- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Soal Speaker Azan, Wamenag: Yang Terpenting Toleransi di Masyarakat


TS
jajang100
Soal Speaker Azan, Wamenag: Yang Terpenting Toleransi di Masyarakat
Jakarta - Kumandang azan menggunakan pengeras suara menjadi polemik. Menurut Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, bukan pengeras suara azan yang harus dipersoalkan. Namun yang terpenting adalah sikap toleransi dalam mempraktikkan syiar keagamaan di masyarakat.
"Di negara Timur Tengah pun sama, ada yang pakai pengeras suara ada yang hanya di dalam masjid. Di Inggris, azannya terdengar keluar, dan lonceng gereja pun terdengar keras dan itu tidak menjadi masalah," ujar Nasaruddin kepada detikramadan, Sabtu (20/7/2013).
Nasarudin mengajak pengurus masjid dan masyarakat untuk bertoleransi satu sama lain mengenai praktik azan. Dia memahami seruan yang dilakukan Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla agar pengurus masjid mengatur penggunaan pengeras suara untuk azan. Karena azan yang semestinya sebagai ajakan untuk salat justru dapat mengganggu ketenangan masyarakat hanya karena faktor pengeras suara yang berlebihan.
"Mungkin Pak JK punya pertimbangan bahwa mengumandangkan azan mengenakan pengeras suara itu dapat menggangu sekitar. Mungkin ada yang sakit, bayi baru lahir, ada yang bekerja di malam hari misalnya, dan mungkin ada juga yang butuh waktu untuk istirahat dan merasa terganggu dengan pengeras suara. Alasannya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Lebih khusyuk beribadah. Jadi bukan bermaksud melarang azan. Hal itu baik sepanjang itu disepakati semua pihak,"tuturnya.
Namun begitu, dia mengatakan belum ada aturan khusus yang mengatur azan di Indonesia. Masalah azan ini menurut Nasaruddin lebih baik diserahkan kepada masyarakat dan lingkungannya. Karena hal tersebut terkait toleransi.
"Karena sejatinya itu dikembalikan pada masyarakat itu sendiri, tergantung masjid dan lingkungan masjidnya. Mungkin ada yang terganggu, mungkin ada juga yang tidak bahkan mungkin justru senang mendengar lantunan ayat Allah di mana-mana, jadi itu merupakan hak asasi mereka secara umum," imbuhnya.
"Jangan kebangetan juga nggak mau dengar suara azan. Kadi bertoleransilah. Kalau saya pribadi di gang rumah saya ada dua masjid dan sering berbarengan memakai pengeras suara, tapi saya menikmati itu," pungkas Nasaruddin.
[url]http://ramadan.detik..com/read/2013/07/20/182201/2308952/631/soal-speaker-azan-wamenag-yang-terpenting-toleransi-di-masyarakat?r991101625[/url]
"Di negara Timur Tengah pun sama, ada yang pakai pengeras suara ada yang hanya di dalam masjid. Di Inggris, azannya terdengar keluar, dan lonceng gereja pun terdengar keras dan itu tidak menjadi masalah," ujar Nasaruddin kepada detikramadan, Sabtu (20/7/2013).
Nasarudin mengajak pengurus masjid dan masyarakat untuk bertoleransi satu sama lain mengenai praktik azan. Dia memahami seruan yang dilakukan Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla agar pengurus masjid mengatur penggunaan pengeras suara untuk azan. Karena azan yang semestinya sebagai ajakan untuk salat justru dapat mengganggu ketenangan masyarakat hanya karena faktor pengeras suara yang berlebihan.
"Mungkin Pak JK punya pertimbangan bahwa mengumandangkan azan mengenakan pengeras suara itu dapat menggangu sekitar. Mungkin ada yang sakit, bayi baru lahir, ada yang bekerja di malam hari misalnya, dan mungkin ada juga yang butuh waktu untuk istirahat dan merasa terganggu dengan pengeras suara. Alasannya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Lebih khusyuk beribadah. Jadi bukan bermaksud melarang azan. Hal itu baik sepanjang itu disepakati semua pihak,"tuturnya.
Namun begitu, dia mengatakan belum ada aturan khusus yang mengatur azan di Indonesia. Masalah azan ini menurut Nasaruddin lebih baik diserahkan kepada masyarakat dan lingkungannya. Karena hal tersebut terkait toleransi.
"Karena sejatinya itu dikembalikan pada masyarakat itu sendiri, tergantung masjid dan lingkungan masjidnya. Mungkin ada yang terganggu, mungkin ada juga yang tidak bahkan mungkin justru senang mendengar lantunan ayat Allah di mana-mana, jadi itu merupakan hak asasi mereka secara umum," imbuhnya.
"Jangan kebangetan juga nggak mau dengar suara azan. Kadi bertoleransilah. Kalau saya pribadi di gang rumah saya ada dua masjid dan sering berbarengan memakai pengeras suara, tapi saya menikmati itu," pungkas Nasaruddin.
[url]http://ramadan.detik..com/read/2013/07/20/182201/2308952/631/soal-speaker-azan-wamenag-yang-terpenting-toleransi-di-masyarakat?r991101625[/url]
0
1.4K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan