- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Subhanallah, Muhammad Iqbal Coing, Da'i Buta yang hafal Al-Qur'an 30 juz


TS
genbezto
Subhanallah, Muhammad Iqbal Coing, Da'i Buta yang hafal Al-Qur'an 30 juz


Barusan lihat di TV gan, ada Da'i buta yang hafal Al-Qur'an 30 juz. Karena tercengang ane langsung googling beritanya gan, alhamdulillah dapet. semoga bisa bermanfaat dan menjadi renungan kita semua
Spoiler for kisahnya gan:
Buta mata bukan berarti hatinya buta. Justru karena buta ia menjadi orang berguna
Salah kalau menganggap semua orang buta itu bodoh. Lihat saja Muhammad Iqbal Coing (30), ia mampu menghafalkan al-Qur'an 30 juz (hafidz), sesuatu yang tidak sembarang orang menguasainya. Ia juga seorang kiai yang mengasuh 110 santri. Bukan itu saja, kini Iqbal, begitu panggilan da'i muda ini lagi digandrungi ummat Islam di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Dalam sehari rata-rata ia berceramah 3 kali dengan tempat berbeda-beda. Bahkan kadang sampai ke Sinjai dan Bantaeng, dua kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bulukumba. Jamaahnya beragam, mulai dari remaja, dewasa, ibu-ibu dan juga para pejabat. Andi Patabai Pabokari, Bupati Bulukumba pernah meminta Iqbal ceramah di kantornya ketika dia menetapkan hari Jum'at sebagai hari ibadah.
Isi ceramahnya bukan saja berbobot tapi juga memikat retorikanya. Ceramahnya gampang menyentuh kalbu jamaahnya dan sesekali diselipi humar segar. Selain itu, juga menyelipkan informasi-informasi terbaru tentang persoalan-persoalan yang berkembang di sekitarnya, mulai dari ekonomi, politik dan sosial baik nasional maupun internasional. "Beliau seakan-akan melihat semua kejadian dan perkembangan yang ada, seakan-akan beliau tidak buta," kata As'ad Salam, Ketua KPPSI (Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam) Bulukumba, yang sering mengantar dan menjemput Iqbal untuk ceramah. "Meskipun saya tidak bisa membaca, tetapi masih bisa mendengar. Saya aktif mengikuti perkembangan dunia lewat berita radio," begitu ayah lima anak ini memberi resepnya. Cara lain, kadang ia meminta santrinya membacakan berita-berita di koran dan majalah.
Iqbal tidak cuma tampil di majelis taklim, beberapa kali ia Iqbal juga bicara di forum ilmiah, misalnya seminar. Seperti disaksikan Suara Hidayatullah (Sahid) sendiri di Masjid Babul Jihad, Kecamatan Kindang. Iqbal mempresentasikan makalahnya berjudul, "Peran dan Kedudukan Wanita Menurut Pandangan Islam." Tema itu dibahas oleh Iqbal secara sistematis dengan mengutip beberapa hadits dan ayat al-Qur'an. "Makalah itu diketik oleh anak-anak (santri), saya hanya mendikte saja," Iqbal memberi pengakuan.
Dengan kemampuannya di atas, harus diakui bahwa ingatan Iqbal memang sangat kuat. Bukti lain, ia bisa mengenali seseorang hanya dari suaranya. "Saya sempat kaget, seingat saya baru sekali ketemu beliau, tetapi beliau bisa mengenali saya," ungkap Hamka, salah seorang jamaah Iqbal. Begitu pula dengan pengakuan para santri. Hanya saja, di mata orang lain Iqbal dipandang punya kelebihan, ia sendiri menganggap biasa-biasa. "Saya tidak punya kelebihan apa-apa, saya juga tidak punya karomah, saya hanyalah mahluk biasa seperti kalian," begitulah Iqbal selalu merendah.
Kelebihan Iqbal yang lain, ia mampu menjadi rem perekat dan bisa diterima berbagai kelompok ummat Islam di Bulukumba. Seperti diakui diungkapkan oleh As'ad Salam, "Keberadaan Iqbal di Bulukumba menjadi pemersatu ummat."
Kelompok-kelompok ummat Islam di kota yang terkenal karena pembuatan kapalnya itu antara NU, Muhammadiyah, Wahdah Islamiah, dan juga ada beberapa harakah. Di antara kelompok-kelompok itu kadang muncul gesekan-gesekan yang bisa memicu perpecahan. Di situlah peran Iqbal mempererat tali ukhuwah islamiah. Ia sendiri mengaku netral. "Saya tidak memihak pada satu kelompok atau organisasi Islam tertentu. Dan saya berdakwah bukan karena kelompok, tapi karena Allah," tegasnya.
Tantangan lain yang dihadapi Iqbal adalah masih kuatnya kepercayaan sebagian masyarakat Bulukumba terhadap mitos-mitos. Misalnya, tidak sedikit ummat yang masih suka memberi sesajen kepada pohon besar atau ke kuburan. Menghadapi masyarakat seperti ini, kata Iqbal, mesti hati-hati. "(Sebab) jika dikerasi, mereka tidak akan menerima kita," katanya. Sehingga Iqbal menggunakan kiat tersendiri dalam mendekati orang-orang yang masih menganut kepercayaan seperti itu.
Di beberapa desa tertentu yang masih kuat kepercayaan tahayulnya, Iqbal tidak memberikan ceramah fiqh yang berkaitan dengan halal haram. Melainkan mengenalkan kemurnian ajaran Islam dan manfaat-manfaatnya. Ini penting untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat.
Lahir Buta
Iqbal lahir dari pasangan Coing dan Umming 30 tahun lalu di Salomekko, Kajuara, Sulawesi Selatan. Ayahnya seorang guru SD, ibunya petani biasa. Berbeda dengan saudara-saudaranya lain yang normal, sejak lahir Iqbal sudah buta. Beruntung ayahnya seorang yang bijak, meski si buah hati cacat tapi dia tak ingin anaknya itu bodoh. Iqbal kemudian dititipkan di SD di desanya sebagai anak bawang. Sekedar menambah pengalaman dan pengetahuan, begitu mungkin maksud ayahnya. Di dalam kelas memang tidak banyak yang bisa dilakukan Iqbal, selain duduk manis sambil mendengarkan apa yang diajarkan guru. Itu dilakukan selama tiga tahun. Ketika usia SMP, kembali Iqbal dititipkan di sebuah SMP di daerahnya selama dua tahun. Di sini pun Iqbal cuma menjadi mustami' (pendengar). Meskipun demikian, proses belajar yang unik itu cukup membuka wawasan Iqbal, hingga memunculkan pertanyaan di dalam benaknya, "Kalau begini terus mau jadi apa?"
Renungan sekelebat itu nyatanya mampu mendorong tekad baru. Apalagi ia mengetahui orang-orang buta seperti dirinya nasibnya lebih banyak yang memprihatinkan. Ada yang jadi pengamen, semir sepatu dan bahkan pengemis. Ia tak ingin menjadi seperti itu. Ia ingin menjadi orang yang berarti bagi orang lain. Terlintas di dalam benaknya, ia ingin menjadi penghafal al-Qur'an saja. "Karena saya tidak bisa membaca, jadi saya harus menghafalkannya," ujarnya.
Tahun 1989, Iqbal berangkat ke Pondok Pesantren Darul Istiqomah, Macoppa, Kab. Maros, untuk mejadi santri penghapal/tahfidz. Dasar ingatannya yang tajam, kurun waktu 2,5 tahun, Iqbal telah dapat menghapal al-Qur'an (30 juz). "Sebenarnya dalam waktu 1,5 tahun saya sudah hafal, tapi yang satu tahunnya saya pakai untuk mengulang dan memperlancar hafalan," ungkap Iqblal.
Bagaimana cara Iqbal menghafal? Ia dibantu ustadz-ustadz yang menjadi tenaga pengajar di Pesantren Istiqomah. Prosesnya, salah seorang ustadz membacakan al-Qur'an ayat demi ayat, kemudian Iqbal menghafalkannya. Untuk memperlancar hafalan, Iqbal menggunakan kaset, begitu seterusnya.
Tidak hanya menghafal, Iqbal juga memperdalam ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti tafsir, hadist, fiqh, tauhid, Bahasa Arab dah lain-lain. Seperti kala dititipkan di SD dan SMP dulu, di sini pun Iqbal melulu mengandalkan pendengaran dan ingatannya. Kalau ada sesuatu yang tidak jelas, baru ia bertanya kepada ustadznya.
Mei l992, Iqbal `naik pangkat' menjadi guru tahfidz (penghafal), karena dianggap hafalannya sudah mantab. Saat bersamaan ia menyunting wanita shalihah bernama Nahariah. Pasangan ini kini telah dikaruniai 5 orang anak.
Delapan tahun kemudian, ia mendapat amanah baru yaitu memimpin Pesantren Darul Istiqomah Cabang Timbusesng, Gowa. Baru berjalan 1,5 tahun, Iqbal dipindah ke Bulukumba memimpin pesantren yang sama, hingga kini.
Di Bulukumba Darul Istiqomah cukup besar. Arealnya seluas 1 hektar dengan 5 buah bangunan permanen berdiri di atasnya, terdiri dari masjid, asrama, sekolah, kantor dan rumah pembina. Di sini Iqbal betul-betul menanamkan nilai-nilai kepada seluruh santrinya. Program shalat malam dan puasa Senin Kamis hampir-hampir wajib untuk para santri yang berjumlah 110 anak. Bahkan pada malam Ramadhan, Iqbal selalu mengadakan shalat malam selama 4 jam setiap, dimulai pada pukul 24.00 hingga 4 pagi.
Setiap hari Iqbal mengajar mulai pagi hingga siang. Ia mengajar berbagai ilmu, antara lain ushul fiqh, hadist, nahwu -sharaf, dan tazkiyatun nafs. Jadi teranglah, seorang yang tidak buta tidak berarti lebih pintar dari orang buta. Iqbal sendiri bersyukur matanya buta. "Karena mengurangi dosa saya. Sebab, dengan demikian mata saya tidak melakukan zina," katanya. Subhaanallah!






sumber
0
2.1K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan