- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Cerber ane Gan, monggo di komen


TS
takaminaholic
Cerber ane Gan, monggo di komen
Sebelum Hujan
bersambung ke part 2
Maaf kalau nggak rapi ya Gan...
Agan - agan yang minta mejeng di pejwan :
Spoiler for Part 1:
"Mau kupinjami payung? Kelihatannya kamu terburu - buru", aku cuma nyengir ketika gadis yang tengah berteduh di halte sendirian itu malah nampak sedikit ketakutan ketika aku menghampirinya,
"Eh, terima kasih. Aku harus datang latihan buat persiapan konser minggu depan...", aku memberikan payungku kepadanya, dia menerimanya dengan agak segan.
"Udah, nggak apa - apa bawa aja, aku kerja disitu kok", aku menunjuk toko tempatku bekerja diseberang jalan,
"Sekali lagi terima kasih, besok pasti akan kukembalikan, nggg...", aku membuka tudung jas hujanku,
"Aku Taro, Nishiina Kotaro", dia membuka payung lalu mengangguk sambil tersenyum padaku,
"Namaku Akemi, Higarashi Akemi", kemudian dia berlari kecil menembus hujan, tanpa sadar aku terus memperhatikannya sampai dia berbelok di pertigaan diujung jalan.
"Gimana, udah tau namanya?", Shiro langsung mencecarku begitu aku memasuki toko,
"Udah, namanya Akemi, katanya dia harus datang latihan untuk persiapan konser...", aku menjawabnya dengan ogah - ogahan sambil melepas jas hujan yang kukenakan dan kemudian menggantungnya.
"Apa dia pemusik?", aku melengos mendengar pertanyaan Shiro,
"Mana aku tahu, apa kelihatannya kami sempat ngobrol panjang lebar?", Shiro malah terkikik melihat reaksiku,
"Dia manis dan menarik kan?", ingin aku menjitak kepala Shiro yang masih saja menggodaku, tapi sungguh senyum dan wajah Akemi telah membuatku terbayang - bayang terus.
"Udah - udah, sebentar lagi pergantian shift, aku mau beresin rak - rak display dulu, sana bersih - bersih, nanti Yuka ngomel lagi...", Shiro memberi hormat padaku lalu segera kabur ketika melihat gelagatku yang hendak menjitak kepalanya,
"Halahh, semoga Yuka dan Endo nggak telat karena hujan...", aku menghela nafas panjang, seharian ini pelanggan yang datang memang lumayan banyak, membuatku dan Shiro cukup kerepotan.
Sepuluh menit kemudian aku yang sedang membersihkan bagian bawah rak display, mendengar pintu dibuka, "Selamat sore, maaf terlalu mepet, masih sedikit gerimis, Endo belum datang ya?", Yuka masuk dan menyapaku, "Belum, oh iya, tolong hitung uang di kasir, Shiro sedang di kamar kecil...", dengan bersenandung kecil, Yuka melangkah menuju meja kasir, dan mulai menghitung uang hasil penjualan kami.
"Hahh...hahh, untung pas jamnya, sorry aku tadi ada urusan...", kulihat Endo melangkah masuk sambil terengah - engah, nampaknya dia habis berlari agar tidak sampai telat.
"Hai hai, kalian udah datang, Taro tadi kenalan sama cewek muanis lho", Shiro yang tiba - tiba ada disampingku kemudian menyikut lenganku, akupun meringis kesakitan,
"Beneran? Kapan? Dimana?", Endo dan Shiro memang sangat kompak dalam urusan menggodaku, hanya karena aku tidak pernah terlihat dekat dengan teman wanita, mereka dengan ngaco berkali - kali coba mengenalkan aku pada beberapa teman mereka, dan semuanya tidak berjalan baik, makanya mereka begitu girang ketika tahu aku berhasil kenalan dengan seseorang.
"Udah, nggak usah dibahas, wong cuma minjemin payung juga", aku berusaha menyembunyikan betapa galaunya hatiku karena perkenalan dengan Akemi tadi.
"Gimana kamu bisa dapet pacar kalau kamu nggak pernah optimis...", aku, Shiro, dan Endo saling memandang heran ketika mendengar Yuka ikut nimbrung,
"Oh, oh udah waktunya pulang, hujannya berhenti! Kami pulang ya", Shiro menyeret dan memaksaku mengikuti langkahnya,
"Apaan sih?", aku cuma sempat melambaikan tangan pada Endo dan Yuka sebelum keluar, karena ulah si tengil Shiro.
"Kelihatannya Yuka ada rasa ke kamu...", kata Shiro padaku setelah kami cukup jauh dari toko,
"Haha, nggak mungkin lah, kami kan teman sejak kecil, udah kayak adik - kakak", aku tertawa kecil mendengar ucapan Shiro,
"Apa kamu nggak lihat tadi? Cinta bisa timbul karena terbiasa, tahu nggak...", Shiro menggeleng pelan sambil tersenyum sinis padaku.
"Kamu itu terlalu naif, Taro. Aku duluan", kami berpisah di pintu masuk stasiun subway, aku jadi memikirkan kata - kata Shiro, adanya kemungkinan Yuka memiliki rasa padaku, dan yang paling menyiksaku, senyum manis Akemi,
"Sepertinya aku nggak bakal bisa tidur malam ini...", aku merutuk dalam hati, dan merenungkan semuanya sepanjang perjalanan pulang menuju rumah.
"Eh, terima kasih. Aku harus datang latihan buat persiapan konser minggu depan...", aku memberikan payungku kepadanya, dia menerimanya dengan agak segan.
"Udah, nggak apa - apa bawa aja, aku kerja disitu kok", aku menunjuk toko tempatku bekerja diseberang jalan,
"Sekali lagi terima kasih, besok pasti akan kukembalikan, nggg...", aku membuka tudung jas hujanku,
"Aku Taro, Nishiina Kotaro", dia membuka payung lalu mengangguk sambil tersenyum padaku,
"Namaku Akemi, Higarashi Akemi", kemudian dia berlari kecil menembus hujan, tanpa sadar aku terus memperhatikannya sampai dia berbelok di pertigaan diujung jalan.
"Gimana, udah tau namanya?", Shiro langsung mencecarku begitu aku memasuki toko,
"Udah, namanya Akemi, katanya dia harus datang latihan untuk persiapan konser...", aku menjawabnya dengan ogah - ogahan sambil melepas jas hujan yang kukenakan dan kemudian menggantungnya.
"Apa dia pemusik?", aku melengos mendengar pertanyaan Shiro,
"Mana aku tahu, apa kelihatannya kami sempat ngobrol panjang lebar?", Shiro malah terkikik melihat reaksiku,
"Dia manis dan menarik kan?", ingin aku menjitak kepala Shiro yang masih saja menggodaku, tapi sungguh senyum dan wajah Akemi telah membuatku terbayang - bayang terus.
"Udah - udah, sebentar lagi pergantian shift, aku mau beresin rak - rak display dulu, sana bersih - bersih, nanti Yuka ngomel lagi...", Shiro memberi hormat padaku lalu segera kabur ketika melihat gelagatku yang hendak menjitak kepalanya,
"Halahh, semoga Yuka dan Endo nggak telat karena hujan...", aku menghela nafas panjang, seharian ini pelanggan yang datang memang lumayan banyak, membuatku dan Shiro cukup kerepotan.
Sepuluh menit kemudian aku yang sedang membersihkan bagian bawah rak display, mendengar pintu dibuka, "Selamat sore, maaf terlalu mepet, masih sedikit gerimis, Endo belum datang ya?", Yuka masuk dan menyapaku, "Belum, oh iya, tolong hitung uang di kasir, Shiro sedang di kamar kecil...", dengan bersenandung kecil, Yuka melangkah menuju meja kasir, dan mulai menghitung uang hasil penjualan kami.
"Hahh...hahh, untung pas jamnya, sorry aku tadi ada urusan...", kulihat Endo melangkah masuk sambil terengah - engah, nampaknya dia habis berlari agar tidak sampai telat.
"Hai hai, kalian udah datang, Taro tadi kenalan sama cewek muanis lho", Shiro yang tiba - tiba ada disampingku kemudian menyikut lenganku, akupun meringis kesakitan,
"Beneran? Kapan? Dimana?", Endo dan Shiro memang sangat kompak dalam urusan menggodaku, hanya karena aku tidak pernah terlihat dekat dengan teman wanita, mereka dengan ngaco berkali - kali coba mengenalkan aku pada beberapa teman mereka, dan semuanya tidak berjalan baik, makanya mereka begitu girang ketika tahu aku berhasil kenalan dengan seseorang.
"Udah, nggak usah dibahas, wong cuma minjemin payung juga", aku berusaha menyembunyikan betapa galaunya hatiku karena perkenalan dengan Akemi tadi.
"Gimana kamu bisa dapet pacar kalau kamu nggak pernah optimis...", aku, Shiro, dan Endo saling memandang heran ketika mendengar Yuka ikut nimbrung,
"Oh, oh udah waktunya pulang, hujannya berhenti! Kami pulang ya", Shiro menyeret dan memaksaku mengikuti langkahnya,
"Apaan sih?", aku cuma sempat melambaikan tangan pada Endo dan Yuka sebelum keluar, karena ulah si tengil Shiro.
"Kelihatannya Yuka ada rasa ke kamu...", kata Shiro padaku setelah kami cukup jauh dari toko,
"Haha, nggak mungkin lah, kami kan teman sejak kecil, udah kayak adik - kakak", aku tertawa kecil mendengar ucapan Shiro,
"Apa kamu nggak lihat tadi? Cinta bisa timbul karena terbiasa, tahu nggak...", Shiro menggeleng pelan sambil tersenyum sinis padaku.
"Kamu itu terlalu naif, Taro. Aku duluan", kami berpisah di pintu masuk stasiun subway, aku jadi memikirkan kata - kata Shiro, adanya kemungkinan Yuka memiliki rasa padaku, dan yang paling menyiksaku, senyum manis Akemi,
"Sepertinya aku nggak bakal bisa tidur malam ini...", aku merutuk dalam hati, dan merenungkan semuanya sepanjang perjalanan pulang menuju rumah.
bersambung ke part 2
Maaf kalau nggak rapi ya Gan...
Agan - agan yang minta mejeng di pejwan :
Spoiler for Mejeng:
Diubah oleh takaminaholic 31-07-2013 03:09
0
1.1K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan