Jakarta - Front Pembela Islam (FPI) sering diidentikkan dengan aksi anarki. Mereka melakukan sweeping, merusak tempat hiburan dan tempat yang dianggap dipakai untuk maksiat lainnya. Terakhir FPI dikepung oleh warga di Kendal, Jawa Tengah setelah insiden sweeping lokalisasi.

Juru bicara FPI Munarman menegaskan, FPI sebenarnya memiliki prosedur dalam aksinya. Mereka tidak ujuk-ujuk melakukan sweeping. FPI berkoordinasi dengan pemerintah setempat sebelum beraksi. “Tapi itu tidak pernah diberitakan. Yang diberitakan aksi kekerasannya doang,” kata Munarman dalam fokus majalah detik edisi 86. Berikut wawancara Bahtiar Rifai dari majalah detik dengan Munarman:


Anggota FPI di Kendal, Jawa Tengah bentrok dengan warga dan bahkan dikepung di masjid sampai 6 jam. Menurut Anda apa penyebabnya? Teman-teman FPI itu sedang dalam perjalanan pulang dari Kendal setelah acara pengajian dan buka bersama. Lalu ada mobil Laskar FPI yang tidak sengaja menabrak ibu-ibu yang naik motor. Ibu itu warga Sukorejo setempat. Setelah itu semua laskar berhenti di pom bensin dan menolong ibu-ibu itu.

Awalnya warga memaklumi, tapi setelah itu ada preman kafir bernama Erik menjadi provokator, dengan berkata, “Kae FPI meh mateni mbokde-mbokde numpak motor, bar kui mbokde-mbokdene meh dikepruki jare salah, wes ngono dipisuh-pisuhi sisan”. (Itu ada FPI mau membunuh ibu-ibu naik motor. Sudah gitu ibu-ibu itu mau digebuki karena salah (dia). Ibu-ibu itu juga dimaki-maki lagi). Akhirnya spontan warga yang terprovokasi jadi marah. Bentrok pun dimulai.

Jadi apa yang sebenarnya terjadi di Kendal? Kejadian di Sukorejo itu adalah provokasi preman yang melindungi lokalisasi pramuriaan yang masih tetap beroperasi di bulan Ramadan. FPI dicegat ketika akan ke kantor polisi untuk koordinasi memperingatkan pengelola kompleks pramuriaan oleh preman bersenjata yang kemudian memprovokasi warga yang menyebutkan ada warga tewas ditabrak.