- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ancaman Air Teh dari TPA


TS
battencourt
Ancaman Air Teh dari TPA
No Repost
Quote:
Intro :

Lindi liar mengikuti sifat dasar air. Meresap dalam tanah dan menjadi cemaran air tanah dan lari dari bak penampungan untuk terjun bebas ke sungai
Cairan cokelat kehitaman terus saja menetes tak henti-hentinya dari tebing dengan arsitektur dari aneka macam bahan. Hembusan angin sepertinya tak mampu mengusir aroma tak sedap yang berputar seperti topan. Lalat-lalat obesitas masih saja bermanuver di sela-sela gundukan kotoran sapi. Bangau putih terbang menutupi langit atas dan kepakan sayapnya seperti angin ribut, dibawahnya saya dan sapi nampak terbengong sambil menengadah. Senyum pahit pemulung sepeti tajamnya bayam duri yang tumbuh liar dan ketangguhan pundak mereka layaknya krokot yang tetep alot mencenkeram tanah diatas plastik.Raungan eskavator beradu dengan truk-truk pengangkut sampah yang tak kenal lelah mengantar perbuatan manusia yang kadang sudah tak ramah.Mata saya terkesima dengan mata air tepat di atas tumpukan sampah setinggi lebih dari 5m. Terbayangkan jika terjadi longsor, maka dijamin tak akan keluar hidup-hidup yang pasti akan keluar di koran atau berita di televisi. Tetesan-tetesan dari ujung runcing itu jatuh dan terkumpul membentuk aliran mirip sungai kopi yang tak kental. Gelas ukur dan arloji di padukan untuk mengukur berapa banyak yang tertampung. 90-100ml per 10 detik, angka yang fantastis untuk selokan sekecil itu. Di bawah sana tak lagi selokan, namun sungai lindi.Krokot (Portulaca oleracea L.) nampak menempel kuat di sela-sela tumpukan sampah.
Lindi atau leachate adalah teh sampah. Timbunan sampah akan terombak menjadi materi-materi yang lebih sederhana. Materi yang berubah jadi gas akan segera menguap, yang padat akan tertumpuk dan yang berbentuk cair akan mengalir lewat tetesan. Bisa di bayangkan, ada jus aneka sampah mengalir 10ml/detik. Namanya juga sampah, dari bahan yang ramah lingkungan hingga yang jahat seperti limbah beracun dan berbahaya tumpah ruah bahkan melimpah disini.
TPA Jatibarang-Semarang, salah satu TPA di Indonesia. Di sinilah tempat pembuangan sampah terakhir, dan entah akan berakhir dimana. Yang pasti biogeokimia itu ada, dari manusia, oleh manusia dan akan kembali pada manusia, tetapi manusia yang mana itu sangat acak. Para pemulung memberikan kontribusi untuk mengurangi masa sampah. Mereka mengambil sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomi untuk di daur ulang kembali. Di sekitar TPA ada juga perusahaan yang memanfaatkan sampah sebagai pupuk organik yakni dengan pengomposan. Sapi tak mau kalah, dengan sigap bisa memilah dan memilih sampah untuk dikonsumsinya.

Bangau itu terbang dengan leluasanya seperti sapi-sapi yang sedang memilah dan memilih sampah untuk dimakannya
Bagaimana dengan sampah-sampah yang tak memiliki ekonomi yang nyaris pemulung, pembuat pupuk, dan sapi enggan untuk menyentuhnya. Masih ada yang memiliki kontribusi dalam upaya mengonsumsi sampah ini untuk dimanfaatkan kembali. Alga dan bakteri adalah barisan terakhir yang siap menampung sampah-sampah ini. Bentuk mereka yang kecil, tak mungkin akan makan plastik, kardus, sofa, kulkas bekas, tetapi mereka cukup minum sari pati dari sampah yakni lindi.
Bakteri dan alga sepertinya sangat menyukai lindi. Teh sampah ini memiliki komposisi materi organik yang nutritif bagi 2 mahluk tak kasat mata ini. Organisme ini memakan materi-materi organik untuk tetap bertahan hidup. Mereka adalah mahluk perkasa yang mampu hidup dalam lingkungan ekstrim. Lingkungan yang tak sehat menurut manusia, tetapi surga menurut mereka.

Alga yang terpotret dari air lindi. Mereka adalah mahluk yang hidup dalam lingkungan ekstrem yang membangtu dalam mengolah sampah
Materi-materi yang larut dalam lindi sebagian besar adalah amonium, yakni hasil dari perombakan protein. Amoniak memberikan kontribusi yang besar dalam lindi, dan jika tidak di atasi akan berbahaya bagi lingkungan. Beban berat ada dipundak alga, bagaimana memakan amonium ini untuk pembentukan individu baru (protein sel tunggal). Tugas bakteri tak kalah pentingnya, karena kepiawainnya memutus ikatan-ikatan dari bahan-bahan beracun dan berbahaya.

Bioteknologi pengolahan limbah cair hanya sebagian kecil dari solusi mengatasi pencemaran. Solusi yang bagus adalah sikap ramah manusia dalam mengelola sampahnya
Bak-bak penampungan dan pengolahan untuk lindi yang perhari bisa menghasilkan 3 600liter teh sampah. Di bawah ada sungai kreo yang siap menyarukan teh sampah ini lewat pengenceran, dan jauh dibawah sana perusahaan air minum siap mengolah untuk disalurkan pada pelanggan. Sifat fisik air yang meresap melalaui celah kecil dan mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah juga harus mendapat perhatian. Tidak semua lindi masuk dalam bak-bak pengolahan. Lindi-lindi liar ini bisa saja merembes dalam tanah dan mencemari air tanah. Bersiap-siap saja sumur-sumur yang letaknya dibawahnya untuk menerima kado dari TPA. Lindi di permukaan tak kalah liarnya, saat jalannya sudah tak lagi masuk dalam pipa pengolahan akan masuk dalam sungai. Inilah yang di takutkan, sebab lindi belum masuk dalam perlakuan dan mahluk kasat mata belum bekerja, lindi sudah kabur duluan.

Jika TPA ini ditutup, mau dibawah kemana sampah-sampah kota Semarang. Andaikata di tutup butuh waktu 100tahun agar pulih seperti sedia kala, kata ahli
Menurut para ahlin, andaikata TPA ini ditutup sekarang, maka 100tahun masih terasa dampak dari timbunan sampah ini. Jika tidak dari masing-masing individu mulai bijak mengelola sampahnya sendiri-sendiri maka cepat atau lambat ancaman itu akan menghampiri. Bioteknologi pengolahan air limbah bisa saja menjadi solusi, tetapi tetap memiliki keterbatasan begitu juga dengan 2 mahluk tak kasat mata itu. Siapa yang bisa mengatasi kalau bukan sumber sampah itu sendiri, yakni manusia.
Diubah oleh battencourt 19-07-2013 11:11
0
1.7K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan