febrianskuadAvatar border
TS
febrianskuad
moral sang pengemis (motivasi)


permisi agan agan. sebelum nyah ane minta ijin dulu buat ngpost.. jangan lupa utamakan komeng agan agan sis.. tp ane ber harap si bisa dapet emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Ngakak




Ada sebuah kisah nyata yang
diambil dari buku Qishasasu
Muatsirat Lilfatayat karya Ahmad
salim Badwilan.

Ada seorang wanita yang baru saja
dipersunting menjadi istri oleh
seorang laki-laki. Lazimnya tradisi
di Timur Tengah, saat malam
pertama sang istri menyiapkan
hidangan pembuka bagi suami.
Mereka berkumpul mesra di ruang
makan.
Tiba-tiba, keduanya mendengar
suara ketukan pintu. Sang suami
menghentak dan berkata gusar,
“Siapa tamu yang mengganggu
ini?”
Berdirilah istri menuju pintu lalu
bertanya dari balik pintu, “Siapa?”.
Terdengar jawaban, “Saya adalah
pengemis yang meminta sedikit
makanan”.

Si istri kemudian menyampaikan
kepada suaminya, “Dia pengemis
meminta sedikit makanan”.

Marah si suami sembari berkata,
“Hanya gara-gara pengemis ini
istirahat kita terganggu apalagi kita
sedang menikmati malam
pertama?”.

Si suami bergegas keluar dan
langsung menghantam pengemis
itu secara bertubi-tubi.

Sesat kemudian, terdengar rintihan dan
ringisan.
Si pengemis berlalu membawa rasa
lapar dan luka yang memenuhi
ruh, jasad dan kehormatannya.
Si suami kembali menemui istrinya
di dalam kamar pengantin dengan
hati yang penuh emosi karena
gangguan yang terjadi barusan.
Sejurus kemudian, si suami terkena
sesuatu menyerupai penyakit
kesurupan, lalu dia merasa dunia
menyempit dan menghimpitnya
dengan keras. Lalu dia berlari
keluar rumah dengan menjerit,
meninggalkan istrinya yang
ketakutan.

15 tahun berlalu...
Sang istri yang ditinggal suaminya
ini mendapat pinangan lagi dari
lelaki lain. Ia pun menerima dan
mereka melangsungkan
pernikahan.
Pada malam pertama, suami istri
tersebut berkumpul didepan
hidangan pembuka yang telah
disajikan. Tiba-tiba keduanya
mendengar suara ketukan pintu.
Berkata suami kepada istrinya,
“Pergilah bukakan pintu”.

Si istri menuju pintu dan bertanya,
“Siapa?”.

“Pengemis meminta sesuap nasi”,
kata tamu tersebut.

Si istri menemui suaminya yang
langsung menanyakan siapa tamu.

Si istri berkata, “Pengemis meminta
sesuap nasi”.

Maka si suami berkata, “Panggil dia
kemari dan siapkan seluruh
makanan ini diruang tamu lalu
persilahkan dia makan sampai
kenyang”.

Si istri bergegas menyiapkan
hidangan, membukakan pintu lalu
mempersilahkan pengemis itu
untuk makan.

Si istri kembali menemui suaminya
dengan menangis. Suaminya
bertanya, “Ada apa denganmu?,

Kenapa kamu menangis?,
Apa yang
terjadi?,
Apakah pengemis itu
menghinamu?”

Si istri menjawab dengan linangan
air mata yang memenuhi matanya,
“Tidak”.
“Dia mengganggumu?”, tanya
suami.
“Tidak”, jawabnya.
“Dia menyakitimu?”, tanya suami.
“Tidak”, jawabnya.
“Lalu kenapa engkau menangis?”,
tanya suami.

Si istri berkata, “Pengemis yang
duduk di ruang tamumu dan
menyantap hidanganmu adalah
mantan suamiku lima belas tahun
yang lalu. Pada malam penganti
itu, ada pengemis datang dan
suamiku memukulinya dengan
keras. Setelah itu mantan suamiku
kembali menemuiku dengan dada
yang sempit. Aku menyangkanya
dia terkena jin atau kesurupan.
Dia lari meninggalkan rumah tanpa
ada kabar sampai malam
ini….Ternyata dia menjadi
pengemis.”

Si suami tiba-tiba menangis….
Istrinya bertanya, “Apa yang
membuatmu menangis?”
“Taukah kamu siapa pengemis
yang dipukul oleh mantan
suamimu dulu?”, kata suami.

“Siapa dia?”, tanya sang istri.
“Sesungguhnya pengemis itu,
aku….”, suaminya menjelaskan.

Moral Cerita
Kita tak pernah tahu apa yang
terjadi esok hari, bahkan satu jam
atau satu detik ke depan. Roda
hidup terus berputar. Tatkala kita
menjalani hidup, maka apa yang
kita tabur dan itulah yang kita
tuai. Beberapa kepercayaan
menyebutnya sebagai karma,
sementara secara ilmiah inilah
hukum aksi-reaksi.\
Ketika kita berbuat jahat pada
orang lain, maka Tuhan, yang
menciptakan keseimbangan di alam
semesta ini, menjalankan hukum
aksi-reaksi tersebut pada diri kita.
Maka, berbuatlah baik sekuat
mungkin agar kita pun mendapat
ganjaran setimpal dari kebaikan
kita.
Di sisi lain, bagi kaum wanita,
alangkah indah menjaga
kehormatan dan menjadi istri, ibu
yang baik bagi keluarga. Sang
wanita pada kisah nyata di atas
tetap berpegang pada hukum
agama yang ia anut, untuk
menjaga kehormatan dan kesetiaan
pada suami.
Sementara para suami dan siapa
pun lelaki yang kelak menjadi
seorang suami, sebuah kehormatan
bagi kaum pria menjadi kepala
rumah tangga. Memberi teladan
yang baik kepada istri dan anak-
anak adalah semulianya
ketundukan kepada Tuhan.
Termasuk memberi contoh
kemurahan, kebaikan hati pada
tetangga, dan sesama manusia.
Maka, Insya Allah mendapat
kebaikan yang sama...


silahkan. utamakan komeng y gan.. kalo bisa yang bermutu dan ber bobot.. emoticon-Ngakakt
0
1.6K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan