- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
PEMBANGUNAN GARUDA WISNU KENCANA DILANJUTKAN KEMBALI


TS
inuyasha84
PEMBANGUNAN GARUDA WISNU KENCANA DILANJUTKAN KEMBALI
Taukah Anda kalo pembangunan salah satu Landmark Bali ini akan dilanjutkan..


Kenapa sih yang sebelumnya berhenti??
Sejarah berdirinya Garuda Wisnu Kencana (GWK) boleh dikata dilumuri masalah dan kontroversi. Mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan proyek sampai pengelolaannya selalu memancing kontroversi. Yang membuat pilu, gagasan besar di balik rencana pendirian megaproyek GWK terancam kerdil karena proyek ini terkatung-katung sampai belasan tahun. Bahkan, karena terus menuai kontroversi, keagungan yang semula dibayangkan oleh penggagasnya justru berubah kelabu. Seperti tamsil orang Minang, ''indah kabar dari rupa''.
Kondisi ini memang sangat disayangkan. Sebab, ketika pertama kali dicuatkan pada awal tahun 1990-an, proyek GWK ini mendapat sambutan gegap-gempita dari para pejabat. Selain penggagas utamanya pematung kawakan Nyoman Nuarta, sederet nama beken kala itu membentengi GWK. Sebutlah misalnya Menparpostel Joop Ave, Mentamben Ida Bagus Sudjana (alm) dan Gubernur Bali kala itu Ida Bagus Mantra duduk dalam Yayasan Garuda Wisnu Kencana. Bahkan, Presiden Soeharto ikut mendukung. Dana Telkom sebesar Rp 30 miliar juga masuk ke proyek ini tahun 1996.
Kegagalan pertama dan utama dari proyek GWK, kurang mampu meyakinkan seluruh atau sebagian besar masyarakat Bali dalam perspektif spiritual atau niskala. Sejak awal, pendirian patung Dewa Wisnu yang menunggang Garuda yang terletak di selatan, di kaki Bali, telah memantik reaksi publik di Bali. Ada yang menyebutnya pas, namun tak sedikit yang menyatakannya tidak pantas.
Kegagalan kedua, yakni kurang di-back up oleh pendanaan yang cukup, sehingga ketika badai krisis ekonomi menerpa tahun 1997, pelaksanaan proyek ini mulai oleng. Pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mulai bertikai. Sejumlah pengusaha yang semula bergabung mulai tak padu yang berujung pada pecah kongsi. Terakhir, hanya PT Garuda Adhimatra Indonesia (GAIN) yang bertahan dan menjadi pengelola GWK. Perusahaan yang bernaung di bawah Yayasan GWK ini juga tak berdaya karena kantongnya cekak.
Komisaris Utama PT GAIN Nyoman Nuarta mengungkapkan, ia sampai menjual banyak karyanya untuk mengurusi proyek prestisius ini. ''Hanya orang gila seperti saya yang bisa bertahan sampai 20 tahun, karena secara ekonomis belum menguntungkan. Idealismelah yang membuat saya bertahan karena GWK sangat agung dan menjadi ikon pariwisata bukan hanya secara nasional tetapi juga dunia. Bayangkan, baru selesai sekitar 15-20 persen dari keseluruhan proyek saja, sudah belasan kepala negara yang berkunjung ke GWK,'' ujar Nuarta.
Ia mengaku memang sulit dalam pendanaan. Proyek yang nilai awalnya sekitar Rp 400 miliar (tahun 90-an) itu kini membengkak menjadi sekitar Rp 2 triliun yang tak kunjung juga tertutupi. Belakangan, jalur politik coba dimainkan. Tokoh-tokoh besar seperti Joop Ave, Menbudpar Jero Wacik dan Made Mangku Pastika sendiri meyakinkan pemerintah pusat.
Tahun 2007, Presiden Yudhoyono sempat turun tangan mendesak penyelesaian GWK agar diresmikan bersama 100 tahun Kebangkitan Nasional, 10 Mei 2008. Namun, titah sang Presiden ternyata kurang bertuah. GWK tetap mangkrak!
Para investor sepertinya enggan mencemburkan diri ke dalamnya. Hal ini agak aneh, karena kalau menelusuri presentasi dari PT GAIN pengelola GWK, investasi di GWK sangat profitable. ''Proyek ini sangat visiable,'' ujar Nuarta dalam sejumlah kesempatan. Hal ini memang bukan bualan, karena selain sebagai taman budaya, GWK juga menjadi pusat perbelanjaan dan pusat kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition).
Sampai saat ini pembangunan yang sudah selesai baru sekitar 20 persen seperti patung Garuda dan Wisnu yang masing-masing masih terpisah, lapangan pertunjukan, amphiteatre, restoran, ruang pameran, dan deretan toko suvenir. Dana yang dihabiskan sudah lebih dari Rp 300 miliar. Executive Manager PT GAIN IB Gde Budi Hartawan (Gus De) mengungkapkan, sudah sejak tahun 2001 GWK menjadi lokasi penyelenggaraan banyak kegiatan. ''Berbagai opening dan closing ceremony acara MICE digelar di GWK,'' ungkap Gus De.
Gus De menambahkan, bagi pengunjung GWK dipungut biaya tiket masuk Rp 20.000 untuk dewasa dan Rp 15.000 untuk pengunjung anak-anak. Kalau dirata-ratakan, saban hari dikunjungi sekitar 2.000 orang dan pada hari libur membengkak menjadi 8.000 orang. Nuarta mengaku berbagai aktivitas dan tiket masuk itu belum cukup menutupi biaya operasional termasuk menggaji lebih dari 400 orang karyawan PT GAIN. Belum lagi untuk membayar pajak dan lainnya. Dengan berbagai cara dia bertekad untuk merampungkan GWK.
Menurut Nuarta, yang perlu segera dirampungkan adalah patung Dewa Wisnu yang menunggang Garuda dan pedestalnya sebagai penyangga. Nuarta memperkirakan untuk merampungkan patung dan pedestal dibutuhkan dana sekitar Rp 750 miliar. Untuk merampungkan seluruh proyek GWK dibutuhkan dana lebih dari Rp 1 triliun. Kalau patungnya sudah jadi, Nuarta optimis, banyak investor yang akan masuk karena taksu dari GWK terletak pada patungnya itu.
Sekarang akan dilanjutkan kembali dengan investor baru..
Kelanjutan pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di kawasan Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, merangkul investor lokal yakni Alam Sutra dengan kepemilikan saham 97 persen, yang akan dimulai pada Agustus 2013.
"Batu fondasi sebagai tanda pembangunan kembali patung akan ditata sekitar 300 meter di selatan lokasi patung yang ada sekarang," kata pematung Nyoman Nuarta sebagai inisiator pembangunan GWK di bengkel kerjanya di Bandung, Selasa (23/7/2013) malam.
Nuarta bertekad merampungkan pembangunan megaproyek yang sempat mangkrak itu dalam waktu tiga tahun mendatang untuk menjadi "landmark" pariwisata Indonesia di abad modern.
"Dengan dilanjutkannya kembali pembangunan megaproyek tersebut, GWK seolah dilahirkan kembali. Peletakan batu pertama fondasi patung dilakukan pada 23 Agustus 2013," ujar Nuarta.
Upaya itu menyangkut beberapa komitmen penting, antara lain sejak peletakan batu pertama pembangunan GWK pada Minggu, 8 Juni 1997, 16 tahun silam, pembangunan patung monumental ini terhenti beberapa tahun akibat berbagai hambatan.
Pihaknya, menurut Nuarta, hanya mampu membangun bagian dada, dan kepala tanpa tangan Wisnu. Meskipun, kawasan GWK sebagai "cultural park" sudah sebagian besar berhasil diselesaikan. Kawasan GWK saat ini menjadi destinasi wisata baru yang mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 2.000 hingga 3.000 orang setiap hari.
Nyoman Nuarta menambahkan, patung Wisnu yang belum selesai sebagaimana yang terdapat sekarang tetap akan dibiarkan seperti sedia kala. Tubuh dan kepala Wisnu di kawasan GWK kini sudah menjadi bagian dari sejarah perjalanan kebudayaan Indonesia dan Bali pada khususnya.
"Kita tidak bisa melawan kehendak sejarah. Jadi, biarkan saja Dewa Wisnu yang sekarang sebagai penanda pasang surutnya keinginan saya untuk mewujudkan dan memberikan sumbangan pemikiran terbaik bagi bangsa ini. Bahwa kita bangsa dan generasi besar, tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain di dunia," kata seniman kelahiran Penebel, Tabanan, itu.
Demikian juga pembangunan patung GWK akan dilakukan dari awal, yakni peletakan fondasi atau pedestal serta tubuh patung. Lokasi pembangunan GWK yang baru terletak 300 meter di selatan lokasi patung GWK terdahulu.
"Jadi, kita harapkan dalam tiga tahun nanti pembangunan GWK akan selesai. Untuk itu, nantinya akan ada dua patung, yakni patung Wisnu setengah jadi, dan GWK yang berdiri secara utuh sesuai dengan cita-cita kita semula," tutur Nyoman Nuarta.
Patung GWK yang baru akan memiliki tinggi 75 meter dengan rentang sayap garuda sepanjang 64 meter, sedangkan tinggi pedestal 60 meter. Oleh karena itu, tinggi patung dan pedestal secara keseluruhan akan menjulang setinggi 126 meter.
Ketinggian patung ini akan melebihi patung Liberty di New York, Amerika Serikat, yang memiliki ketinggian 93 meter. Patung akan dibuat dari bahan tembaga dan kuningan yang akan memiliki berat 3.000 ton.
Sementara itu, struktur patung dibangun dari stainless steel sehingga patung ini akan memiliki daya tahan terhadap kekuatan gempa 7,5 SR.
Secara keseluruhan, jika dihitung termasuk ketinggian lokasi patung di Bukit Balangan, Jimbaran, Kabupaten Badung, kira-kira sepuluh kilometer di selatan Bandara Ngurah Rai, patung GWK akan menjulang setinggi 276 m di atas permukaan laut. Ketinggian ini, menurut Nyoman Nuarta, telah memenuhi ketentuan ketinggian bangunan yang berada di dekat bandara internasional.
Pembuatan patung GWK sepenuhnya dilakukan di NuArt Studio di kawasan Setra Duta, Sarijadi, Bandung, Jawa Barat. Di studio tersebut Nuarta mempekerjakan sekitar 200 pekerja untuk melakukan konstruksi patung yang dibuat dalam irisan-irisan melintang. "Nanti, begitu bagian-bagian selesai, kami akan langsung kirim ke Bali, untuk kemudian dirakit menjadi patung GWK," kata Nuarta.
Seluruh pengerjaan irisan demi irisan patung yang mahabesar tersebut sudah diprogram dalam komputer. "Jadi, seandainya saya berhalangan pun pengerjaan patung ini akan tetap bisa diteruskan," katanya.
Saat ini para pekerja sedang sibuk mengerjakan bagian demi bagian patung agar tiga tahun lagi seluruh konstruksi patung dari pedestal dan tubuh patung selesai dibangun.
Di dalam tubuh patung GWK sampai setinggi dada, para pengunjung bisa naik dengan menggunakan tangga berjalan. Dari ketinggian di dalam rongga GWK para wisatawan bisa menikmati keindahan Pulau Dewata. Dari ketinggian itu juga bisa disaksikan keelokan Gunung Agung di kejauhan timur laut.

Diperkirakan selesai 2016
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) memang bukan main dan bukan main-main. Patung ini akan menjulang setinggi 126 meter di kawasan Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali. Untuk pemasangannya saja dibutuhkan biasa Rp 157 miliar dan diperkirakan baru akan selesai tiga tahun lagi atau sekitar 2016.
"Biaya pemasangan itu jauh lebih besar dari pembuatan patung GWK dengan total berat 3.000 ton senilai Rp 150 miliar," kata Nyoman Nuarta, sebagai inisiator dan seniman GWK, di Bengkel kerjanya di Bandung, Kamis.
Patung Garuda Wisnu Kencana diangkat dari epos Ramayana, saat Batara Wisnu menumpang di leher Garuda. Patung gigantisnya mulai dirintis pembuatannya oleh Nuarta sejak 1997 dalam model skala.
Patung baja tahan karat lembaran dalam kerangka baja setinggi 126 meter sejak landasannya itu dirancang dan dibuat secara moduler, bagian perbagian, yang pengepakan, pengiriman, dan pemasangan kembali berdasarkan kode-kode bagian.
Serangkaian pelepasan pemberangkatan 13 modul ornamen GWK ke Bali, ia mengatakan, dana yang diperlukan cukup besar untuk biaya pemasangan itu akibat pengerjaannya yang sangat rumit dan penuh resiko.
"Kita di Indonesia sangat minim pengalaman mengerjakan proyek ke atas. Potongan ornamen GWK ini baru setinggi enam meter. Untuk mencapai 126 meter, 21 ornamen sejenis ini disusun berjejer ke atas," tutur pria kelahiran Tabanan 62 tahun yang silam.
Serpihan ornamen GWK setinggi enam meter itu masih harus dipotong lagi menjadi dua bagian untuk memudahkan pengangkutannya ke Bali. Dari 13 modul yang sudah siap dikirim ke Bali dilakukan secara bertahap sebelum pembangunan lanjutan GWK digarap mulai 23 Agustus 2013.
Nuarta menambahkan, untuk mengangkut serpihan GWK seberat 3.000 ton itu ke Bali diperlukan sekitar 400 truk besar yang dilakukan secara bertahap selama tiga tahun mendatang.
Patung GWK yang baru itu akan memiliki tinggi 75 meter dengan rentang sayap garuda sepanjang 64 meter, sedangkan tinggi pedestal alias landasannya 60 meter.
"Pembangunan megaproyek itu hasil kerja sama melibatkan berbagai latar belakang profesi dan disiplin ilmu yang sebelumnya melakukan penelitian dan pengkajian menyangkut berbagai aspek," ujar Nuarta.
Pembangunan kembali GWK yang diharapkan rampung dalam waktu tiga tahun mendatang diharapkan menjadi sebagai penanda kawasan wisata taman kebudayaan.
Bukan cuma patung raksasa Garuda Wisnu Kencana yang akan ada di sana, melainkan kompleks budaya-kesenian, ruang publik, ruang diskursus, dan wisata secara lengkap pada lahan seluas 80 Hektare di lokasi 20 kilometer di selatan Kota Denpasar itu.
Bahkan dilakukan Tes Ketahanan terhadap Terpaan Angin di 2 Negara
Patung tembaga raksasa Garuda Wisnu Kencana (GWK), yang sedikit demi sedikit menunjukkan progres positif, telah menjalani tes ketahanan terhadap terpaan angin di dua negara, yaitu Australia (Melbourne) dan Kanada (Toronto).
Menurut seniman dan desainer GWK, I Nyoman Nuarta, dengan tinggi keseluruhan mencapai 226 meter di atas permukaan laut dan lebar 22.000 meter persegi, angin dipastikan menghantam dengan kuat dari berbagai arah.
"Kami sudah kaji di Melbourne untuk sistem terowongan anginnya. Kita perlu lakukan karena ini adalah bangunan statik. Untuk meyakinkan lagi, kita lakukan tes wind tunnel lagi di Toronto," kata Nuarta saat ditemui di Workshop Studio Nyoman Nuarta Jalan Setra Duta, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Selasa (23/7/2013).
Hasilnya, kata Nuarta, GWK mengalami beberapa modifikasi dari rancangan pertama. Salah satunya adalah penambahan ketebalan lembar-lembar tembaga di beberapa sisi, seperti pada ekor dan sayap garuda yang rentan terhadap tiupan angin.
Tak tanggung-tanggung, Nuarta menambah ketebalan lembaran tembaganya hingga 1 meter. "Untuk itu dicari solusi bagaimana bisa tahan angin. Bentuk yang terlalu tipis harus dipertebal," ucapnya.
Selain itu, untuk menambah kekuatan GWK terhadap terpaan angin, Nuarta juga mengganti fondasi rangka tengah beton penampang GWK menggunakan batangan baja jenis habim. Hal tersebut diakuinya juga untuk mengurangi beban yang akan menumpuk di atas GWK jika tetap memakai beton.
"Kalau berat ke atas kita takut ada lekukan. Karena patung ini tinggi, kita juga menghindari krack oleh angin," paparnya.
Penggunaan baja habim di tengah rangka GWK, lanjutnya, juga menambah sisi dinamis pada saat tertiup angin keras. Pasalnya, meski baja memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi, tetapi kekuatannya dijamin kuat untuk jangka waktu seumur hidup. "Menara Eiffel saja satu meter bergeraknya saat tertiup angin," tegasnya.
2017, Indonesia Punya Patung Terbesar di Dunia
Jika tak ada hambatan berarti, diperkirakan tahun depan pada 2017, Indonesia akan memiliki patung terbesar dan tertinggi di dunia. Wow! Ini mungkin akan membuat Indonesia kembali memiliki masuk dalam daftar “7 Keajaiban Dunia”, setelah Candi Borobudur tak lagi masuk di dalam daftar itu. Namanya: Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK).
Patung fantastis itu tepatnya akan ada di Bali: di Jalan Raya Uluwatu, Kawasan Ungasan, Bali Selatan. Namun, saat sudah selesai nanti, patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km, sehingga jika Anda berada di Kuta Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot ‘pun, Anda bisa melihat patung itu dari sana. Bayangkan! Keberadaannya seolah menjadi penjaga bagi bumi sekitarnya. Karena itu, Patung GWK ini disombolkan sebagai misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Karena itu, patung ini berwujud Dewa Wisnu, yang dalam agama Hindu dalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda.
Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya, yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Sampai akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Adapun dari kedekatan, kita bisa melihat patung itu di Garuda Wisnu Kencana (GWK). GWK adalah taman budaya terbesar di Bali yang menjadi salah satu ikon wisata Bali. Taman budaya ini memiliki luas mencapai 60 hektar. Taman ini juga kerap menjadi tempat penyelenggaraan atraksi budaya.
Di GWK terdapat banyak venue pertunjukan yang menampilkan keindahan alam tebing kapur, sebutlah Lotus Pond, Wisnu Plaza, Street Theater, Amphitheater, Plaza Kura-Kura, dan Indraloka. Taman budaya ini juga menyediakan fasilitas restoran dan toko sovenir sendiri.
Saat ini, Patung GWK tersebut baru selesai dalam rupa torso (bentuk kepala hingga pinggang). Kita dapat menemukannya berdiri di Wisnu Plaza yang merupakan dataran tertinggi di GWK (lebih dari 260 meter di atas permukaan laut). Kemegahannya nampak sempurna dengan pemandangan alam Bali Selatan yang luar biasa memesona dari ketinggian.
Patung Dewa Wisnu setinggi 20 meter itu merupakan maha karya pematung besar Tanah Air asal Bali: I Nyoman Nuarta. Patung Dewa Wisnu sebenarnya merupakan bagian dari versi utuh Patung GWK berupa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi burung Garuda.
Dengan tinggi yang akan mencapai 150 meter dan lebar hingga 64 meter dalam posisi sayap Garuda terbentang, Patung GWK ini memang didesain untuk menjadi patung monumental terbesar dan tertinggi di dunia.
Konon, pembuatan patung ini membutuhkan 4.000 ton tembaga, kuningan dan baja dengan lapisan asam patina untuk bagian utama, serta lapisan mozaik emas untuk bagian kecil seperti mahkota dan aksesoris Garuda.
Patung Dewa Wisnu ini dikelilingi oleh air mancur dan mata air suci (Parahyangan Somaka Giri). Menurut kepercayaan setempat, mata air tersebut merupakan mata air abadi yang tak kan kering meski kemarau tiba. Air ini juga dipercaya memiliki keajaiban sebagai penyembuh penyakit dan tempat meminta hujan kala musim kemarau tiba. Fenomena mata air di tanah tinggi memanglah sangat ajaib sehingga masyarakat sangat memandangnya sakral.
Sementara itu, bagian lain dari patung GWK yang sudah selesai adalah tangan Dewa Wisnu dan kepala Garuda. Tangan Dewa Wisnu sementara ini diletakan di area bernama Tirta Agung. Di sisi lain, patung kepala Garuda menjadi pemandangan utama Lotus Pond yang terletak tepat di belakang Wisnu Plaza.
Lotus Pond sendiri merupakan arena terbuka yang sarat keajaiban alam. Tebing batu kapur yang dipotong dengan alat besar nampak menjadi pilar alami dengan lahan hijau di tengah dan patung kepala Garuda sebagai daya tarik utamanya. Lotus Pond biasanya digunakan sebagaivenue beragam acara dengan kapasitas hingga 7.000 orang. Musisi legendaris sekelas Iwan Fals, Deep Purple, hingga Scorpion sudah pernah menyempurnakan konser musiknya di tengah bukit kapur Uluwatu ini.
Nantinya, patung GWK akan terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama adalah patung Dewa Wisnu menunggang Garuda dan bagian kedua merupakan monumen alas. Monumen alas akan didesain dalam bentuk bangunan berukuran 30.000 meter persegi. Ballroom multifungsi akan dihadirkan dalam monumen alas tersebut sebagai balai konferensi seni dan budaya kelas dunia.
Jika Patung Liberty dan Yesus ramping, maka GWK terkonsep besar dan megah dengan ukiran menakjubkan. Karena itu, sebagaimana diungkapkan I Nyoman Nuarta pada Net TV bahwa Patung Liberty bahkan bukan bandingannya dengan Patung GWK.
Semoga terlaksana ya..
Kalo berkenan mohon


Atau diberikan rate yang sesuai..


*dikutip seperlunya dari berbagai sumber..


Kenapa sih yang sebelumnya berhenti??
Spoiler for Knapa Berhenti??:
Sejarah berdirinya Garuda Wisnu Kencana (GWK) boleh dikata dilumuri masalah dan kontroversi. Mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan proyek sampai pengelolaannya selalu memancing kontroversi. Yang membuat pilu, gagasan besar di balik rencana pendirian megaproyek GWK terancam kerdil karena proyek ini terkatung-katung sampai belasan tahun. Bahkan, karena terus menuai kontroversi, keagungan yang semula dibayangkan oleh penggagasnya justru berubah kelabu. Seperti tamsil orang Minang, ''indah kabar dari rupa''.
Kondisi ini memang sangat disayangkan. Sebab, ketika pertama kali dicuatkan pada awal tahun 1990-an, proyek GWK ini mendapat sambutan gegap-gempita dari para pejabat. Selain penggagas utamanya pematung kawakan Nyoman Nuarta, sederet nama beken kala itu membentengi GWK. Sebutlah misalnya Menparpostel Joop Ave, Mentamben Ida Bagus Sudjana (alm) dan Gubernur Bali kala itu Ida Bagus Mantra duduk dalam Yayasan Garuda Wisnu Kencana. Bahkan, Presiden Soeharto ikut mendukung. Dana Telkom sebesar Rp 30 miliar juga masuk ke proyek ini tahun 1996.
Kegagalan pertama dan utama dari proyek GWK, kurang mampu meyakinkan seluruh atau sebagian besar masyarakat Bali dalam perspektif spiritual atau niskala. Sejak awal, pendirian patung Dewa Wisnu yang menunggang Garuda yang terletak di selatan, di kaki Bali, telah memantik reaksi publik di Bali. Ada yang menyebutnya pas, namun tak sedikit yang menyatakannya tidak pantas.
Kegagalan kedua, yakni kurang di-back up oleh pendanaan yang cukup, sehingga ketika badai krisis ekonomi menerpa tahun 1997, pelaksanaan proyek ini mulai oleng. Pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mulai bertikai. Sejumlah pengusaha yang semula bergabung mulai tak padu yang berujung pada pecah kongsi. Terakhir, hanya PT Garuda Adhimatra Indonesia (GAIN) yang bertahan dan menjadi pengelola GWK. Perusahaan yang bernaung di bawah Yayasan GWK ini juga tak berdaya karena kantongnya cekak.
Komisaris Utama PT GAIN Nyoman Nuarta mengungkapkan, ia sampai menjual banyak karyanya untuk mengurusi proyek prestisius ini. ''Hanya orang gila seperti saya yang bisa bertahan sampai 20 tahun, karena secara ekonomis belum menguntungkan. Idealismelah yang membuat saya bertahan karena GWK sangat agung dan menjadi ikon pariwisata bukan hanya secara nasional tetapi juga dunia. Bayangkan, baru selesai sekitar 15-20 persen dari keseluruhan proyek saja, sudah belasan kepala negara yang berkunjung ke GWK,'' ujar Nuarta.
Ia mengaku memang sulit dalam pendanaan. Proyek yang nilai awalnya sekitar Rp 400 miliar (tahun 90-an) itu kini membengkak menjadi sekitar Rp 2 triliun yang tak kunjung juga tertutupi. Belakangan, jalur politik coba dimainkan. Tokoh-tokoh besar seperti Joop Ave, Menbudpar Jero Wacik dan Made Mangku Pastika sendiri meyakinkan pemerintah pusat.
Tahun 2007, Presiden Yudhoyono sempat turun tangan mendesak penyelesaian GWK agar diresmikan bersama 100 tahun Kebangkitan Nasional, 10 Mei 2008. Namun, titah sang Presiden ternyata kurang bertuah. GWK tetap mangkrak!
Para investor sepertinya enggan mencemburkan diri ke dalamnya. Hal ini agak aneh, karena kalau menelusuri presentasi dari PT GAIN pengelola GWK, investasi di GWK sangat profitable. ''Proyek ini sangat visiable,'' ujar Nuarta dalam sejumlah kesempatan. Hal ini memang bukan bualan, karena selain sebagai taman budaya, GWK juga menjadi pusat perbelanjaan dan pusat kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition).
Sampai saat ini pembangunan yang sudah selesai baru sekitar 20 persen seperti patung Garuda dan Wisnu yang masing-masing masih terpisah, lapangan pertunjukan, amphiteatre, restoran, ruang pameran, dan deretan toko suvenir. Dana yang dihabiskan sudah lebih dari Rp 300 miliar. Executive Manager PT GAIN IB Gde Budi Hartawan (Gus De) mengungkapkan, sudah sejak tahun 2001 GWK menjadi lokasi penyelenggaraan banyak kegiatan. ''Berbagai opening dan closing ceremony acara MICE digelar di GWK,'' ungkap Gus De.
Gus De menambahkan, bagi pengunjung GWK dipungut biaya tiket masuk Rp 20.000 untuk dewasa dan Rp 15.000 untuk pengunjung anak-anak. Kalau dirata-ratakan, saban hari dikunjungi sekitar 2.000 orang dan pada hari libur membengkak menjadi 8.000 orang. Nuarta mengaku berbagai aktivitas dan tiket masuk itu belum cukup menutupi biaya operasional termasuk menggaji lebih dari 400 orang karyawan PT GAIN. Belum lagi untuk membayar pajak dan lainnya. Dengan berbagai cara dia bertekad untuk merampungkan GWK.
Menurut Nuarta, yang perlu segera dirampungkan adalah patung Dewa Wisnu yang menunggang Garuda dan pedestalnya sebagai penyangga. Nuarta memperkirakan untuk merampungkan patung dan pedestal dibutuhkan dana sekitar Rp 750 miliar. Untuk merampungkan seluruh proyek GWK dibutuhkan dana lebih dari Rp 1 triliun. Kalau patungnya sudah jadi, Nuarta optimis, banyak investor yang akan masuk karena taksu dari GWK terletak pada patungnya itu.
Sekarang akan dilanjutkan kembali dengan investor baru..
Spoiler for Lanjutkan:
Kelanjutan pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di kawasan Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, merangkul investor lokal yakni Alam Sutra dengan kepemilikan saham 97 persen, yang akan dimulai pada Agustus 2013.
"Batu fondasi sebagai tanda pembangunan kembali patung akan ditata sekitar 300 meter di selatan lokasi patung yang ada sekarang," kata pematung Nyoman Nuarta sebagai inisiator pembangunan GWK di bengkel kerjanya di Bandung, Selasa (23/7/2013) malam.
Nuarta bertekad merampungkan pembangunan megaproyek yang sempat mangkrak itu dalam waktu tiga tahun mendatang untuk menjadi "landmark" pariwisata Indonesia di abad modern.
"Dengan dilanjutkannya kembali pembangunan megaproyek tersebut, GWK seolah dilahirkan kembali. Peletakan batu pertama fondasi patung dilakukan pada 23 Agustus 2013," ujar Nuarta.
Upaya itu menyangkut beberapa komitmen penting, antara lain sejak peletakan batu pertama pembangunan GWK pada Minggu, 8 Juni 1997, 16 tahun silam, pembangunan patung monumental ini terhenti beberapa tahun akibat berbagai hambatan.
Pihaknya, menurut Nuarta, hanya mampu membangun bagian dada, dan kepala tanpa tangan Wisnu. Meskipun, kawasan GWK sebagai "cultural park" sudah sebagian besar berhasil diselesaikan. Kawasan GWK saat ini menjadi destinasi wisata baru yang mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 2.000 hingga 3.000 orang setiap hari.
Nyoman Nuarta menambahkan, patung Wisnu yang belum selesai sebagaimana yang terdapat sekarang tetap akan dibiarkan seperti sedia kala. Tubuh dan kepala Wisnu di kawasan GWK kini sudah menjadi bagian dari sejarah perjalanan kebudayaan Indonesia dan Bali pada khususnya.
"Kita tidak bisa melawan kehendak sejarah. Jadi, biarkan saja Dewa Wisnu yang sekarang sebagai penanda pasang surutnya keinginan saya untuk mewujudkan dan memberikan sumbangan pemikiran terbaik bagi bangsa ini. Bahwa kita bangsa dan generasi besar, tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain di dunia," kata seniman kelahiran Penebel, Tabanan, itu.
Demikian juga pembangunan patung GWK akan dilakukan dari awal, yakni peletakan fondasi atau pedestal serta tubuh patung. Lokasi pembangunan GWK yang baru terletak 300 meter di selatan lokasi patung GWK terdahulu.
"Jadi, kita harapkan dalam tiga tahun nanti pembangunan GWK akan selesai. Untuk itu, nantinya akan ada dua patung, yakni patung Wisnu setengah jadi, dan GWK yang berdiri secara utuh sesuai dengan cita-cita kita semula," tutur Nyoman Nuarta.
Patung GWK yang baru akan memiliki tinggi 75 meter dengan rentang sayap garuda sepanjang 64 meter, sedangkan tinggi pedestal 60 meter. Oleh karena itu, tinggi patung dan pedestal secara keseluruhan akan menjulang setinggi 126 meter.
Ketinggian patung ini akan melebihi patung Liberty di New York, Amerika Serikat, yang memiliki ketinggian 93 meter. Patung akan dibuat dari bahan tembaga dan kuningan yang akan memiliki berat 3.000 ton.
Sementara itu, struktur patung dibangun dari stainless steel sehingga patung ini akan memiliki daya tahan terhadap kekuatan gempa 7,5 SR.
Secara keseluruhan, jika dihitung termasuk ketinggian lokasi patung di Bukit Balangan, Jimbaran, Kabupaten Badung, kira-kira sepuluh kilometer di selatan Bandara Ngurah Rai, patung GWK akan menjulang setinggi 276 m di atas permukaan laut. Ketinggian ini, menurut Nyoman Nuarta, telah memenuhi ketentuan ketinggian bangunan yang berada di dekat bandara internasional.
Pembuatan patung GWK sepenuhnya dilakukan di NuArt Studio di kawasan Setra Duta, Sarijadi, Bandung, Jawa Barat. Di studio tersebut Nuarta mempekerjakan sekitar 200 pekerja untuk melakukan konstruksi patung yang dibuat dalam irisan-irisan melintang. "Nanti, begitu bagian-bagian selesai, kami akan langsung kirim ke Bali, untuk kemudian dirakit menjadi patung GWK," kata Nuarta.
Seluruh pengerjaan irisan demi irisan patung yang mahabesar tersebut sudah diprogram dalam komputer. "Jadi, seandainya saya berhalangan pun pengerjaan patung ini akan tetap bisa diteruskan," katanya.
Saat ini para pekerja sedang sibuk mengerjakan bagian demi bagian patung agar tiga tahun lagi seluruh konstruksi patung dari pedestal dan tubuh patung selesai dibangun.
Di dalam tubuh patung GWK sampai setinggi dada, para pengunjung bisa naik dengan menggunakan tangga berjalan. Dari ketinggian di dalam rongga GWK para wisatawan bisa menikmati keindahan Pulau Dewata. Dari ketinggian itu juga bisa disaksikan keelokan Gunung Agung di kejauhan timur laut.

Diperkirakan selesai 2016
Spoiler for selesai 2016:
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) memang bukan main dan bukan main-main. Patung ini akan menjulang setinggi 126 meter di kawasan Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali. Untuk pemasangannya saja dibutuhkan biasa Rp 157 miliar dan diperkirakan baru akan selesai tiga tahun lagi atau sekitar 2016.
"Biaya pemasangan itu jauh lebih besar dari pembuatan patung GWK dengan total berat 3.000 ton senilai Rp 150 miliar," kata Nyoman Nuarta, sebagai inisiator dan seniman GWK, di Bengkel kerjanya di Bandung, Kamis.
Patung Garuda Wisnu Kencana diangkat dari epos Ramayana, saat Batara Wisnu menumpang di leher Garuda. Patung gigantisnya mulai dirintis pembuatannya oleh Nuarta sejak 1997 dalam model skala.
Patung baja tahan karat lembaran dalam kerangka baja setinggi 126 meter sejak landasannya itu dirancang dan dibuat secara moduler, bagian perbagian, yang pengepakan, pengiriman, dan pemasangan kembali berdasarkan kode-kode bagian.
Serangkaian pelepasan pemberangkatan 13 modul ornamen GWK ke Bali, ia mengatakan, dana yang diperlukan cukup besar untuk biaya pemasangan itu akibat pengerjaannya yang sangat rumit dan penuh resiko.
"Kita di Indonesia sangat minim pengalaman mengerjakan proyek ke atas. Potongan ornamen GWK ini baru setinggi enam meter. Untuk mencapai 126 meter, 21 ornamen sejenis ini disusun berjejer ke atas," tutur pria kelahiran Tabanan 62 tahun yang silam.
Serpihan ornamen GWK setinggi enam meter itu masih harus dipotong lagi menjadi dua bagian untuk memudahkan pengangkutannya ke Bali. Dari 13 modul yang sudah siap dikirim ke Bali dilakukan secara bertahap sebelum pembangunan lanjutan GWK digarap mulai 23 Agustus 2013.
Nuarta menambahkan, untuk mengangkut serpihan GWK seberat 3.000 ton itu ke Bali diperlukan sekitar 400 truk besar yang dilakukan secara bertahap selama tiga tahun mendatang.
Patung GWK yang baru itu akan memiliki tinggi 75 meter dengan rentang sayap garuda sepanjang 64 meter, sedangkan tinggi pedestal alias landasannya 60 meter.
"Pembangunan megaproyek itu hasil kerja sama melibatkan berbagai latar belakang profesi dan disiplin ilmu yang sebelumnya melakukan penelitian dan pengkajian menyangkut berbagai aspek," ujar Nuarta.
Pembangunan kembali GWK yang diharapkan rampung dalam waktu tiga tahun mendatang diharapkan menjadi sebagai penanda kawasan wisata taman kebudayaan.
Bukan cuma patung raksasa Garuda Wisnu Kencana yang akan ada di sana, melainkan kompleks budaya-kesenian, ruang publik, ruang diskursus, dan wisata secara lengkap pada lahan seluas 80 Hektare di lokasi 20 kilometer di selatan Kota Denpasar itu.
Bahkan dilakukan Tes Ketahanan terhadap Terpaan Angin di 2 Negara
Spoiler for Tes Angin??:
Patung tembaga raksasa Garuda Wisnu Kencana (GWK), yang sedikit demi sedikit menunjukkan progres positif, telah menjalani tes ketahanan terhadap terpaan angin di dua negara, yaitu Australia (Melbourne) dan Kanada (Toronto).
Menurut seniman dan desainer GWK, I Nyoman Nuarta, dengan tinggi keseluruhan mencapai 226 meter di atas permukaan laut dan lebar 22.000 meter persegi, angin dipastikan menghantam dengan kuat dari berbagai arah.
"Kami sudah kaji di Melbourne untuk sistem terowongan anginnya. Kita perlu lakukan karena ini adalah bangunan statik. Untuk meyakinkan lagi, kita lakukan tes wind tunnel lagi di Toronto," kata Nuarta saat ditemui di Workshop Studio Nyoman Nuarta Jalan Setra Duta, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Selasa (23/7/2013).
Hasilnya, kata Nuarta, GWK mengalami beberapa modifikasi dari rancangan pertama. Salah satunya adalah penambahan ketebalan lembar-lembar tembaga di beberapa sisi, seperti pada ekor dan sayap garuda yang rentan terhadap tiupan angin.
Tak tanggung-tanggung, Nuarta menambah ketebalan lembaran tembaganya hingga 1 meter. "Untuk itu dicari solusi bagaimana bisa tahan angin. Bentuk yang terlalu tipis harus dipertebal," ucapnya.
Selain itu, untuk menambah kekuatan GWK terhadap terpaan angin, Nuarta juga mengganti fondasi rangka tengah beton penampang GWK menggunakan batangan baja jenis habim. Hal tersebut diakuinya juga untuk mengurangi beban yang akan menumpuk di atas GWK jika tetap memakai beton.
"Kalau berat ke atas kita takut ada lekukan. Karena patung ini tinggi, kita juga menghindari krack oleh angin," paparnya.
Penggunaan baja habim di tengah rangka GWK, lanjutnya, juga menambah sisi dinamis pada saat tertiup angin keras. Pasalnya, meski baja memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi, tetapi kekuatannya dijamin kuat untuk jangka waktu seumur hidup. "Menara Eiffel saja satu meter bergeraknya saat tertiup angin," tegasnya.
Spoiler for Update:
2017, Indonesia Punya Patung Terbesar di Dunia
Jika tak ada hambatan berarti, diperkirakan tahun depan pada 2017, Indonesia akan memiliki patung terbesar dan tertinggi di dunia. Wow! Ini mungkin akan membuat Indonesia kembali memiliki masuk dalam daftar “7 Keajaiban Dunia”, setelah Candi Borobudur tak lagi masuk di dalam daftar itu. Namanya: Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK).
Patung fantastis itu tepatnya akan ada di Bali: di Jalan Raya Uluwatu, Kawasan Ungasan, Bali Selatan. Namun, saat sudah selesai nanti, patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km, sehingga jika Anda berada di Kuta Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot ‘pun, Anda bisa melihat patung itu dari sana. Bayangkan! Keberadaannya seolah menjadi penjaga bagi bumi sekitarnya. Karena itu, Patung GWK ini disombolkan sebagai misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Karena itu, patung ini berwujud Dewa Wisnu, yang dalam agama Hindu dalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda.
Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya, yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Sampai akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Adapun dari kedekatan, kita bisa melihat patung itu di Garuda Wisnu Kencana (GWK). GWK adalah taman budaya terbesar di Bali yang menjadi salah satu ikon wisata Bali. Taman budaya ini memiliki luas mencapai 60 hektar. Taman ini juga kerap menjadi tempat penyelenggaraan atraksi budaya.
Di GWK terdapat banyak venue pertunjukan yang menampilkan keindahan alam tebing kapur, sebutlah Lotus Pond, Wisnu Plaza, Street Theater, Amphitheater, Plaza Kura-Kura, dan Indraloka. Taman budaya ini juga menyediakan fasilitas restoran dan toko sovenir sendiri.
Saat ini, Patung GWK tersebut baru selesai dalam rupa torso (bentuk kepala hingga pinggang). Kita dapat menemukannya berdiri di Wisnu Plaza yang merupakan dataran tertinggi di GWK (lebih dari 260 meter di atas permukaan laut). Kemegahannya nampak sempurna dengan pemandangan alam Bali Selatan yang luar biasa memesona dari ketinggian.
Patung Dewa Wisnu setinggi 20 meter itu merupakan maha karya pematung besar Tanah Air asal Bali: I Nyoman Nuarta. Patung Dewa Wisnu sebenarnya merupakan bagian dari versi utuh Patung GWK berupa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi burung Garuda.
Dengan tinggi yang akan mencapai 150 meter dan lebar hingga 64 meter dalam posisi sayap Garuda terbentang, Patung GWK ini memang didesain untuk menjadi patung monumental terbesar dan tertinggi di dunia.
Konon, pembuatan patung ini membutuhkan 4.000 ton tembaga, kuningan dan baja dengan lapisan asam patina untuk bagian utama, serta lapisan mozaik emas untuk bagian kecil seperti mahkota dan aksesoris Garuda.
Patung Dewa Wisnu ini dikelilingi oleh air mancur dan mata air suci (Parahyangan Somaka Giri). Menurut kepercayaan setempat, mata air tersebut merupakan mata air abadi yang tak kan kering meski kemarau tiba. Air ini juga dipercaya memiliki keajaiban sebagai penyembuh penyakit dan tempat meminta hujan kala musim kemarau tiba. Fenomena mata air di tanah tinggi memanglah sangat ajaib sehingga masyarakat sangat memandangnya sakral.
Sementara itu, bagian lain dari patung GWK yang sudah selesai adalah tangan Dewa Wisnu dan kepala Garuda. Tangan Dewa Wisnu sementara ini diletakan di area bernama Tirta Agung. Di sisi lain, patung kepala Garuda menjadi pemandangan utama Lotus Pond yang terletak tepat di belakang Wisnu Plaza.
Lotus Pond sendiri merupakan arena terbuka yang sarat keajaiban alam. Tebing batu kapur yang dipotong dengan alat besar nampak menjadi pilar alami dengan lahan hijau di tengah dan patung kepala Garuda sebagai daya tarik utamanya. Lotus Pond biasanya digunakan sebagaivenue beragam acara dengan kapasitas hingga 7.000 orang. Musisi legendaris sekelas Iwan Fals, Deep Purple, hingga Scorpion sudah pernah menyempurnakan konser musiknya di tengah bukit kapur Uluwatu ini.
Nantinya, patung GWK akan terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama adalah patung Dewa Wisnu menunggang Garuda dan bagian kedua merupakan monumen alas. Monumen alas akan didesain dalam bentuk bangunan berukuran 30.000 meter persegi. Ballroom multifungsi akan dihadirkan dalam monumen alas tersebut sebagai balai konferensi seni dan budaya kelas dunia.
Jika Patung Liberty dan Yesus ramping, maka GWK terkonsep besar dan megah dengan ukiran menakjubkan. Karena itu, sebagaimana diungkapkan I Nyoman Nuarta pada Net TV bahwa Patung Liberty bahkan bukan bandingannya dengan Patung GWK.
Semoga terlaksana ya..
Kalo berkenan mohon



Atau diberikan rate yang sesuai..


*dikutip seperlunya dari berbagai sumber..
Diubah oleh inuyasha84 22-02-2016 11:17
0
11.4K
Kutip
72
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan