REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melihat ada kemungkinan lebih seringnya penentuan Hari Raya Idul Fitri untuk 10 tahun ke depan. Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas mengatakan lebih seringnya penentuan lebaran beberapa tahun kedepan itu karena disatukan oleh faktor alam.
"Perhitungan persamaan ini sejak 1433 H hingga 1440 H, dari 10 tahun itu kemungkinan penetapan lebaran lebih banyak bersamaan," katanya kepada Republika, Rabu (31/7).
Pasalnya dari tahun lalu hingga beberapa tahun kedepan, ijtimak (konjungsi) bumi dan bulan untuk 1 Syawal seringkali terjadi lebih awal. Sehingga pada saat sore hari derajat wujudul hilal sudah melebihi dua derajat.
Yunahar mengatakan sesuai dengan kesepakatan, ketika hilal sudah mencapai dua derajat dimungkinkan hilal bisa terlihat. Namun, ia enggan menyebutkan tahun-tahun yang diprediksi akan lebih banyak kesamaan lebaran dalam 10 tahun terakhir.
"Yang pasti lebih banyak sama dan sedikit perbedaannya," ujar Yunahar.
Persamaan itu terlihat sejak 2012 lalu. Walau ia menegaskan kemungkinan lebih banyaknya waktu lebaran itu, bukan karena perubahan standar metodologi baik hisab atau rukyat. Akan tetapi lebih karena alam yang memungkinkan ijtimak bulan baru Syawal lebih awal.
Sedangkan untuk penetapan awal Ramadhan bila mengacu hisab dan rukyat, Yunahar menyampaikan perbedaan itu akan tetap terjadi pada tahun-tahun ke depan walaupun tetap adakalanya terjadi persamaan penetapan antara metode hisab dan rukyat.
Tapi, tidak sesering penetapan Idul Fitri.Pada tahun ini sesuai dengan keputusan maklumat PP Muhammadiyah. Insya Allah, dikatakan Yunahar, Idul Fitri jatuh pada 8 Agustus 2013. Karena menurut metodologi hisab hakiki Ijtimak sudah terjadi pada hari Rabu, 7 Agustus 2013 pukul 4.52:19 WIB.
"Sehingga pada saat matahari terbenam di atas ufuk ketinggian hilal sudah lebih dua derajat bahkan lebih," katanya.