Quote:
Banyaknya preferensi pada pemilu 2014 akan memberikan iklim terhadap partai politik. Sebanyak 12 partai nasional akan merebutkan suara terbanyak untuk legislatif maupun eksekutif. Namun, sebanyak 51,45 persen masyarakat belum menentukan pilihan terhadap partai politik yang akan dipilihnya di pemilu nanti. Sedangkan 12,88 persen mengaku tidak tahu.
Peneliti senior dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), J. Kristiadi mengkuatirkan, sebanyak 51,45 persen masyarakat yang belum menentukan pilihan terhadap partai politik yang akan dipilihnya di pemilu nanti akan menjadi bom waktu.
"Yang belum punya pilihan cukup besar. Bagi saya, ini merupakan bom waktu," ujar Kristiadi dalam acara rilis telesurvei terpopuler 2013 yang diselenggarakan Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG) di Wisma Kodel, Kuningan, Jakarta, Rabu (24/7).
Untuk diketahui, metodologi penelitian yang melibatkan 2.450 responden itu, dilakukan dengan pengumpulan data dan wawancara via telepon. Telesurvei diadakan mulai tanggal 3 Juni sampai 22 Juni 2013. Tingkat keyakinan 99 persen, sampling error penelitian -/+ 2,61 persen.
Dalam survei tersebut, responden didominasi oleh ibu rumah tangga yang mencapai 28,9 persen, latar belakang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) capai 46,2 persen. PDI Perjuangan berada pada posisi teratas sebagai parpol yang banyak dipilih masyarakat yaitu 9,25 persen. Di posisi kedua ada Partai Gerindra dengan perolehan suara sebanyak 6,45 persen.
Disusul kemudian oleh Demokrat (6,64 persen), Golkar (6,11 persen), PKS (1,88 persen), PAN (1,39 persen), Nasdem (1,26 persen), PKB (0,91 persen), PPP (0,77 persen), Hanura (0,77 persen), PBB (0,16 persen) dan PKPI (0,08 persen).
SUMBER
Quote:
Kompetisi Pemilu 2014 Diprediksi Lebih Panas
Peneliti dari Perkumpulan Pemilu untuk Demokrasi (Perludem), Veri Junaidi memerkirakan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 akan berlangsung menarik. Sebab, tidak adanya figur yang menonjol di parpol membuat kekuatan partai menjadi relatif seimbang.
"Dari sejumlah survei terkini, semua partai politik (Parpol) dan calon presiden (Capres) relatif tidak ada yang menonjol. Artinya semua Parpol punya kesempatan dan ruang kompetisi yang sama. Karena itu, kompetisi akan semakin panas. Gesekan politik makin kuat," kata Veri dalam diskusi 'Membedah Antisipasi Konflik Antar-parpol Pemilu 2014' di Jakarta, Jumat (26/7).
Hal yang membuat lebih menarik, lanjutnya, karena Pemilu 2014 menjadi momentum pergantian rezim pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "SBY jelas tidak bisa menjabat untuk ketiga kalinya, sudah harus berhenti. Itu satu hal yang bisa mendorong Pemilu lebih menarik. Ruang kompetisi jadi sempit," ujarnya.
Di tempat yang sama, politisi PDI Perjuangan Sudiyatmiko Aribowo mengatakan, pertarungan di internal parpol malah lebih berbahaya ketimbang beda partai."Masing-masing calon anggota legislatif satu partai justru bisa memicu konflik," kata anggota Komisi II DPR itu.
Karena itu, sarannya, parpol harus solid menyatukan kader yang diusung sebagai calon anggota legislatif (Caleg). Dikatakannya, ketidakakuratan daftar pemilih hanyalah konflik antar-parpol dan penyelenggara. Proses penyelesaiannya pun mudah karena ada lembaga yang berwenang.
" Sekarang ini sudah banyak mekanisme penyelesaian. Kalau kecurangan suara bisa ke Bawaslu. Sedangkan perselisihan hasil pemilu, ke Mahkamah Konstitusi," kata Veri.
SUMBER
Mari semua Penghuni BP dimari untuk mengeluarkan Pendapatnya mengenai Pemilu 2014 nanti apakah bakal MEMILIH atau GOLPUT?
Dimulai dari saya sendiri
Saya sendiri Insya Allah akan menggunakan hak suara saya dalam Pemilu 2014 nanti. Knp? Karena menurut saya, selain sebagai hak, memilih merupakan suatu tanggung jawab bagi diri saya sebagai Warga Negara untuk menentukan kemana arah bangsa ini akan dituju. Setiap suara kita dapat menentukan nasib bangsa ini ke depannya. Maka dari itu ketika memilih, diharapkan dengan pertimbangan yang benar-benar cermat. Tidak asal pilih, apalagi memilih karena iming-iming tertentu.
Di dalam Pemilu Legislatif, memang saat ini sebagian besar parpol telah menimbulkan kekecewaan dalam masyarakat, sehingga banyak opini berkembang dalam masyarakat untuk golput dalam Pemilu Legislatif nanti. Namun menurut saya hendaknya opini untuk golput itu dihilangkan karena dengan golput tidak akan menghasilkan apa-apa. Kita tidak berkontribusi apa-apa terhadap nasib negeri ini ke depan. Pemilu Legislatif menentukan siapa yang akan menjadi Perumus kebijakan bangsa ini ke depan. Pemilu Legislatif juga menentukan siapa yang bakal menjadi Pemimpin (Presiden) nanti. Karena Presiden bakal dicalonkan oleh Parpol yang meraih suara besar.
Oleh karenanya sekali lagi menggunakan hak suara dalam Pemilu baik Pileg atau Pilpres sangatlah penting. Memang hampir semua menurut kita yang akan dipilih itu buruk. Namun menurut saya pilihlah yang sedikit buruknya dari yang paling buruk. Yang penting kita ikhtiar dalam memilih. Daripada kita berdiam diri. Apalagi kita yang termasuk orang-orang berpendidikan seharusnya ikut berpartisipasi. Darpada dalam pemilu nanti dimenang kan oleh Pihak yang menggunakan uang atau cara-cara curang untuk menang. Kita tahu bahwa masyarakat kecil yang pendidikannya kurang, gampang sekali untuk dibujuk apalagi dengan iming-iming uang. Apakah akan kita biarkan hal seperti itu terjadi?