Mantan presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, menyatakan dirinya sangat prihatin dengan skandal Biro Keamanan Nasional AS (NSA) yang memata-matai warga dengan alasan keamanan. Langkah ini, katanya, bisa menghasilkan suspensi demokrasi bagi negara yang mengaku paling demokratis itu.

"Demokrasi pada titik ini tak berfungsi di AS," katanya dalam sebuah acara yang disponsori oleh Atlantik Bruecke, sebuah asosiasi nirlaba untuk memajukan hubungan Jerman-AS hubungan di Atlanta.

Pernyataan Carter tidak muncul di media mainstream Amerika tetapi dilaporkan dari Atlanta oleh majalah Jerman, Der Spiegel. Cerita tidak muncul di bagian bahasa Inggris dari situs web Spiegel dan hanya tersedia dalam bahasa Jerman.

Presiden AS ke-39 juga mengatakan dia pesimis tentang keadaan dunia saat ini. Menurut Spiegel, ia mengaku "tidak ada alasan baginya untuk bersikap optimis pada saat ini."

Di antara perkembangan yang membuatnya tidak nyaman, Carter menyebutkan "jatuh Mesir di bawah kediktatoran militer". Sebagai presiden, Carter berhasil mengajak presiden Mesir saat itu, Anwar Sadat, dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin untuk menandatangani perjanjian perdamaian Camp David pada tahun 1979.

Carter mengatakan titik terang adalah "kemenangan teknologi modern," yang memungkinkan pemberontakan demokratis Arab Spring di Timur Tengah. Namun NSA, tulis Spiegel mengutip Carter, justru membahayakan perkembangan tersebut. "Platform internet utama AS seperti Google atau Facebook kehilangan kredibilitasnya di seluruh dunia," katanya.

SUMBERNYA