- Beranda
- Komunitas
- Games
- Can You Solve This Game?
Sakura Bloom on The Sahara


TS
adithellman
Sakura Bloom on The Sahara
Quote:
Inspektur polisi muda itu berkali-kali mengeluh dalam hati karena pagi tadi ia mendapat panggilan mendadak dari atasannya untuk menangani suatu kasus ketika dirinya baru saja mulai bisa tidur jam 4 subuh. Itupun berkat situasi yang mendukung karena sejak malam hingga kini, hujan deras terus turun mengguyur seantero kota. Akhirnya, masih mengenakan pakaian tidurnya, dia menyambar jaket kulit berikut kunci mobil dinasnya untuk bergegas menuju ke TKP. Sesekali ia berharap agar kasus yang ditemuinya adalah kasus yang ringan-ringan saja, supaya ia segera bisa kembali ke ranjang empuknya setelah memberikan beberapa instruksi nanti ke anak buahnya di lapangan.
"Selamat pagi, Inspektur Maxi. Barusan saya mendapat info kalau Anda yang akan mengepalai kasus ini, bukan begitu?" sapa salah satu polisi begitu ia tiba di TKP, lalu menyodorkannya sebuah payung.
"Yah, begitulah. Orang tua itu selalu saja seenaknya menyuruh-nyuruh orang semau ia," katanya seraya masuk ke dalam rumah sederhana tempat terjadinya kasus tadi. Atapnya terbuat dari seng dan lantainya hanya diplester semen. Di sudut ruangan tampak mayat seorang wanita tertelungkup bersimbah darah. Perabotan di sekitarnya terlihat berantakan. "Jadi Sersan Jerry, tolong jelaskan bagaimana situasi di TKP."
"Korban seorang janda berusia 44 tahun dan sehari-hari berjualan sayur di kiosnya di pasar. Ia tinggal sendirian di rumah ini sejak 4 tahun yang lalu." Sersan Jerry tampak membalik beberapa halaman catatan investigasi sementara yang berhasil ia kumpulkan. "Korban yang bernama Tanti, ditemukan dalam keadaan tak bernyawa oleh temannya sesama penjual sayur. Seperti biasanya, sekitar jam 7 pagi ia selalu menjemput korban untuk bersama-sama pergi ke pasar. Tapi tak disangka ia malah mendapati temannya sudah menjadi mayat dalam kondisi mengenaskan begini."
Sambil mendengarkan penjelasan dari Sersan Jerry, Inspektur Maxi mendekati mayat korban dan mengamati dengan seksama sekujur tubuh korban yang dipenuhi luka tusukan benda tajam.
"Diperkirakan," sambung Sersan Jerry, "korban dibunuh oleh pelaku yang kalap karena ia memergoki orang itu tengah mencuri di dalam rumahnya. Buktinya, kondisi rumah korban yang berantakan dan ditengarai sejumlah perhiasan beserta uang milik korban telah raib. Ditambah lagi ada saksi, yaitu seorang ibu-ibu yang biasa berjualan nasi di pinggir jalan sana, mengaku mendengar suara wanita minta tolong dan hardikan seorang pria ketika tengah melintas di depan TKP tersebut. Ia mengira sedang terjadi pertengkaran dalam rumah tangga, jadi ia lebih memilih untuk bergegas melanjutkan perjalanannya daripada mengecek apa yang sedang terjadi saat itu."
"Hmm, jadi yang dapat kusimpulkan sejauh ini, mungkin ada tetangga atau teman korban yang mengetahui kebiasaaan korban yang selalu meninggalkan rumah sekitar jam 7 pagi. Tetapi, entah karena perkiraan waktunya meleset, ternyata si empunya rumah masih ada di dalam saat itu. Terjadilah aksi kekerasan yang berujung pembunuhan. Kurasa korban sempat melakukan perlawanan pada pelaku pencurian sekaligus pembunuhan tersebut. Coba lihat, ada tetesan darah yang mengarah keluar pintu dan tidak kembali lagi. Pasti ini darah milik si pelaku," sahut Inspektur Maxi.
Sersan Jerry mengangguk, kemudian kembalik membalik lagi beberapa halaman laporannya.
"Ya, Anda benar. Berkat petunjuk itu, kami dapat mengumpukan beberapa orang yang mencurigakan. Status mereka masih saksi, tentu saja. Total ada dua orang dan kesemuanya memiliki alibi yang tak jelas, punya motif yang cukup, sekaligus mereka adalah orang-orang yang sepertinya telah mengetahui kebiasaan korban."
"Oh ya? Siapa saja mereka?"
"Yang pertama adalah Albert, tetangga sebelah korban. Ada kabar burung yang berhembus, kalau ia baru saja ditipu teman kerjanya dan sekarang sedang dililit hutang dalam jumlah yang besar. Itu bisa menjadi motif baginya melakukan hal tersebut. Disamping itu, ia memiliki luka yang terlihat masih baru di lengan sebelah kirinya. Menurut pengakuannya, luka itu ia dapat kemarin karena kesalahannya sendiri sewaktu memotong kabel listrik di rumahnya."
Sersan Jerry diam sebentar, sekedar memberi jeda perkataannya dan menunggu reaksi Inspektur Maxi. Tapi karena Inspektur Maxi tak kunjung memberikan respon, malahan ia hanya berdiri termangu, Sersan Jerry meneruskan kalimatnya.
"Tersangka yang satu lagi adalah Iwan, seorang tukang daging di pasar yang sama dengan tempat korban bekerja. Walaupun rumahnya lumayan jauh dari sini, ia selalu melewati rumah korban ini jika ingin pergi ke pasar. Ia dikabarkan sedang dekat dengan korban. Sebenarnya sih, korban yang berusaha mendekati dia. Namun sayang, cinta bertepuk sebelah tangan."
"Wah, kalau soal asmara saja, kamu lihai memberi kata yang tepat. Topik kesukaanmu, ya?" balas Inspektur Maxi sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ah, Anda bisa saja," ujar Sersan Jerry salah tingkah.
"Jadi, Iwan ini memilki luka yang terlihat masih baru juga?"
"Betul. Tepatnya di kaki sebelah kanannya. Ia bilang ia diserempet oleh seorang pengendara motor yang melaju kencang dari arah berlawanan sewaktu pulang kerja kemarin sore," kata Sersan Jerry mengakhiri keterangannya.
Lagi-lagi hening beberapa saat. Hanya suara hujan yang terdengar semakin deras menambah riuh kasus itu. Beberapa polisi berlalu lalang melewati Inspektur Maxi dan Sersan Jerry yang berdiri bergeming, seolah waktu berhenti berputar hanya pada dua orang itu.
Bosan menunggu, Sersan Jerry berinisiatif membuka kembali percakapan diantara mereka.
"Bagaimana menurut Anda, Inspektur Maxi?"
"Kamu masih belum tahu? Cepat panggil orang itu dan bawa langsung ke hadapan saya! Nanti saya sendiri yang akan menginterogasinya. Pasti ia tak akan bisa berbohong lagi dan mengakui perbuatannya," seru Inspektur Maxi tiba-tiba, sepertinya rohnya baru kembali ke tubuhnya setelah sempat vakum beberapa saat tadi. "Lho, masih bengong juga? SERSAN JERRY, saya perintahkan kamu untuk memanggilnya sekarang!"
Yang diajak bicara malah melongo, bingung, tak tahu harus bagaimana atau mengatakan apa...
"Selamat pagi, Inspektur Maxi. Barusan saya mendapat info kalau Anda yang akan mengepalai kasus ini, bukan begitu?" sapa salah satu polisi begitu ia tiba di TKP, lalu menyodorkannya sebuah payung.
"Yah, begitulah. Orang tua itu selalu saja seenaknya menyuruh-nyuruh orang semau ia," katanya seraya masuk ke dalam rumah sederhana tempat terjadinya kasus tadi. Atapnya terbuat dari seng dan lantainya hanya diplester semen. Di sudut ruangan tampak mayat seorang wanita tertelungkup bersimbah darah. Perabotan di sekitarnya terlihat berantakan. "Jadi Sersan Jerry, tolong jelaskan bagaimana situasi di TKP."
"Korban seorang janda berusia 44 tahun dan sehari-hari berjualan sayur di kiosnya di pasar. Ia tinggal sendirian di rumah ini sejak 4 tahun yang lalu." Sersan Jerry tampak membalik beberapa halaman catatan investigasi sementara yang berhasil ia kumpulkan. "Korban yang bernama Tanti, ditemukan dalam keadaan tak bernyawa oleh temannya sesama penjual sayur. Seperti biasanya, sekitar jam 7 pagi ia selalu menjemput korban untuk bersama-sama pergi ke pasar. Tapi tak disangka ia malah mendapati temannya sudah menjadi mayat dalam kondisi mengenaskan begini."
Sambil mendengarkan penjelasan dari Sersan Jerry, Inspektur Maxi mendekati mayat korban dan mengamati dengan seksama sekujur tubuh korban yang dipenuhi luka tusukan benda tajam.
"Diperkirakan," sambung Sersan Jerry, "korban dibunuh oleh pelaku yang kalap karena ia memergoki orang itu tengah mencuri di dalam rumahnya. Buktinya, kondisi rumah korban yang berantakan dan ditengarai sejumlah perhiasan beserta uang milik korban telah raib. Ditambah lagi ada saksi, yaitu seorang ibu-ibu yang biasa berjualan nasi di pinggir jalan sana, mengaku mendengar suara wanita minta tolong dan hardikan seorang pria ketika tengah melintas di depan TKP tersebut. Ia mengira sedang terjadi pertengkaran dalam rumah tangga, jadi ia lebih memilih untuk bergegas melanjutkan perjalanannya daripada mengecek apa yang sedang terjadi saat itu."
"Hmm, jadi yang dapat kusimpulkan sejauh ini, mungkin ada tetangga atau teman korban yang mengetahui kebiasaaan korban yang selalu meninggalkan rumah sekitar jam 7 pagi. Tetapi, entah karena perkiraan waktunya meleset, ternyata si empunya rumah masih ada di dalam saat itu. Terjadilah aksi kekerasan yang berujung pembunuhan. Kurasa korban sempat melakukan perlawanan pada pelaku pencurian sekaligus pembunuhan tersebut. Coba lihat, ada tetesan darah yang mengarah keluar pintu dan tidak kembali lagi. Pasti ini darah milik si pelaku," sahut Inspektur Maxi.
Sersan Jerry mengangguk, kemudian kembalik membalik lagi beberapa halaman laporannya.
"Ya, Anda benar. Berkat petunjuk itu, kami dapat mengumpukan beberapa orang yang mencurigakan. Status mereka masih saksi, tentu saja. Total ada dua orang dan kesemuanya memiliki alibi yang tak jelas, punya motif yang cukup, sekaligus mereka adalah orang-orang yang sepertinya telah mengetahui kebiasaan korban."
"Oh ya? Siapa saja mereka?"
"Yang pertama adalah Albert, tetangga sebelah korban. Ada kabar burung yang berhembus, kalau ia baru saja ditipu teman kerjanya dan sekarang sedang dililit hutang dalam jumlah yang besar. Itu bisa menjadi motif baginya melakukan hal tersebut. Disamping itu, ia memiliki luka yang terlihat masih baru di lengan sebelah kirinya. Menurut pengakuannya, luka itu ia dapat kemarin karena kesalahannya sendiri sewaktu memotong kabel listrik di rumahnya."
Sersan Jerry diam sebentar, sekedar memberi jeda perkataannya dan menunggu reaksi Inspektur Maxi. Tapi karena Inspektur Maxi tak kunjung memberikan respon, malahan ia hanya berdiri termangu, Sersan Jerry meneruskan kalimatnya.
"Tersangka yang satu lagi adalah Iwan, seorang tukang daging di pasar yang sama dengan tempat korban bekerja. Walaupun rumahnya lumayan jauh dari sini, ia selalu melewati rumah korban ini jika ingin pergi ke pasar. Ia dikabarkan sedang dekat dengan korban. Sebenarnya sih, korban yang berusaha mendekati dia. Namun sayang, cinta bertepuk sebelah tangan."
"Wah, kalau soal asmara saja, kamu lihai memberi kata yang tepat. Topik kesukaanmu, ya?" balas Inspektur Maxi sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ah, Anda bisa saja," ujar Sersan Jerry salah tingkah.
"Jadi, Iwan ini memilki luka yang terlihat masih baru juga?"
"Betul. Tepatnya di kaki sebelah kanannya. Ia bilang ia diserempet oleh seorang pengendara motor yang melaju kencang dari arah berlawanan sewaktu pulang kerja kemarin sore," kata Sersan Jerry mengakhiri keterangannya.
Lagi-lagi hening beberapa saat. Hanya suara hujan yang terdengar semakin deras menambah riuh kasus itu. Beberapa polisi berlalu lalang melewati Inspektur Maxi dan Sersan Jerry yang berdiri bergeming, seolah waktu berhenti berputar hanya pada dua orang itu.
Bosan menunggu, Sersan Jerry berinisiatif membuka kembali percakapan diantara mereka.
"Bagaimana menurut Anda, Inspektur Maxi?"
"Kamu masih belum tahu? Cepat panggil orang itu dan bawa langsung ke hadapan saya! Nanti saya sendiri yang akan menginterogasinya. Pasti ia tak akan bisa berbohong lagi dan mengakui perbuatannya," seru Inspektur Maxi tiba-tiba, sepertinya rohnya baru kembali ke tubuhnya setelah sempat vakum beberapa saat tadi. "Lho, masih bengong juga? SERSAN JERRY, saya perintahkan kamu untuk memanggilnya sekarang!"
Yang diajak bicara malah melongo, bingung, tak tahu harus bagaimana atau mengatakan apa...
0
2K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan