- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Percaya Ga Percaya, Manfaat Suplemen Vitamin Cuma Mitos?


TS
kamoezzzz
Percaya Ga Percaya, Manfaat Suplemen Vitamin Cuma Mitos?
Percaya Ga Percaya, Manfaat Suplemen Vitamin Cuma Mitos? 
Agan sering lihat kan iklan-iklan di TV yang menawarkan Vitamin. Agan yakin tubuh kita bener-bener butuh suplemen vitamin? Yakin suplemen vitamin bikin badan sehat? Baca dulu artikel yang ane temuin berikut:

Agan sering lihat kan iklan-iklan di TV yang menawarkan Vitamin. Agan yakin tubuh kita bener-bener butuh suplemen vitamin? Yakin suplemen vitamin bikin badan sehat? Baca dulu artikel yang ane temuin berikut:

Quote:

Ahli gizi yakin bahwa seluruh zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia sudah terkandung dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Di sisi lain, pihak industri yang disokong oleh sejarah yang mencengangkan, berargumen bahwa makanan tidaklah cukup sehingga kita membutuhkan suplemen untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Bingung? Anda tidak perlu khawatir.
Untung saja, banyak penelitian terbaru yang telah memecahkan isu ini.
Pada 10 Oktober 2011, para peneliti dari Universitas Minnesota menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi suplemen multivitamin memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi suplemen tersebut. Dua hari kemudian, peneliti dari Klinik Cleveland menemukan fakta lain bahwa pria yang mengonsumsi Vitamin E memiliki peningkatan resiko untuk terkena kanker prostat. “Minggu ini merupakan minggu yang berat untuk vitamin,” ujar Carrie Gann dari ABC News.
Penemuan-penemuan ini bukanlah hal baru. 7 studi sebelumnya selalu menunjukkan bahwa konsumsi suplemen vitamin meningkatkan resiko kanker, penyakit hati serta umur yang pendek. Walaupun studi ini telah dirilis, lebih dari setengah penduduk Amerika Serikat masih mengonsumsi suplemen vitamin pada 2012. Yang disadari oleh sedikit orang adalah bahwa awal keterpesonaan mereka mereka terhadap vitamin bisa dirunut balik dari seorang pria pemenang 2 Penghargaan Nobel. Seseorang yang begitu benar hingga ia memenangkan dua Penghargaan Nobel dan juga begitu salah karena mungkin saja dia pembual terbaik.
Pada 1931, Linus pauling mempublikasikan studinya di Journal of the American Society yang berjudul “Sifat Dasar Ikatan Kimia” (The Nature of Chemical Bond). Sebelum adanya publikasi tersebut, ahli kimia mengenal 2 tipe ikatan kimia yaitu: ikatan ion, ikatan yang terjadi akibat satu atom melepas elektron ke atom lain; dan ikatan kovalen, ikatan yang terjadi ketika beberapa atom berbagi elektron (electron sharing). Pauling berargumentasi bahwa ikatan kimia tidaklah sesederhana itu – bahwa pembagian elektron berada diantara ikatan ion dan kovalen. Ide Pauling membuat revolusi di lapangan, menggabungkan fisika kuantum dengan ilmu kimia. Konsepnya sangat revolusioner sehingga ketika editor jurnal menerima naskah studi Pauling, editor tersebut tidak dapat menemukan orang yang kompeten untuk meninjau ulang karya itu.
Ketika Albert Einstein diminta untuk berpendapat mengenai studi tersebut, dia mengedikkan bahunya dan berkata, “Hal ini terlalu rumit bagiku.”

Linus Pauling
Dari studi ini, Pauling menerima Penghargaan Langmuir sebagai Ahli Kimia Muda Terkemuka di Amerika Serikat, menjadi orang termuda yang terpilih menjadi anggota Akademi Sains Nasional, menjadi profesor penuh waktu di Caltech, dan menerima Penghargaan Nobel dalam bidang kimia. Ketika itu, Pauling baru berusia 30 tahun.
Quote:

Pada 1949, Pauling mempublikasikan sebuah studi di Science berjudul “Sel Sabit Anemia, Sebuah Penyakit Molekular” (Sickle Cell Anemia, a Molecular Disease). Di masa itu, ilmuwan mengetahui bahwa sel darah merah / hemoglobin (protein dalam darah yang membawa oksigen) mengkristal dalam pembuluh darah orang yang memiliki sel sabit anemia, yang menyebabkan sakit pada persendian, penggumpalan darah, dan kematian, namun mereka tidak mengetahui penyebabnya. Pauling adalah orang pertama yang mengetahui bahwa hemoglobin sabit memiliki perbedaan muatan elektris – faktor yang mempengaruhi reaksi hemoglobin dengan oksigen secara signifikan.
Penemuannya menghasilkan bidang baru, biologi molekuler.
Pada 1951, Pauling mempublikasikan sebuah studi di Proceedings of the National Academy of Sciences yang berjudul “Struktur Protein” (The Structure of Proteins). Ilmuwan saat itu mengetahui bahwa protein terdiri dari rangkaian asam amino. Pauling mengemukakan bahwa protein juga memiliki struktur sekunder yang ditentukan oleh cara mereka melipat diri. Dia menyebut konfigurasi tersebut sebagai alpha helix – yang kemudian digunakan oleh James Watson dan Francis Crick untuk menjelaskan struktur DNA.

Linus Pauling – The Structure of Protein
Pada 1961, Pauling mengumpulkan sampel darah dari gorila, simpanse dan monyet di Kebun Binatang San Diego. Dia ingin mengetahui jika pengaruh mutasi pada sel darah merah dapat digunakan sebagai jam evolusi. Pauling menunjukkan bahwa manusia mulai terpisah dari gorila sekitar sebelas juta tahun yang lalu, jauh lebih awal dari dugaan para ilmuwan. Seorang rekan kerjanya kemudian mengeluarkan pernyataan, “Melalui sebuah penelitian, dia menyatukan paleontologi, biologi evolusioner, dan biologi molekuler.”
Pencapaian Pauling tidak terbatas dalam bidang sains. Berawal pada 1950an – hingga 40 tahun kemudian – dia adalah aktivis perdamaian yang paling dikenal. Pauling menentang penawanan orang-orang Jepang-Amerika selama Perang Dunia II, menolak tawaran Robert Oppenheimer untuk bekerja di Manhattan Project, menentang Senator Joseph McCarthy dengan menolak sumpah kesetiaan, menentang pengembangan nuklir, mendebat secara terbuka pendukung senjata nuklir seperti Edward Teller, mendorong pemerintah untuk mengakui bahwa ledakan nuklir dapat merusak gen manusia, meyakinkan pemenang peraih Nobel lainnya untuk menentang Perang Vietnam, dan menulis buku laris berjudul No More War!. Usaha Pauling membuahkan Kesepakatan Larangan Uji Coba Nuklir (Nuclear Test Ban Treaty). Pada 1962, dia mendapatkan Penghargaan Nobel Perdamaian – orang pertama yang memenangkan dua Penghargaan Nobel di bidang yang berbeda.
Selain terpilih di Akademi Sains Nasional, mendapat 2 Penghargaan Nobel, Medali Ilmu Pengetahuan Nasional dan medali jasa dari presiden Amerika Serikat, Pauling menerima gelar kehormatan dari Universitas Cambridge, Universitas London dan Universitas Paris. Pada 1961, dia muncul di halaman depan majalah Time edisi Pria Tahun Ini, dipuji sebagai ilmuwan terhebat yang pernah ada. Lalu seluruh hasil kerja keras, pemikiran dan penelitian yang membuat Linus Pauling sebagai legenda, menghilang. Koleganya berkata, “kejatuhannya semegah tragedy klasik”.
Titik balik itu terjadi pada Maret 1966, ketika Pauling berusia 65 tahun. Dia baru saja menerima Medali Carl Neuberg. “Pada sebuah wawancara di kota New York,” Pauling mengingat, “Aku menyebutkan betapa aku menikmati kegiatan membaca tentang penemuan-penemuan oleh para ilmuwan dalan berbagai investigasi mereka tentang dunia, dan mengatakan bahwa aku berharap aku dapat hidup 25 tahun lagi agar bisa terus menikmati ini. Pada kepulanganku ke California, aku menerima surat dari seorang ahli biokimia, Irwin Stone, yang hadir dalam wawancara tersebut. Ia menulis bahwa jika aku mengikuti rekomendasinya untuk meminum 3.000 miligram vitamin C, aku tidak hanya hidup 25 tahun lebih lama, namun bahkan lebih lama dari itu.” Stone, yang memanggil dirinya sendiri sebagai Dr. Stone, telah menghabiskan dua tahun untuk mempelajari kimia di perguruan tinggi. Tak lama kemudian, dia menerima gelar kehormatan dari Los Angeles College of Chiropractic dan title “PhD” dari Universitas Donsbach; sebuah sekolah korespondensi yang tidak terakreditasi di California Selatan.

Medali Carl Neuberg
Pauling mengikuti nasehat Stone. “Aku mulai merasa lebih hidup dan lebih sehat,” ia berkata. “Khususnya, pilek parah yang biasa kuidap setiap beberapa kali setahun di seluruh hidupku telah hilang. Setelah beberapa tahun, aku meningkatkan dosis vitamin C-ku menjadi sepuluh kali sehari, lalu dua puluh kali, lalu tiga tiga ratus kali dari batas: sekarang 18,000 miligram sehari.”
Sejak hari itu, orang-orang akan mengingat Linus Pauling untuk satu hal: Vitamin C.
Pada 1970, Pauling menerbitkan Vitamin C dan Pilek (Vitamin C and the Common Cold), mendesak publik untuk meminum 3,000 miligram vitamin C setiap hari (sekitar 50 kali lebih tinggi dari yang diperbolehkan per hari). Pauling percaya bahwa pilek akan segera menjadi sejarah. “Akan butuh puluhan tahun untuk memusnahkan pilek untuk selama-lamanya,” ia menulis, “Namun itu bisa terjadi, aku percaya, dikontrol oleh Amerika Serikat dan beberapa negara lain dalam beberapa tahun ke depan. Aku berharap banyak untuk melihat langkah menuju dunia yang lebih baik ini.” Buku Pauling kemudian menjadi laris secara instan. Versi paperback-nya dicetak pada 1971 dan 1973, dan edisi tambahannya Vitamin C, Pilek dan Flu (Vitamin C, the Common Cold, and the Flu), diterbitkan tiga tahun kemudian, menjanjikan untuk menghalau wabah flu babi pandemik yang sudah diprediksi. Penjualan vitamin C meningkat menjadi dua kali lipat, tiga kali lipat, dan empat kali lipat. Apotek tidak dapat memenuhi permintaan. Pada pertengahan 1970-an, 50 juta rakyat Amerika mengikuti nasehat Pauling. Para pembuat vitamin menyebutnya “Efek Linus Pauling”

Para ilmuwan tidak begitu antusias. Pada 14 Desember 1942, sekitar tiga puluh tahun sebelum Pauling menerbitkan buku pertamanya, Donald Cowan, Harold Diehl, dan Abe Baker, dari Universitas Minnesota, menerbitkan sebuah studi di Journal of the American Medical Association berjudul Vitamin untuk Mencegah Pilek (Vitamins for the Prevention of Cold). Penulisnya menyimpulkan, “Di bawah penelitian terkendali ini, 980 penderita pilek telah diberi perlakuan....tidak ada indikasi bahwa vitamin C saja, antihistamin saja, atau vitamin C dan antihistamin memiliki efek penting pada durasi dan tingkat keparahan infeks tenggorokan bagian atas.”
Penelitian lain mengikuti. Setelah pernyataan yang dikeluarkan oleh Pauling, para peneliti dari Universitas Maryland memberikan 3,000 miligram vitamin C setiap hari selama tiga minggu kepada 11 sukarelawan dan pil gula (pengganti / placebo) pada sepuluh lainnya. Kemudian mereka menginfeksi para sukarelawan tersebut dengan virus pilek. Semua mendapat gejala pilek yang sama dalam waktu yang sama. Di Universitas Toronto, para peneliti memberikan vitamin C atau placebo kepada 3.500 sukarelawan. Lagi-lagi, vitamin C tidak mencegah pilek, bahkan pada mereka yang mendapat asupan 2.000 miligram per hari. Pada 2002, para peneliti di Belanda memberikan multivitamin atau placebo kepada 600 orang sukarelawan. Lagi-lagi, tidak ada perbedaan. Paling tidak ada 15 penelitian telah memperlihatkan bahwa vitamin C tidak menyembuhkan pilek. Sebagai konsekuensinya, FDA, Akademi Kesehatan Anak Amerika, Asosiasi Medikal Amerika, Asosiasi Dietik Amerika, Pusat Nutrisi Manusia di Sekolah Kesehatan Umum Johns Hopkins Bloomberg, ataupun Departemen Kesehatan tidak merekomendasikan suplemen vitamin C untuk mencegah atau mengobati pilek.
Lanjutan dibawah gan post #3

Diubah oleh kamoezzzz 26-07-2013 15:05
0
33.4K
Kutip
461
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan