- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Travellers
Info: Supaya Bayi Tak Rewel di Pesawat
TS
noviaputrii
Info: Supaya Bayi Tak Rewel di Pesawat
Quote:
aku rasa artikel ini cocok bila ditaruh disini, soalnya berguna juga untuk agan yang travel sambil membawa bayi kalaupun salah bilang ya
Quote:
Gangguan di telinga, menurut dokter Darmawan B. Setyanto, adalah kondisi yang wajar terjadi di dalam pesawat udara. Tapi gangguan telinga pada bayi saat terbang sulit diatasi. Karena otot motorik bayi masih dalam perkembangan. "Biasa kalau bayi suka nangis dan tidak bisa ditenangkan menjelang pesawat take off atau landing itu karena gangguan telinga," kata dokter dari Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Gangguan dipicu perbedaan tekanan udara antara sisi bagian luar dan sisi bagian dalam telinga saat manusia berada dalam perbedaan ketinggian di waktu yang cepat. Situasi yang sama terjadi saat posisi pesawat lepas landas (takeoff) dan mendarat (landing). Pergantian tekanan udara yang cepat antara kabin dan telinga bagian dalam akan mendorong gendang telinga ke arah luar. "Itu terasa sakit," kata Darmawan. Efeknya adalah tidak bisa mendengar sementara waktu.
Mengatasinya sebenarnya cukup mudah, yaitu membuat keseimbangan antara sisi bagian dalam sisi luar telinga, lewat saluran eustachius. Saluran ini menghubungkan rongga telinga bagian tengah dengan rongga mulut. "Saluran ini akan terbuka saat melakukan gerakan menelan, makanya di pesawat suka dibagikan permen," ujar Darmawan.
Bila eustachius sudah terbuka, keseimbangan kembali normal, dari yang tadinya merasa "budeg" sesaat, akan bisa mendengar penuh. Pada bayi yang sehat, tidak akan ada masalah untuk membuat saluran eustachius terbuka. Bisa dengan memberinya air susu ibu, dot, atau makanan lembut yang membuatnya melakukan gerakan menelan.
Tapi, Darmawan menambahkan, bayi yang menderita salesma (penyakit batuk, pilek, dan demam), bagian telinga dan hidungnya mengalami peradangan. Jadi, saluran eustachius-nya tidak berfungsi. "Kalau anak-anak mengalami salesma, akan sakit sekali saat mengalami perbedaan tekanan," ujar dia.
Maka Darmawan tak menyarankan orang tua mengajak bayi naik pesawat jika salesma datang. Dengan kondisi yang lemah itu, si kecil semakin berisiko tertular virus dan bakteri dengan kontak langsung bersama banyak orang. "Ini tidak hanya berlaku untuk pesawat saja, sih, tapi juga ke tempat umum atau pertemuan keluarga," kata dia.
Di luar kondisi fisik di atas, bayi aman dibawa dalam perjalanan dengan pesawat. Darmawan menambahkan, tidak ada aturan khusus bayi boleh berada di kapal terbang. Yang muncul adalah aturan tiket. Tiap maskapai mempunyai kebijakan yang berbeda soal ini. Ada yang membebaskan, ada yang menetapkan batas umur. "Secara umum, makin muda usia bayi, makin berisiko terhadap paparan infeksi," kata dia.
Infeksi bisa diwaspadai dengan mempersiapkan kesehatan bayi sebelum berangkat. Ketika di pesawat, unsur keselamatan dan keamanan perlu menjadi perhatian. Menurut Darmawan, ada anggapan bahwa bayi di bawah 2 tahun cukup dipangku orang tua. "Ada kajian yang menyatakan memangku menghadapkan risiko bayi mengalami trauma kalau turbulensi," ujar dia. Sebab, rata-rata orang tua yang memangku bayi pun kaget dan refleks bayi terlepas dari genggamannya dan bisa terlempar.
Bayi pun, ia melanjutkan, harus memakai sabuk pengaman. Khusus untuk ini, karena sabuk di pesawat untuk berat badan minimal 22 kilogram, perlu ada tempat duduk sendiri. "Seperti kalau membawa bayi di mobil itu lho," Darmawan mencontohkan.
1. Orang tua tetap tenang
Dalam kondisi apa pun, orang tua harus tenang. Orang tua yang stres akan berpengaruh terhadap bayi. Meski belum bisa bicara jelas, bayi bisa merasakan kondisi psikis orang tuanya yang berefek bayi menjadi rewel.
2. Pilih rute langsung
Jika tujuan Anda jauh, pilihlah rute yang meminimalkan transit atau transfer pesawat. Sebab, masalah menunggu dan ganti pesawat akan menyebabkan bayi dan tentunya orang tuanya stres.
3. Jangan buat bayi terlalu kenyang
Bayi yang terlalu penuh isi perutnya akan melakukan banyak aktivitas metabolisme selama perjalanan. Akibatnya, bayi bisa mengalami mabuk di udara.
4. Pastikan kondisi bayi bersih dan nyaman
Jangan biarkan popok bayi penuh.
Gangguan dipicu perbedaan tekanan udara antara sisi bagian luar dan sisi bagian dalam telinga saat manusia berada dalam perbedaan ketinggian di waktu yang cepat. Situasi yang sama terjadi saat posisi pesawat lepas landas (takeoff) dan mendarat (landing). Pergantian tekanan udara yang cepat antara kabin dan telinga bagian dalam akan mendorong gendang telinga ke arah luar. "Itu terasa sakit," kata Darmawan. Efeknya adalah tidak bisa mendengar sementara waktu.
Mengatasinya sebenarnya cukup mudah, yaitu membuat keseimbangan antara sisi bagian dalam sisi luar telinga, lewat saluran eustachius. Saluran ini menghubungkan rongga telinga bagian tengah dengan rongga mulut. "Saluran ini akan terbuka saat melakukan gerakan menelan, makanya di pesawat suka dibagikan permen," ujar Darmawan.
Bila eustachius sudah terbuka, keseimbangan kembali normal, dari yang tadinya merasa "budeg" sesaat, akan bisa mendengar penuh. Pada bayi yang sehat, tidak akan ada masalah untuk membuat saluran eustachius terbuka. Bisa dengan memberinya air susu ibu, dot, atau makanan lembut yang membuatnya melakukan gerakan menelan.
Tapi, Darmawan menambahkan, bayi yang menderita salesma (penyakit batuk, pilek, dan demam), bagian telinga dan hidungnya mengalami peradangan. Jadi, saluran eustachius-nya tidak berfungsi. "Kalau anak-anak mengalami salesma, akan sakit sekali saat mengalami perbedaan tekanan," ujar dia.
Maka Darmawan tak menyarankan orang tua mengajak bayi naik pesawat jika salesma datang. Dengan kondisi yang lemah itu, si kecil semakin berisiko tertular virus dan bakteri dengan kontak langsung bersama banyak orang. "Ini tidak hanya berlaku untuk pesawat saja, sih, tapi juga ke tempat umum atau pertemuan keluarga," kata dia.
Di luar kondisi fisik di atas, bayi aman dibawa dalam perjalanan dengan pesawat. Darmawan menambahkan, tidak ada aturan khusus bayi boleh berada di kapal terbang. Yang muncul adalah aturan tiket. Tiap maskapai mempunyai kebijakan yang berbeda soal ini. Ada yang membebaskan, ada yang menetapkan batas umur. "Secara umum, makin muda usia bayi, makin berisiko terhadap paparan infeksi," kata dia.
Infeksi bisa diwaspadai dengan mempersiapkan kesehatan bayi sebelum berangkat. Ketika di pesawat, unsur keselamatan dan keamanan perlu menjadi perhatian. Menurut Darmawan, ada anggapan bahwa bayi di bawah 2 tahun cukup dipangku orang tua. "Ada kajian yang menyatakan memangku menghadapkan risiko bayi mengalami trauma kalau turbulensi," ujar dia. Sebab, rata-rata orang tua yang memangku bayi pun kaget dan refleks bayi terlepas dari genggamannya dan bisa terlempar.
Bayi pun, ia melanjutkan, harus memakai sabuk pengaman. Khusus untuk ini, karena sabuk di pesawat untuk berat badan minimal 22 kilogram, perlu ada tempat duduk sendiri. "Seperti kalau membawa bayi di mobil itu lho," Darmawan mencontohkan.
1. Orang tua tetap tenang
Dalam kondisi apa pun, orang tua harus tenang. Orang tua yang stres akan berpengaruh terhadap bayi. Meski belum bisa bicara jelas, bayi bisa merasakan kondisi psikis orang tuanya yang berefek bayi menjadi rewel.
2. Pilih rute langsung
Jika tujuan Anda jauh, pilihlah rute yang meminimalkan transit atau transfer pesawat. Sebab, masalah menunggu dan ganti pesawat akan menyebabkan bayi dan tentunya orang tuanya stres.
3. Jangan buat bayi terlalu kenyang
Bayi yang terlalu penuh isi perutnya akan melakukan banyak aktivitas metabolisme selama perjalanan. Akibatnya, bayi bisa mengalami mabuk di udara.
4. Pastikan kondisi bayi bersih dan nyaman
Jangan biarkan popok bayi penuh.
sumber: TEMPO
semoga bermanfaat bagi agan-agan ya
0
2.8K
Kutip
8
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan