- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Cerita Yakuza ribut dengan preman di Bali


TS
d2nband
Cerita Yakuza ribut dengan preman di Bali
Ini dia gan ceritanya :

Mulai tahun ini diramalkan bakal banyak anggota Yakuza keluar dari Jepang. Demikian laporan majalah mingguan Asahi Geino, 17 Januari 2013. Sementara penjahat asing juga semakin berani beraksi di Jepang. Nama Indonesia memang tidak disebut langsung, tapi beberapa hari terakhir banyak heroin di Jepang datang dari Malaysia, tetangga Indonesia.
Berikutnya obat-obat perangsang dari Afrika. Di sisi lain, mafia-mafia asing dari Vietnam dan Pakistan mulai terorganisir di Jepang menjadi kelompok perampok dan maling di rumah-rumah warga. Mereka mencuri perhiasan dan berlian dari daerah Tohoku, lalu mengekspor hasil kejahatannya ke luar Jepang.
Catatan itu ditulis kembali oleh Richard Susilo dalam bukunya berjudul: "Yakuza Indonesia". Menurut dia, mencari uang di Jepang kini kian sulit bagi para Yakuza. Oleh sebab itu sekarang banyak di antara mereka yang melakukan ekspansi bisnis hitam ke luar negeri. Alasannya, di luar Jepang bisnis gelap mereka lebih menguntungkan.
Bagi para Yakuza, beraksi di luar Jepang lebih bebas dan aman dari pada beraksi di dalam negeri. Sebab kini di pemerintah Jepang telah menerapkan undang-undang baru anti-Yakuza. Polisi, terus memelototi aktivitas mereka, sehingga tidak lagi bebas. Bila tak hati-hati mereka bakal ditangkap dengan ancaman penjara cukup lama.
Karena terus diburu polisi, belakangan para Yakuza membentuk markas di luar Jepang, dan mereka berhasil. Biasanya, mereka memiliki kekuatan finansial besar, dan memiliki koneksi baik dengan komunitas lokal, pejabat, polisi atau preman setempat. Apalagi rata-rata mereka juga sangat pintar dan berpengalaman.
Seorang anggota kepolisian Jepang membenarkan kabar itu. Bahkan dia menyebut bahwa Indonesia kini sudah menjadi sasaran para Yakuza yang telah memiliki jaringan atau kelompok sendiri, khususnya di kalangan orang Jepang yang sudah lebih dulu tinggal di Indonesia, dan berhasil membaur sehingga identitasnya tidak lagi ketahuan.
"Mereka ada di luar Jepang. Bila pintar tentu mereka akan kuat di sana, dan di Jepang mereka juga tetap memiliki shinoji (pendanaan) yang baik pula. Tetapi, bagi Yakuza yang tidak pintar biasanya akan tertahan di luar negeri, karena biasanya dia juga tidak punya uang."
Bagi yang berhasil dan memiliki uang, sebagai anggota Yakuza memiliki solidaritas tinggi kepada markasnya di Jepang dan biasanya akan memasok sebagian uangnya ke Jepang atau dengan cara dipanggil pulang oleh bosnya. Mereka juga akan mati-matian mempertahankan statusnya sebagai Yakuza di luar negeri secara diam-diam.
Seorang anggota Yakuza sempat menuturkan, bagi para Yakuza yang tidak pintar berstrategi di luar negeri, biasanya akan terlibat bentrok dengan preman lokal setempat. Contohnya di Bali. Seorang polisi setempat sempat membenarkannya. Suatu waktu para Yakuza sempat bentrok dengan preman Bali, sehingga polisi menjadi kesal dan meminta para Yakuza kembali ke Jepang daripada ribut di Bali.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, di mana sebenarnya Yakuza di Indonesia ini? Yang jelas, kata Richard, anggota Yakuza Jepang tidak akan mungkin ada di Pelabuhan Tanjung Priok, di Pasar, atau di tempat-tempat kumuh, tidak pula berada di tempat-tempat buruh, pekerja kasar, menjadi kuli bangunan atau semacamnya.
Di Indonesia Yakuza sangat ekslusif. Mereka punya banyak uang, pintar, memiliki pengalaman banyak di Jepang, dan memiliki kesabaran tinggi, maupun hal-hal lain yang tidak dimiliki oleh orang-orang Indonesia. Yakuza di Indonesia akan susah dideteksi oleh orang awam yang tidak mengerti bahasa Jepang.
Mereka memiliki kedekatan dengan para pebisnis di Indonesia, punya jaringan baik dengan orang kaya, dan berteman akrab dengan aparat. Intinya, mereka adalah penyamun, yang sulit dideteksi. Namun demikian, selama anda tidak mengganggu mereka, Yakuza juga diam. Yang pasti, Yakuza itu ada.
Alhamdullilah yang ngasih :
Yang gak suka jangan di :
Bukti gak repost :
Spoiler for :

Mulai tahun ini diramalkan bakal banyak anggota Yakuza keluar dari Jepang. Demikian laporan majalah mingguan Asahi Geino, 17 Januari 2013. Sementara penjahat asing juga semakin berani beraksi di Jepang. Nama Indonesia memang tidak disebut langsung, tapi beberapa hari terakhir banyak heroin di Jepang datang dari Malaysia, tetangga Indonesia.
Berikutnya obat-obat perangsang dari Afrika. Di sisi lain, mafia-mafia asing dari Vietnam dan Pakistan mulai terorganisir di Jepang menjadi kelompok perampok dan maling di rumah-rumah warga. Mereka mencuri perhiasan dan berlian dari daerah Tohoku, lalu mengekspor hasil kejahatannya ke luar Jepang.
Catatan itu ditulis kembali oleh Richard Susilo dalam bukunya berjudul: "Yakuza Indonesia". Menurut dia, mencari uang di Jepang kini kian sulit bagi para Yakuza. Oleh sebab itu sekarang banyak di antara mereka yang melakukan ekspansi bisnis hitam ke luar negeri. Alasannya, di luar Jepang bisnis gelap mereka lebih menguntungkan.
Bagi para Yakuza, beraksi di luar Jepang lebih bebas dan aman dari pada beraksi di dalam negeri. Sebab kini di pemerintah Jepang telah menerapkan undang-undang baru anti-Yakuza. Polisi, terus memelototi aktivitas mereka, sehingga tidak lagi bebas. Bila tak hati-hati mereka bakal ditangkap dengan ancaman penjara cukup lama.
Karena terus diburu polisi, belakangan para Yakuza membentuk markas di luar Jepang, dan mereka berhasil. Biasanya, mereka memiliki kekuatan finansial besar, dan memiliki koneksi baik dengan komunitas lokal, pejabat, polisi atau preman setempat. Apalagi rata-rata mereka juga sangat pintar dan berpengalaman.
Seorang anggota kepolisian Jepang membenarkan kabar itu. Bahkan dia menyebut bahwa Indonesia kini sudah menjadi sasaran para Yakuza yang telah memiliki jaringan atau kelompok sendiri, khususnya di kalangan orang Jepang yang sudah lebih dulu tinggal di Indonesia, dan berhasil membaur sehingga identitasnya tidak lagi ketahuan.
"Mereka ada di luar Jepang. Bila pintar tentu mereka akan kuat di sana, dan di Jepang mereka juga tetap memiliki shinoji (pendanaan) yang baik pula. Tetapi, bagi Yakuza yang tidak pintar biasanya akan tertahan di luar negeri, karena biasanya dia juga tidak punya uang."
Bagi yang berhasil dan memiliki uang, sebagai anggota Yakuza memiliki solidaritas tinggi kepada markasnya di Jepang dan biasanya akan memasok sebagian uangnya ke Jepang atau dengan cara dipanggil pulang oleh bosnya. Mereka juga akan mati-matian mempertahankan statusnya sebagai Yakuza di luar negeri secara diam-diam.
Seorang anggota Yakuza sempat menuturkan, bagi para Yakuza yang tidak pintar berstrategi di luar negeri, biasanya akan terlibat bentrok dengan preman lokal setempat. Contohnya di Bali. Seorang polisi setempat sempat membenarkannya. Suatu waktu para Yakuza sempat bentrok dengan preman Bali, sehingga polisi menjadi kesal dan meminta para Yakuza kembali ke Jepang daripada ribut di Bali.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, di mana sebenarnya Yakuza di Indonesia ini? Yang jelas, kata Richard, anggota Yakuza Jepang tidak akan mungkin ada di Pelabuhan Tanjung Priok, di Pasar, atau di tempat-tempat kumuh, tidak pula berada di tempat-tempat buruh, pekerja kasar, menjadi kuli bangunan atau semacamnya.
Di Indonesia Yakuza sangat ekslusif. Mereka punya banyak uang, pintar, memiliki pengalaman banyak di Jepang, dan memiliki kesabaran tinggi, maupun hal-hal lain yang tidak dimiliki oleh orang-orang Indonesia. Yakuza di Indonesia akan susah dideteksi oleh orang awam yang tidak mengerti bahasa Jepang.
Mereka memiliki kedekatan dengan para pebisnis di Indonesia, punya jaringan baik dengan orang kaya, dan berteman akrab dengan aparat. Intinya, mereka adalah penyamun, yang sulit dideteksi. Namun demikian, selama anda tidak mengganggu mereka, Yakuza juga diam. Yang pasti, Yakuza itu ada.
Spoiler for Istri yakuza dari pontianak:
Salah satu bisnis hitam anggota Yakuza di beberapa negara adalah prostitusi dan penjualan perempuan. Perempuan-perempuan asing yang tertangkap di Jepang biasanya memiliki kasus sama. Mereka diperalat oleh Yakuza dan terpaksa mencari uang di dunia malam sebanyak mungkin untuk menebus paspornya kepada para Yakuza.
Tidak heran ada perempuan Indonesia kelahiran Pontianak, menjadi istri seorang anggota Yakuza di Jepang. Para perempuan asing itu biasanya men-charge tamu sekitar 12.000 Yen atau sekitar Rp 1,4 juta (kurs 116 per yen) sejam, plus minuman keras yang diminum bersama tamu. Bahkan terkadang mereka juga harus menemani tidur tamu-tamunya itu.
Seperti diceritakan Richard Susilo dalam buku berjudul: "Yakuza Indonesia". Richard mengutip tulisan Yukio Murakami yang mewawancarai perempuan asal Pontianak itu, lalu dimuat dalam tabloid Nikkan Gendai, 25 Januari 2012. Menurut dia, kasus semacam itu tak ubahnya kasus perbudakan zaman sekarang. Sindikat kejahatan meraup uang dengan memakai perempuan Thailand dan Filipina.
Mereka dipekerjakan di snack (sunaku kurabu), klub, atau tempat pemandian air panas di daerah-daerah agar jauh dari polisi. Para perempuan itu hanya diberi makanan kotak atau bento dan kosmetik untuk berdandan. Para perempuan budak itu seperti sapi perah, yang bekerja untuk membayar pinjaman kredit karena paspor ditahan. Mereka tidak boleh ke mana-mana dan pasti akan dikuntit dari jauh kalau pergi keluar, sehingga tidak akan mungkin kabur.
"Apabila perempuan itu cantik dan banyak tamunya, maka suatu waktu pasti akan dibuat alasan yang dibuat-buat, misalnya tamu komplain pelayanan tidak bagus, sehingga si perempuan didenda cukup banyak, akibatnya jumlah uang tabungan tidak penuh-penuh dan paspor tidak bisa diterima kembali. Itu menjadi akal bulus para sindikat kejahatan di Jepang."
Banyak sekali kasus semacam itu terjadi di Jepang. Semua itu terjadi karena si perempuan kurang berusaha untuk kabur kalau memang tidak mau dipekerjakan demikian. Atau, mereka memilih pasrah dan lebih memilih uang sehingga melakukan demikian.
"Walau kami bekerja begini, masih lumayan dapat uang lebih banyak bila di-rupiahkan, bisa menabung sedikit dan bisa mengirim uang sedikit kepada keluarga di Indonesia, daripada kerja di Indonesia rasanya susah banget dapat uang," kata perempuan Indonesia asal Pontianak yang bekerja pada sebuah bar, klub malam di Shinjuku.
Tidak heran ada perempuan Indonesia kelahiran Pontianak, menjadi istri seorang anggota Yakuza di Jepang. Para perempuan asing itu biasanya men-charge tamu sekitar 12.000 Yen atau sekitar Rp 1,4 juta (kurs 116 per yen) sejam, plus minuman keras yang diminum bersama tamu. Bahkan terkadang mereka juga harus menemani tidur tamu-tamunya itu.
Seperti diceritakan Richard Susilo dalam buku berjudul: "Yakuza Indonesia". Richard mengutip tulisan Yukio Murakami yang mewawancarai perempuan asal Pontianak itu, lalu dimuat dalam tabloid Nikkan Gendai, 25 Januari 2012. Menurut dia, kasus semacam itu tak ubahnya kasus perbudakan zaman sekarang. Sindikat kejahatan meraup uang dengan memakai perempuan Thailand dan Filipina.
Mereka dipekerjakan di snack (sunaku kurabu), klub, atau tempat pemandian air panas di daerah-daerah agar jauh dari polisi. Para perempuan itu hanya diberi makanan kotak atau bento dan kosmetik untuk berdandan. Para perempuan budak itu seperti sapi perah, yang bekerja untuk membayar pinjaman kredit karena paspor ditahan. Mereka tidak boleh ke mana-mana dan pasti akan dikuntit dari jauh kalau pergi keluar, sehingga tidak akan mungkin kabur.
"Apabila perempuan itu cantik dan banyak tamunya, maka suatu waktu pasti akan dibuat alasan yang dibuat-buat, misalnya tamu komplain pelayanan tidak bagus, sehingga si perempuan didenda cukup banyak, akibatnya jumlah uang tabungan tidak penuh-penuh dan paspor tidak bisa diterima kembali. Itu menjadi akal bulus para sindikat kejahatan di Jepang."
Banyak sekali kasus semacam itu terjadi di Jepang. Semua itu terjadi karena si perempuan kurang berusaha untuk kabur kalau memang tidak mau dipekerjakan demikian. Atau, mereka memilih pasrah dan lebih memilih uang sehingga melakukan demikian.
"Walau kami bekerja begini, masih lumayan dapat uang lebih banyak bila di-rupiahkan, bisa menabung sedikit dan bisa mengirim uang sedikit kepada keluarga di Indonesia, daripada kerja di Indonesia rasanya susah banget dapat uang," kata perempuan Indonesia asal Pontianak yang bekerja pada sebuah bar, klub malam di Shinjuku.
Alhamdullilah yang ngasih :
Spoiler for :

Yang gak suka jangan di :
Spoiler for :

Bukti gak repost :
Spoiler for :
Diubah oleh d2nband 13-08-2013 09:10
0
27.1K
Kutip
217
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan