membalas amal shalihnya itu.
Jakarta, selama tiga hari melihat seorang bocah
lelaki lusuh berlalu-lalang dengan wajah sedih di
depan gerobak dagangannya. Ia tahu, anak itu
menginginkan satu-dua potong gorengannya secara
gratis. Karena tidak berani minta, ia hanya
memandang gerobak gorengan itu dari kejauhan.
Pada hari keempat, pedagang gorengan itu
menyisakan sepotong singkong goreng buntut yang
biasanya tidak dijual. Dipanggilnya bocah itu sambil
mengacung-acungkan sepotong singkong kecil itu.
Tak menunggu lama, si bocah langsung berlari
menyambar singkong itu seraya berucap, “Terima
kasih, Bang.” Matanya berbinar, senyumnya
terkembang.
Dua puluh empat tahun kemudian, tukang
gorengan itu masih berjualan di tempat yang sama.
Suatu hari sebuah mobil mewah berhenti di depan
gerobaknya yang diparkir di tengah perkampungan
kumuh.
Penumpangnya, seorang pria muda berpenampilan
mewah, menghampiri pedagang gorengan itu.
Ketika berhadapan, si pedagang gorengan seperti
tak peduli.
Tapi, ia bingung ketika si pemuda perlente itu
mendadak berucap, “Bang, ada buntut singkong?”
“Kagak ada, Mas! Buntut singkong mah dibuang.
Kenapa nggak beli yang lain aja? Nih, ada pisang
sama singkong goreng,” ujar si pedagang gorengan
itu.
“Saya kangen buntut singkongnya, Bang. Dulu,
Abang kan pernah memberi saya buntut singkong
goreng,” jawab pemuda itu tersenyum.
Lalu ia pun bercerita. “Dulu, ketika saya masih kecil,
dan ayah saya baru saja wafat, tidak ada yang
membiayai hidup saya. Teman-teman mengejek
karena saya tidak bisa jajan. Selama empat hari
saya berlalu-lalang di jdepan gerobak Abang ini,
sampai abang memanggil saya memberi sepotong
singkong goreng buntut yang langsung saya
sambar,” tuturnya.
Si pedagang gorengan terperangah. Dia tidak
mengira sepotong buntut singkong, yang biasanya
dibuang, bisa membuat pemuda itu mendatanginya
dengan keadaan yang benar-benar berbeda.
Si pedagang akhirnya ingat pada wajah yang pernah
dikenalnya 24 tahun silam. “ Yang saya beri dulu
kan Cuma singkong buntut. Kenapa kamu masih
ingat sama saya?” tanya pedagang itu penasaran.
“Abang tidak sekedar memberi saya singkong
buntut, tapi juga kebahagiaan,” papar si pemuda
itu. Dia lalu bercerita bahwa sesaat setelah
menyambar singkong itu dia langsung
memamerkannya kepada teman-temannya.
Ia ingin membuktikan bahwa dia masih bisa jajan.
Sesuatu yang dianggap remeh, tapi baginya itu
membuatnya sangat bahagia, sehingga dia berjanji
suatu saat akan membalas budi baik pedagang
gorengan itu.
“Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik
Abang. Tapi, saya ingin memberangkatkan Abang
berhaji. Semoga Abang bahagia,” ujar si pemuda.
Pedagang gorengan itu hampir-hampir tidak
percaya. Dua puluh empat tahun silam ia telah
membahagiakan seorang anak yatim.
Maka Allah
pun membalas amal shalihnya itu.
Sekian dulu thread ane ..
silahkan bersedekah:

maaf kalo


Diubah oleh williamflank 02-08-2013 12:53
0
1.9K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan