aweepAvatar border
TS
aweep
Fenomena Sahur on The Road
Fenomena Sahur on The Road

Bulan Ramadan menjadi ajang bagi para muslim untuk mengumpulkan pahala, salah satunya dengan membagikan sahur di jalan atau Sahur on The Road. Polisi mendukung aksi ini dan mengimbau agar warga tetap tertib di jalan.

"Silahkan saja sahur on the road karena intinya kan untuk membantu masyarakat yang enggak punya," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Sabtu (13/7/2013) malam.

Menurutnya seringkali beberapa peserta malah melakukan aksi-aksi yang bisa membahayakan diri." Terkadang ada rombongan konvoi, bukan sahur on the road tapi malah balapan," ucap Rikwanto.

Rikwanto menyarankan agar warga tetap tertib memakai perlengkapan kendaraan, seperti helm dan jaket bagi pengendara motor. Pembagian sahur juga sebaiknya direncanakan dengan matang dan jelas tujuannya.

"Tujuannya jelas ke lokasi mana dan kembali dengan tertib. Jangan terpancing dengan ajakan pihak lain untuk kebutan dan nongkrong tidak jelas," ujarnya

Sumber

Antisipasi Pengemis Dadakan, Dinsos Jaksel Larang Sahur on The Road

Momen Ramadan tampaknya benar-benar dimanfaatkan oleh para pengemis musiman yang kerap meminta-minta selama bulan suci tersebut. Bahkan, acara-acara yang sering dilakukan oleh masyarakat selama berpuasa seperti buka puasa dan sahur di jalan sering menjadi lahan bagi mereka untuk mengais keuntungan.

Mengantisipasi hal tersebut, Dinas Sosial Jakarta Selatan mengimbu kepada masyarakat untuk tidak melakukan hal serupa pada Ramadan tahun ini. Hal ini untuk mengantisipasi bertambahnya para pengemis dan gepeng yang makin hari semakin meresahkan.

"Kami mengingatkan kepada warga untuk tidak melakukan sahur on the road atau buka puasa di jalan. Karena ini merupakan daya tarik mereka di jalan dan kesempatan untuk mereka meraup keuntungan," ujar Kepala Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda ketika dihubungi, Rabu (26/6/2013).

Menurutnya, walaupun masyarakat mengadakan acara tersebut sebagai cara untuk berbagi kepada yang kurang mampu, Miftahul tetap menyarankan untuk tidak dilaksanakan. Kegiatan semacam itu hanya akan menambah jumlah pengemis dan tidak akan memberikan efek apapun kepada mereka.

"Malahan mereka makin senang kan, ada yang beri makan di jalan, ngasih sedekah di jalan. Selamanya mereka akan tetap seperti itu, dan pengemis akan semakin banyak di Jakarta, mereka tidak akan mau berusaha untuk bekerja," tuturnya.

Miftahul menambahkan, para pengemis dan gepeng yang banyak beroperasi di jalanan Jakarta Selatan merupakan lulusan Panti Sosial. Setelah mereka dibina dan keluar dari Panti, mereka akan kembali menjalani profesi awal mereka sebagai pengemis.

"Banyak di antara mereka yang merupakan alumni Panti Sosial. Setelah dibina, bukannya jera dan mencari pekerjaan, mereka akan kembali ke profesi lamanya sebagai pengemis. Kenapa? Karena mind set mereka sudah merasa enak menjadi pengemis, tinggal tengadah tangan, duit mereka dapat," jelasnya.

Dari wawancara detikcom dengan seorang pengemis perempuan yang beroperasi di perempatan Mampang Prapatan, dalam sehari dia dapat meraup keuntungan sekitar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu per hari.

"Sehari saya bisa dapat Rp 60 ribu sampai Rp 100 ribu. Selama ini banyak yang menolak untuk memberi. Tapi saya tidak pernah memaksa, saya hanya butuh keikhlasannya saja," ujarnya (21/6).

Perempuan yang sedang hamil tua itu mengaku terpaksa melakukan profesi ini karena harus mencari biaya untuk persalinannya. Sementara sang suami saat ini sedang terbaring lemah karena penyakit TBC.

Sumber

Quote:



Maaf kalo ternyata repost..

Boleh dong minta ijo2 buat ane emoticon-Big Grinemoticon-Big Grin emoticon-Big Grin
Diubah oleh aweep 26-07-2013 21:53
0
1.6K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan