Kaskus

Story

ucumaricumAvatar border
TS
ucumaricum
Matematika Vs Kompor Misterius
Saat jarum panjang berhenti di angka 10, biasanya aku sudah terlelap tidur. Tapi berbeda dengan malam ini. Meskipun mata udah burem-burem kaya lampu 5 watt, aku paksakan untuk tidak tidur, karena besok adalah hari yang menegangkan. ULANGAN MATEMATIKA. Sebenarnya gak menegangkan sih, tapi gak tau kenapa aku selalu merasa tegang dengan yang namanya ulangan, apalagi ulangan matematika.

Sudah 120 menit aku mengulik soal lingkaran. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Huuufftt.. aku dah pusing, lelah bin pasrah, terutama dengan kelopak mataku yang tak tahan lagi menahan kantuk. Seketika, kakakku keluar dari kamarnya dan berkata, “Dek, tidur sono!”. Aye! perintah yang menyenangkan. Bisikku dalam hati. Tanpa berpikir panjang, aku langsung berlari, lari lari daaaaaan blug! Tepat ditengah kasur empuk. Aku balut tubuhku dengan selimut, karena semakin malam suhu udara di daerahku akan semakin ekstrim. Ya, mungkin bisa mencapai 12 derajat celsius. Mungkin. Sambil memejamkan mata, aku bertekad dalam hati, aku gak akan melewatkan hari esok yang menegangkan itu dengan sia-sia. Aku akan bangun lebih pagi dan kembali mengulik soal lingkaran. Harus! Paksaku.

Bismikaallhumma ahya wabismika aamut.
Tak lama kemudian, aku sudah berpindah ke dunia lain. Dunia penuh imajinasi. Alam mimpi.

Tepat pukul 06.00 pagi aku berangkat ke sekolah dengan teman sebangkuku, sekaligus teman sekampungku, Agustien. Biar aku kenalin dulu ya, nama lengkapnya Agustien Dwi Dayanty. Ia sering dipanggil Ntin atau Agus. Dia orang terkalem di antara banyaknya siswa di SMANDAK. Optimis dan pede abis. Setiap hari, Agus selalu menungguku di halaman rumahnya. Kita sering berangkat ke sekolah bersama. Aku selalu berangkat sesuai waktu yang telah aku sepakati dengannya. Sekarang waktunya aku berangkat ke sekolah, tapi sebelumnya menjemput Agus terlebih dahulu dirumahnya. Hari yang penuh dengan semangat, kataku dalam hati. Karena terlalu bersemangat, ayunan langkah kakiku pun menjadi cepat. Jarak rumahku dengan Agus lumayan cukup dekat, mungkin sekitar 300 meter. Setiap hari kami selalu berjalan kaki hingga pertigaan tukang ojek. Karena sudah dua tahun kami berangkat sekolah dengan jalan kaki, wajarlah saja jika tubuh kami sangat langsing. Langsing? Ya, mungkin lebih tepatnya kerempeng kali ya. Nah, tinggal 50 meter lagi aku sampai dirumah Agus.
Aku pun sampai di halaman rumah Agus. Tapi, tiba-tiba semangatku surut. Lho kok? Jantungku berdetak lebih kencang. Aku pun tak berkutik, hingga aku tersadar bahwa Agus, sang penunggu setiaku itu sudah tak ada lagi di halaman seperti biasanya, dan itu artinya dia sudah berangkat ke sekolah mendahuluiku. Mendahuluiku? Cukup tau ! Teman macam apa dia? Tapi setelah aku pikir-pikir, dia gak mungkin berangkat lebih dulu tanpa alasan. Ya, pasti ada alasannya. Aku ambil HP ku dan ternyata ada pesan diterima, dan itu dari Agus,
“Mu, dimana keneh? Gerbang sakola geus ditutup!”.
Aku diam, gak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku lihat jam di Hp ku. Aku terkejut sampe hampir mau ngebanting Hp. Jam di Hp menunjukkan angka 07.30. Tamatlah riwayatku!. Ya Allah bagaimana ini?? Aku mencoba berlari sekencang minato. Aku gak mau ikut ulangan susulan! Karena sebenarnya gak ada susulan untuk ulangan Matematika. Dan itu artinya langsung remedial. Tidaaaak !! Aku gak mau dimarahi guru! Aku gak mau lari keliling lapangan! Gak mau! Lama hatiku menggerutu sambil berlari kencang, tapi kenapa langkahku tidak maju-maju? Aku mencoba lagi berlari, tetapi aku masih tetap ditempat semula. Kenapa? Ada apa ini? TIDAAAAAAAAAAAAAK….
Tanpa sadar aku pun mengeluarkan air mata, pipiku basah. Tubuhku terlentang. Dan saat itu aku baru menyadari, semua hal yang baru saja aku lewati hanyalah mimpi. Alhamdulillah. Aku bangun dan lihat jam di Hp. Pukul 03.00. Baiklah, saatnya aku lancarkan rencana ekstra ku, mengulik kembali soal lingkaran. Aku keluar kamar, aku hendak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Di ruang keluarga, sangat terasa sekali, rumah ini masih sepi. Kakak belum bangun. Biasanya jam segini Ibuku sudah bangun, hanya saja sekarang Ibu lagi di rumah kakak di Bekasi. Jadi suasana di rumah lebih sepi dari biasanya. Apalagi jam segini. Sekarang, hanya aku seorang diri yang bangun. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa ragu untuk ke kamar mandi. Udara dingin, dan rasanya……
Kenapa kamu Chum..? Takut ya? Tau gak cum,, di belakang pintu suka ada yang bersembunyi tau. Iiiiihhhhhh…. Mending balik lagi aja ke kasur, lagian jam segini air nya masih dingin.. brrr ~~~~
“Ternyata jam segini setan juga udah bangun ya? Lho aja sono yang tidur! Gak usah ganggu gue! Huuffttt” Ayo chum, setan menggonggong, Uchum tetap berlalu.
Aku berjalan menuju pintu dapur. Kerereeeeeekkkkkk…pintu pun terbuka. Aku lihat ke sekitar dapur, memang benar, masih sepi. Sangat sepi. Aku ambil panci, memasak air untuk mandi. Ciyeee… tumben jam segini udah mandi emoticon-Stick Out Tongue. Aku tuangkan air ke dalam panci. Dan setelah penuh, aku angkat panci ke atas kompor, namun kemudian aku turunkan kembali pancinya ke lantai. Ada yang aneh !!! Mataku terbelalak melihat kompor.
Ya Allah, kompor nya udah nyala! Tapi siapa yang nyalain kompor??? Kakakku kan balum bangun. Lalu siapa?? Mungkinkah maling ataaauu…………
Pikiranku tiba-tiba kacau. Nafas jadi gak karuan. Udara tiba-tiba terasa sangat dingin. Merinding. Dengan cepat aku matikan kompor, tutup pintu dapur dan lari ke kamar. Aku tutup mataku dengan selimut. Aku mencoba melupakan kejadian yang baru saja aku alami. Aku pejamkan mata dan akhirnya terlelap kembali. Shalat tahajud ku dan rencana ekstra ku mengulik soal lingkaran akhirnya gagal. Bagaimana dengan ulangan matematika besok? Entahlah.
“Allahu Akbar Allahu Akbar!” suara adzan si Aki terdengar keras sampai ke kamarku. Aku bangun. Gak jauh dari kamar, terdengar suara gemercik air di kamar mandi. Pasti kakaku sudah bangun. Aku ke luar kamar dan menuju dapur. Kakakku masih ada di kamar mandi. Sambil nunggu kakak keluar, aku duduk di kursi meja makan. Perasaanku kali ini biasa aja, tidak seperti pada jam 03.00 tadi. Seolah-olah sudah melupakan apa yang telah terjadi. Padahal sebenarnya aku hanya berpura-pura lupa. Demi menenangkan hati. Gebrukk! Pintu kamar mandi terbuka. Kakakku selesai dan sekarang giliranku. Aku nyalakan keran dan wudhu, kemudian shalat shubuh.
Satu jam lagi aku harus bersiap-siap berangkat ke sekolah. Aku harus berangkat lebih pagi. Aku gak ingin apa yang aku impikan semalam tadi jadi kenyataan. Aduh, jangan sampe deh! Aku bersiap-siap mandi. Dan lagi-lagi aku harus melewati kompor itu, tapi aku palingkan muka sejauh mungkin agar kompor itu tak terlihat oleh lensa mataku.
Baru saja selesai mandi, layar Hp-ku sudah berkedip-kedip. Pasti sms dari si Agus.
“Mu, berangkat pagi. OK”. Aku balas “Okesip!”.
Aku mempercepat gerakku dan bersiap-siap berangkat. Aku pamit pada kakakku.
“Assalamu’alaikum!”
Belum sempat aku dengar jawaban salam dari kakakku, aku sudah lari melambung jauh dan cepat seperti Minato. Agustien. I’m coming!
***
“Teng teng tong teng..” bel pun berbunyi. Dan artinya siswa harus sudah berada di dalam kelas, terlebih lagi detik yang menegangkan akan di mulai. Aku tarik nafas sedalam mungkin. “Hmmm.. Huuuuuu!”.
“Assalamu’alaikum..” suara khas Bu Ani, guru matematika ku. Kedatangannya benar-benar menaikkan kinerja jantungku. Denyut jantung berdetak cepat. Dag dig dug dag dig dug. “Huuu, Bismillahirahmanirrahim..”
Bu Ani telah selesai membagikan soal. Ulangan pun di mulai. Ketika aku lihat soal nomor pertama, keningku langsung mengkerut. Ya Allah, soal macam apa ini? Aku coba untuk tetap tersenyum meskipun otakku tak memberikan perintah. Baiklah, akan Aku jawab soal ini semampuku.
**
Setelah 120 menit, tak terasa waktu pun berlalu. Ulangan matematika kali ini pun berakhir. Alhamdulillah, rasanya lega.
**
Satu hari ini pun berlalu dengan melelahkan. Bel pulang pun berbunyi. Saatnya kembali ke rumah. Mari pulang, marilah pulang, marilah pulang bersama-sama ~~~
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
922
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan