Puan Maharani: Jangan Paksa PDIP Capreskan Jokowi!
Jumat, 19/07/2013 20:00 WIB
Jakarta - Pernyataan peneliti LIPI bahwa PDIP bodoh jika tak mencapreskan Jokowi, mendapat tanggapan keras dari Ketua FPDIP Puan Maharani. Semua pihak diingatkan tidak memaksa partainya mengusung Jokowi sebagai bakal capres hanya karena hasil survey menunjukkan tingginya popularitas icon baru PDIP itu. "Kami mempunyai mekanisme sendiri. Jangan kami dipaksa mencalonkan seseorang yang mungkin dianggap cukup hasil surveinya," tegas Puan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (19/7/2013).
Urusan pencapresan adalah perkara keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Berbagai survei yang bermuculan belakangan ini dia nilai tidak bisa memastikan realitas elektabilitas seorang bakal capres pada 2014 kelak. "Karena dinamika politik selalu berkembang setiap waktu. Kita nggak tahu 2014 bagaimana. Menuju 2014 waktunya masih banyak. Dinamika itu terus beganti," paparnya.
PDIP baru akan memastikan pasangan capres dan cawapresnya setelah Pemilu Legislatif 2014. PDIP tak akan ikut-ikutan mendeklarasikan capresnya cepat-cepat seperti yang dilakukan partai lain. "Kalau partai lain punya capres dan cawapres, sah-sah saja. Tapi bukan berarti PDIP harus ikut-ikutan. Kita konsolidasi dan tunggu hasil Pemilu 2014, setelah itu akan ada keputusan," pungkasnya.
[url]http://news.detik..com/read/2013/07/19/200005/2308483/10/puan-maharani-jangan-paksa-pdip-capreskan-jokowi[/url]
Jokowi Jadi Rebutan
Mimpi Golkar Gandeng PDIP Duetkan Ical-Jokowi
Minggu, 21/07/2013 12:02 WIB
Jakarta - Joko Widodo (Jokowi) benar-benar jadi rebutan. Partai Golkar terang-terangan mengungkap hasratnya menduetkan Jokowi sebagai cawapres pasangan Ketum Golkar Aburizal Bakrie (Ical). "Keduanya pekerja keras. Dan keduanya saling melengkapi," kata Wakil Bendahara Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo, kepada detikcom, Minggu (21/7/2013).
Golkar yakin pasangan Ical-Jokowi yang digawangi duet partai besar Golkar-PDIP akan melahirkan perpaduan sempurna. Sempurna di pemerintahan dan kuat di parlemen. "Saya membayangkan masa depan Indonesia yang lebih baik kalau saja Golkar bersatu dengan PDIP. Kuat di pemerintahan dan kuat di parlemen. Saya yakin masalah-masalah bangsa yang diabaikan pada rezim saat ini akan diselesaikan dengan baik," katanya.
Sejumlah persoalan, menurut Bambang, jadi pekerjaan rumah bagi pemerintah selanjutnya. Duet Ical-Jokowi menurutnya bisa menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. "Apakah itu masalah ekonomi yang menyangkut kesejahteraan masyarakat dengan lebih memperhatikan kepentingan dalam negeri ketimbang kepentingan asing, apakah itu masalah hukum yang saat ini dibengkok-bengkokkan karena ada tangan kekuasaan yang bermain," tandasnya.
[url]http://news.detik..com/read/2013/07/21/120231/2309152/10/mimpi-golkar-gandeng-pdip-duetkan-ical-jokowi[/url]
Skenario Menjadi JOKOWI Capres 2014 ... Upaya Goyang Capres Mapan yg Ada?
Quote:
Pengamat: Jokowi tidak pernah nyatakan maju pilpres
Senin, 18 Maret 2013 00:18 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Jeffrie Geovanie mengatakan Joko Widodo tidak pernah menyatakan kesiapannya untuk maju di Pemilihan Presiden 2014, terbukti di saat publik mengelu-elukannya menjadi calon presiden terkuat, Jokowi memberikan jawaban akan fokus memenuhi janji-janjinya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Board of Advisor, Center for Strategic and International Studies (CSIS) dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin, menilai jawaban-jawaban Jokowi bahwa dia tidak memikirkan capres 2014 dan hanya memikirkan tanggung jawabnya untuk membenahi kota Jakarta adalah pilihan jawaban yang tepat dan benar. "Jokowi memang tidak harus memikirkan apalagi mendesain agar dirinya jadi capres 2014," kata Jeffrie itu saat diminta tanggapan atas hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dirilis di Jakarta, Minggu (17/3).
LSI tidak memasukkan nama Jokowi sebagai figur capres karena belum pernah menyatakan kesiapan untuk maju di Pemilihan Presiden 2014, karena partainya, PDI Perjuangan, belum pernah memberikan dukungan. Menurut Jeffrie, meski Jokowi terus menolak dan belum ada dukungan dari PDIP, jutaan orang Indonesia yang akan memaksanya nantinya untuk bersedia menjadi capres 2014 dan itu akan disampaikan oleh rakyat Indonesia paling lambat November 2013. Bagi PDIP, ini merupakan kesempatan emas untuk kembali memenangkan Pemilu legislatif bila sebelum Desember 2013 berani menetapkan Jokowi sebagai capres.
Sementara itu, peneliti Maarif Institute Endang Tirtana menaruh curiga kenapa LSI tak memasukkan nama Jokowi sebagai salah satu capres. "Dengan tidak memasukkan nama Jokowi sebagai capres, menunjukkan ada 'ketakutan dan kegamangan' elit ditingkat nasional. Dan ini mempertegas betapa kuatnya Jokowi sebagai figur capres," ujarnya. Padahal, merujuk pada hasil survei sejumlah lembaga sebelum LSI itu, menurut Endang, nama nama Jokowi sudah menguat. Menguatnya nama Jokowi itu adalah fenomena politik yang luar biasa, mengingat mantan Walikota Solo itu sosok baru dalam panggung politik nasional. "Akan tetapi variabel rentang waktu tidak menjadi masalah bagi Jokowi untuk dapat mengartikulasikan ide-ide perubahannya dan juga tidak kikuk dengan para elit politik nasional," katanya.
Endang menambhakan, dengan kemampuannya melakukan penyesuaian baik itu mendekatkan diri dengan masyarakat menengah ke bawah di Jakarta, pun juga dengan kalangan menengah ke atas, Jokowi mampu menaklukkan ibukota. Tidak hanya itu, Jokowi juga diakui prestasinya sebagai pemenang ketiga penghargaan walikota terbaik tingkat dunia yang diselenggarakan oleh City Mayor Foundation. "Hal ini sudah bisa menjadi bukti bahwa belum berstatus Presiden saja Jokowi sudah mampu mendapatkan perhatian pihak internasional," demikian Endang Tirtana.
http://www.antaranews.com/berita/363...n-maju-pilpres
Tak Ada Skenario Jadikan Jokowi Capres
Sabtu, 16 Maret 2013 08:12 wib
JAKARTA - Nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) kembali disebut sebagai calon presiden (capres) saat pertemuan 7 Jenderal Purnawiraan TNI dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pengamat politik, Fajroel Rahman, mengatakan, apa yang dilakukan 7 Jenderal tersebut juga sudah dibuktikan berbagai survei kalau elektabilitas Jokowi berada di atas calon lain. "Tidak ada skenario apapun, karena memang dia pantas. dari dua survei yang terakhir posisi dia diatas dua puluh persen dan melewati semua senior, seperti Megawati, JK, dan Prabowo," kata Fajroel, kepada Okezone, Sabtu (16/3/2013).
Kata dia, pengusaha mebel itu berharap Jokowi maju dalam Pilpres 2014 mendatang, agar Indonesia kedepannya lebih baik lagi. "Buat saya itu sudah sangat positif. Dia harus maju kalau indonesia mau melakukan regenerasi kepemimpinan politik, tidak ada jalan lain dia harus maju. kalau tidak yang akan muncul adalah Capres jadul semua, yang tidak pas untuk perubahan zaman," tegasnya. Menurutnya, Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin yang lebih parsitipatif terhadap masyarakat. "Kepemimpinan dengan bergaya seperti Jokowi yang lebih memperhatikan kebutuhan publik. jadi ini sudah proses regenerasi kepemimpinan, kemudian juga proses perubahan dalam melihat kepemimpinan parsitipatif," tuturnya.
Lebih lanjut, Fajroel menjelaskan capres seperti Megawati, Prabowo dan Jusuf Kalla sudah tidak cocok lagi dalam memimpin Indonesia. "Mereka sudah tidak cocok dengan perubahan politik dan perubahan sosial sekarang ini. buat kita Capres jadul sudahlah, kalau mereka mau ke atas ya nanti di Dewan Pertimbangan Presiden sudah lebih dari cukup," tutupnya.
http://surabaya.okezone.com/read/201...-jokowi-capres
Jokowi Selalu Menjadi Cawapres Primadona Versi LSI
Minggu, 17 Maret 2013 15:01 wib
JAKARTA - Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menempatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon wakil presiden (cawapres) 2014 paling diminati. Mantan wali kota Solo itu mengalahkan tokoh-tokoh tenar lain seperti Jusuf Kalla, Hatta Rajasa, dan Mahfud MD. "Jokowi menjadi primadona cawapres," kata Peneliti LSI Adjie Alfaraby dalam konferensi pers bertema "Krisis Capres dan Cawapres Partai Islam. Siapakah Pasangan Capres dan Cawapres Terkuat Pemilu 2014?" di kantor LSI Rawamangun, Jakarta, Minggu (17/3/2013).
Adjie mengungkapkan bahwa Jokowi memperolehan suara 35,2 persen. Sedangkan JK menduduki peringkat kedua dengan 21,2 persen, kemudian diikuti oleh Hatta Rajasa 17,1 persen, Mahfud MD 15,1 persen, Suryadarma Ali 2,9 persen, Muhaimin Iskandar 2,2 persen dan Anis Matta 1,9 persen. "Jokowi dipilih karena popularitasnya tinggi," ujarnya. Lebih jauh, Adjie menjelaskan bahwa Jokowi akan keluar sebagai pemenang jika berpasangan dengan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie. Pasangan tersebut memperoleh dukungan sebesar 36 persen dan mengalahkan dua pasangan kuat lain yakni Megawati Soekarnoputri-Jusuf Kalla 22,9 persen dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa 10,1 persen. "Pasangan Aburizal Bakrie dan Jokowi memperoleh dukungan teratas karena hanya pasangan ini yang merupakan wajah baru," ucapnya.
Seperti diketahui, LSI menggelar survei nasional pada 1 sampai dengan 8 Maret 2013 di 33 Provinsi. Jumlah responden yang mereka wawancara sebanyak 1.200 orang dengan metode tatap muka menggunakan kuesioner. Margin of error dari kegiatan ilmiah tersebut kurang lebih 2,9 persen.
http://jogja.okezone.com/read/2013/0...dona-versi-lsi
----------------------
LSI sebuah lembaga survei yang suka menggiring opini publik untuk kepentingan "pemesannya", kelihatan sekali sangat bernafsu mau menyeret figur dan nama JOKOWI dalam peta persaingan Pilpres tahun depan. Ujung-ujungnya bisa "ditebak", bahwa "hasil survei'nya lembaga survei politik "wani piro" ini telah memenangkan Golkar dan Ical dalam surveinya. Selanjutnya si Ical mereka gatuk-gatukkan dengan Jokowi. Upaya seperti itu boleh-boleh saja dalam 'political game', tapi tentu rakyat tidaklah semudah itu mau digiring LSI dan Golkar.
Diseretnya nama Jokowi dalam bursa Pilpres 2014 tentulah dengan mudah bisa dibaca arahnya, yaitu hendak memecah belah suara pemilih, terutama terhadap Capres yang sudah mapan tapi elektibilitasnya rendah atau masih kontroversial seperti Ical, Megawati, Prabowo, Wiranto dan Hatta Radjasa. Skenarionya, kalau Jokowi berhasil mereka pancing sehingga bersedia menjadi wapres seorang calon Presiden dari parpol-parpol itu, selanjutnya tinggal menyebar issue bahwa DKI Jakarta akan dipimpin wni keturunan cina, Ahok. Nah, selanjutnya ente tahu sendiri, bagaimana ramainya perdebatan kalau Jokowi mundur karena mau nyapres, dan posisinya akan digantikan Koh Ahok untuk memimpin Ibukota Negara itu dalam suasana negeri ini sedang melakukan suksesi Kepemimpinan Nasional, yang biasanya gonjang-ganjing bila ada suksesi seperti itu, sejak zaman Mataram dulu.
Bila Jokowi berhasil mereka 'goal'kan sehingga menjadi figur Capres/Cawapres sebuah parpol dan koalisinya dalam bursa Pilpres 2014, maka secara strategis-politis jelas hal itu akan merusak 'balance of power'yang sudah ada, terutama di kalangan parpol peserta pemilu dan kelompok kepentingan (vested interest). Itu bisa berati positip, tapi bisa pula berati negatif, sebab tidak semua parpol, BSH dan kelompok kepentingan (vested interest) siap menghadapi realitas itu. Bisa saja kelompok-kelompok yang merasa dirugikan, akan mengambil jalan pintas dengan melakukan tindak 'balas dendam' dengan menciptakan kerusuhan atau konflik horizontal menjelang Pemilu atau Pilpres tahun depan itu. Makanya sangat bijak peringatan Puan Maharani dari PDIP yang saat ini "memiliki" Jokowi, jangan paksa mereka akhirnya mencapreskan Jokowi dalam bursa pilpres tahun depan. Jokowi dibiarkan dulu megurusi DKI Jakarta dulu, diperam untuk setidaknya 5 tahun lagi, baru di Pemilu dan Pilpres tahun 2019 kelak, dia dipersiapkan untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini
