Solo— Penghapusan Mata Pelajaran (Mapel) Bahasa Jawa di setiap jenjang sekolah, SD, SMP, dan SMA dalam kurikulum 2013 mendatang dikhawatirkan akan menyebabkan punahnya Aksara Jawa. Pasalnya salah satu cara pelestarian Aksara Jawa adalah memasukkan Bahasa Jawa dalam kurikulum sekolah.

Pemerhati Budaya Jawa sekaligus aktivis Javanologi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Arif Hartata mengatakan, Bahasa Jawa dapat membentuk pola sikap dan pola pikir seseorang. ”Bahasa Jawa sangat kaya jika di telusuri keberadaannya ada beberapa tahapan Bahasa Jawa kuno, Bahasa Jawa Tengahan, hingga menjadi Bahasa Jawa Baru. Ada kromo inggil, ada jawa ngoko dan ini menunjukkan adanya tata karma atau kesopanan seseorang,” jelasnya.

Melihat ragam perkembangan bahasa Indonesia yang sudah menjadi tren di kalangan masyarakat akan semakin mengikis keberlangsungan bahasa daerah. Kenyataanya mayoritas masyarakat sering menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Hal ini menurut Arif dapat mengakibatkan terjadinya dekonstruksi dalam dealektika kebahasaan.
”Jika Bahasa Jawa akan dihapus dalam kurikulum 2013 mendatang ini orang akan kehilangan jati diri mereka sebagai orang Jawa. Sekarang ada dalam pendidikan formal saja masih banyak siswa yang tidak bisa menulis Aksara Jawa atau menerapkan Bahasa Jawa sesuai dengan tata kramanya,” kata lulusan S2 kajian Budaya UNS.

Arif menambahkan, bahasa termasuk unsur dari budaya, dan pelestarian budaya merupakan kewajiban bersama baik dari masyarakat dengan didukung pihak Pemerintah Kota (Pemkot). Menanamkan kecintaan budaya sejak dini dengan mengenalkan bahasa, atau budaya daerah kedalam pendidikan formal merupakan solusi terbaik.

”Seharusnya kebijakan pemerintah, dan lembaga-lembaga pendidikan bisa bersinergi turut membantu dan peduli akan keberlangsungan budaya dan bahasa daerah karena ini juga akan berdampak pada punahnya Aksara Jawa,” pungkasnya.

satu lagi identitas bangsa yg akan hilang makin aneh aja ya lama-lama