Halo agan-agan semuanya. Setelah postingan sebelumnya dihapus karena gak sesuai dengan ketentuan (maklum gan ane newbie tua gan ), kali ini ane posting lagi cerita yang sama (dengan yang dihapus dulu ). Semoga kaga salah format lagi deh ane. Kalau masih salah juga, kasi warning dulu ye mod biar bisa berbenah . Ane juga pengen jadi kaskuser yang baik
Anyway, kisah romance yang ane buat sekitar dua tahun lalu ini fiksi gan, tapi sebagian kecil ane ambil dari kisah yang benar-benar terjadi. Kasarannya sih, lebih banyak bumbunya sampe kelewat asin gan
Oke dah, mari kita mulai saja ceritanya. Met nyimak gan, jangan lupa tinggalkan komentar dan saran
Spoiler for INDEX:
INDEKS
Dream - A Weak Heart
Pengarang : Kantzan Fullmoon alias ane gan
Genre: Romance
Tips untuk menikmati: bacalah dengan mood serius, melankolis, karena memang gak ada komedinya gan
Aku membolak-balik lembar soal lalu mengecek ulang lembar jawabanku, waktu masih tersisa empat puluh menit, tapi aku sudah selesai mengerjakan semuanya. Menyadari bahwa soal-soal rumit ini bisa kuselesaikan dengan mudah, aku yakin diterima di Depok, pilihan pertamaku.
Peserta ujian di sisi kanan dan kiriku mulai terlihat gelisah. Aku monopang daguku dengan kepalan tangan.
Ini adalah hari terakhir. Aku bisa saja mengosongkan beberapa jawabanku yang kuyakin benar, sehingga ada kemungkinan universitas yang kutuju jatuh pada pilihan kedua. Universitas dimana dia menuntut ilmu. Dengan begitu, jarak diantara kami semakin dekat. Aku bisa bertemu dengannya kapanpun aku suka.
“Hapus saja...”, bisikan itu menggodaku. Aku mengambil sebuah penghapus kotak kecil. Ini adalah saat dimana aku merasa…takdir ada ditanganku.
Tapi, apakah dia peduli?
Kucabut sebuah pena dari saku, memutar-mutarnya sebentar. Ada nama seseorang terukir di badan pena, “Mahdiya”, aku tersenyum.
Manakah yang harus dikorbankan? Mimpiku? Atau...
Ah, aku berharap dirasuki sesuatu yang bisa membuatku memilih jawabannya tanpa sadar. Dua pilihan yang rumit, dilematis. Mengapa harus ada jalan seperti ini? Mungkin untuk satu soal yang runyam ini, aku harus memanfaatkan kancingku...
Penghapus kecil itu masih ada ditanganku. Aku membelahnya menjadi dua dengan penggaris. Lalu kuberi nomor pada keenam sisinya, menjadi dua buah dadu. Pilihannya antara genap dan ganjil. Genap untuk mimpiku, ganjil untuknya.
Aku menelan ludah. Seperti inikah apa yang dirasakan orang-orang diatas meja judi ketika mereka mempertaruhkan uang mereka? Hmph, tidak, apa yang kupertaruhkan tidak bisa dinilai dengan uang.