Kaskus

Entertainment

pringaspringisAvatar border
TS
pringaspringis
[BBM Competiton] Akhirnya Aku Memaafkannya...
[BBM Competiton] Akhirnya Aku Memaafkannya...

Butuh waktu lama bagi seseorang untuk menghapus luka. Meski bertahun telah berlalu, meski berkali ucapan maaf dilontarkan olehnya, aku tak paham, hatiku belum benar-benar ikhlas memaafkannya. Luka itu terlalu dalam, terlampau dalam untuk dihapus dengan beberapa kata maaf saja.

Benar kata orang, seseorang yang dapat memberikanmu kebahagiaan, juga dapat memberikanmu kesedihan. Dan ini tentang sebuah kisah cinta masa lalu.

Ketika itu aku masih menjadi mahasiswa Matematika ITB. Usiaku masih belum genap 18 tahun. Pergaulanku di dunia maya, di sebuah forum diskusi membuatku mengenal seorang perempuan. Sebut saja dia Dini. Usianya terpaut lebih muda 1 tahun dariku. Dia masih duduk di bangku SMA. Di Sukabumi. Interaksi kami di forum atau di beberapa kesempatan chattingmembuatku berkesimpulan, dia adalah pribadi yang menarik. Senyumnya yang unik, dan peringainya yang tak memiliki intrik membuatku terpikat. Ya, aku suka padanya...

Tapi ketertarikan itu masih dalam batas kontrol, tidak diumbar. Aku masih menjadi diriku yang cuek, tampak tidak pernah serius, belum lagi bila dilihat ada beberapa teman perempuan lain yang memiliki kedekatan komunikasi denganku. Aku harus benar-benar berpikir dan merasakan, mengidentifikasi, kepada siapa sebenarnya hatiku berlabuh. Bukan hanya perasaan sesaat saja...

Kesibukan di kuliah dan ospek jurusan saat itu memang membuatku tidak sempat online. Ponsel yang dilarang dipakai selama osjur, membuat aku tidak pernah mengirim SMS kepadanya. Bakda itu, dalam perjalanan pulang dari osjur, aku mengaktifkan ponsel kembali. Pesan singkat darinya masuk satu per satu. Mulai dari menanyakan kabar sampai pertanyaan lain yang membuat hatiku berdebar, "Kakak sadar nggak sih, Dini itu mau jadi satu-satunya bidadari buat kakak?!"

Seketika aku luluh, menelponnya, menanyakan kebenarannya, dan officialy, kami jadian...

Jangan bayangkan di Bandung, gaya pacarannya akan aneh-aneh. Belum pernah kusentuh dia sekali pun. Belum saatnya. Nanti, jika sudah muhrim, segalanya pasti akan terasa lebih indah. Alasan kedua, bagi kantong mahasiswa, Bandung-Sukabumi cukup jauh untuk bertemu. Dan kami hanya 2 kali bertemu.setelah itu. Pertama, pada saat kakaknya wisuda di Sabuga. Aku menemaninya menunggu di luar gedung. Berfoto. Makan di warung Salman. Lalu malu-malu mencuri pandang. Kamu tahu, inilah cinta. Kedua, kami bertemu, hanya dalam tatapan mata. Alasannya, ada acara kopi darat forum. Perempuan dan laki-laki dipisahkan. Dan kami berdua masih malu-malu menunjukkan perasaan, apalagi saat itu bulan Ramadhan. Segala kata yang sangat ingin diucapkan tertahan dan hanya dapat disalurkan lewat SMS.

Medio itu, pulsa masih mahal. Dan aku bukan orang yang cukup kaya untuk punya banyak pulsa. Sehingga intensitas komunikasi hanya lewat SMS dan itu pun hanya 1-2x sehari. Meskipun demikian, perasaan itu tetap indah. Hubungan itu tetap terjaga. Kepada teman-teman perempuanku, aku katakan sudah memiliki pacar. Mereka pun menjauh...

Namun, keindahan itu tidak bertahan terlalu lama. Bakda Idul Fitri, ketika aku sedang mudik ke Palembang, tiba-tiba dia menelepon, mengabarkan ketika shalat Idul Fitri, ada seorang lelaki menemui dia dan keluarganya. Lelaki itu anak teman ayahnya. Dan lelaki itu melamarnya.

Pikirku, saat itu dia hanya cerita. Tidak mungkin menerima pria yang usianya terpaut jauh, sekitar 7 tahun lebih tua darinya. Itu sama saja menikahi Om-om. Aku jawab saja, "Aku percaya padamu. Kau tidak akan kemana-mana, bukan?" Tapi dia menjawab, "Biarkan aku berpikir dalam satu minggu ini..."

Saat itu aku merasa cukup percaya diri dengan keadaanku. Muda, pintar, setia, prospektif, siapa yang mau meninggalkan lelaki macam aku? emoticon-Ngakak

Tapi satu minggu kemudian dia mengirimkan SMS, isinya:
"Kakak, Dini punya dua kabar buat kakak. Ada kabar baik dan buruk. Kabar baiknya, akan ada bidadari yang lebih indah buat kakak. Dan maaf, kabar buruknya, Dini harus meninggalkan Kakak... Dini menerima dia..."

Kabar itu tentunya meruntuhkan segalanya. Pikiran dan keimanan. Libur lebaran yang cuma beberapa hari itu membuat aku masih belum bisa mengembalikan pikiranku pada tempatnya. Segalanya masih tentang Dini. UAS-ku pun berantakan. Aku tidak bisa konsentrasi. Nilaiku yang pada saat UTS rata-rata di atas 70, maksimal hanya mendapat 40 di UAS. IPku semester itu pun hanya 2,19. Parah....

Dia tidak menjawab pertanyaan-pertanyaanku lagi setelah itu. Aku benar-benar marah dan tidak terima. Setidaknya, untuk mengungkapkan hal seperti ini jangan cuma lewat SMS. Harga diriku sebagai lelaki pun terlukai....

Setelah itu aku tidak pernah masuk kuliah. Punya pacar hanya untuk balas dendam, menyakiti perempuan mana saja. Dan sampai pada kondisi aku harus terDrop Out dari ITB. Ini sangat memalukan... Undangan pernikahannya aku robek-robek, surat-surat yang dikirimkannya selama pacaran pun aku bakar. Tapi ada satu fotonya yang tidak bisa aku hapus, dan masih tersimpan di blogku. Anehnya di bawah foto itu pernah kutlis sebuah puisi, modifikasi puisi Ibnu Adam Avicena. Begini bunyinya:

Quote:


Membacanya aku menangis. termasuk ketika pula harus kutinggalkan Bandung dan cita-citaku menjadi dosen Matematika. Cinta bisa membangun seseorang menjadi lebih baik, tapi juga bisa menghancurkan seseorang ke titik terbawah.

Ketika Facebook mulai populer, dan kami punya akun masing-masing, dia menambahkan aku sebagai teman. Pas itu, dia baru melahirkan anak pertamanya. Dia mengetag foto bayi anaknya itu. Bertambah sakit hatiku. Entah kenapa.

Aku berusaha melupakan sakit hati itu. Tapi sebagaimana paku, bila sudah pernah ditusukkan pada kayu. Meski sudah dicabut paku itu, masih terdapat bekas di kayu tersebut. Begitulah hatiku yang tak dapat menghilangkan bekas itu.

Baru sekitar 2 tahun lalu, April, ketika dia berulang tahun dan aku menulis selamat di dindingnya... Tiba-tiba ada SMS masuk, "Boleh aku telepon kakak?" Aku tidak tahu itu nomor siapa sampai ketika telepon masuk, kuangkat, aku masih mengenali suaranya. "Kakak, apa kabar?"

Hatiku deg-degan lagi. "Apa kakak sudah memaafkanku?" tanyanya lagi.
Aku belum menjawab.. "Kenapa kamu tidak memilihku?" aku balik bertanya.
Suara di seberang sana pun berkata, "Karena kakak tidak pernah serius..."
Aku menjawab, "Tahu dari mana aku tidak serius?"
Dia kembali berkata, "Suatu hari kakak pernah bilang kakak sakit. Dini sudah khawatir banget. Tapi kakak malah ketawa-tawa..."

Aku mengingat kejadian itu dan memang aku tidak mau membuat seseorang khawatir karena aku. Biarlah aku tanggung sendiri. "Hmm, kamu belum memahami kakak ternyata... Sudahlah." Aku diam sejenak sebelum kembali bertanya, "Apa kamu bahagia sekarang?"

Terdengar ekspresinya yang hapal di kepalaku, semangatnya ketika mengatakan, "Aku bahagia, Kak. Dan aku harap kakak di sana juga bahagia... Kakak sudah memaafkanku kan?"

Pada hari itulah setidaknya aku bilang, "Iya, aku maafkan...."

Rasanya beban bertahun-tahun yang tersimpan di hati hilang seketika. Lega. Setelah itu kami masih berteman baik, sampai kini. Bahkan dia membeli daganganku, cincin mutiara. Meski bermasalah. Ya, entah kenapa sudah berkali-kali dikirim, diganti barangnya, ukurannya tidak pernah pas. Aku pun berkata kepadanya, "Mungkin kita memang hanya boleh memberikan cincin untuk seorang perempuan, Din...." Sebagai dalih penjual... emoticon-Ngakak


NB:
Apakah ini seperti fiksi? Kalau tidak percaya bisa dikonfirmasi kebenaranya....

"Cerita yang saya posting disini berasal dari pengalaman saya sendiri: Pringadi Abdi Surya, tidak melanggar hak cipta pihak manapun dan diperbolehkan untuk dipublikasikan di Forum KASKUS".

[BBM Competiton] Akhirnya Aku Memaafkannya...
Diubah oleh pringaspringis 18-07-2013 08:46
0
2.1K
24
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan