- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
YDSP "payungi" 100 Marga Tionghoa di Bandung


TS
zhouxian
YDSP "payungi" 100 Marga Tionghoa di Bandung
Jia Xiang - Tidak mudah memayungi 100 marga yang ada di Kota Bandung, Jawa Barat, dalam satu wadah. Banyak hal yang harus menjadi perhatian, sebab marga-marga itu memiliki kepentingan yang belum tentu sama satu dengan lainnya.
Tetapi yang pasti, wadah bagi 100 marga itu adalah Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) yang didirikan oleh Li Xiang Sheng tahun 1976. Sebetulnya, mengelola YDSP yang memayungi 100 marga keturunan Tionghoa di Indonesia tidaklah rumit, namun tidak pula mudah. Bila tidak terkoordinasi dengan baik, bukan hanya kesalapahaman bakal terjadi, namun bisa menimbulkan gesekan.
Karena itu, pengurus YDSP memiliki kiat sendiri dalam mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan mereka. Kini YDSP tengah menggelar pemilihan kepengurusan baru yang ke-13.
Sudah sejak tiga bulan lalu, YDSP menggelar proses penjaringan kepengurusan baru periode ke-13.
Sejak didirikan, YDSP sudah dipimpin oleh enam orang. Pada tahun 1978-1984, Li Xiang Sheng sebagai pendiri yayasan, menjabat ketua pertama selama tiga periode. Ia kemudian digantikan Wu Shi You, selama dua periode (1984-1987).
Dua periode berikutnya, dipimpin Chen Fu Sheng (1987-1993). Lalu periode tahun 1993-1996, Liang Ba Xiu dipercaya sebagai ketua. Kemudian digantikan Li Guan Han yang menjabat dua periode (1996-2002). Selanjutnya, tampuk pimpinan YDSP dipegang Li Zhen Jian tahun 2002 hingga sekarang.
Bulan Maret, panitia kecil yang dipimpin Wong Tjandra Lesmana membuka pendaftaran calon pengurus yang direkrut dari setiap marga. Marga-marga itu masing-masing mengirim empat orang. Bulan April, proses perkenalan, dan Mei sosialisasi pemilihan.
Puncaknya, Minggu (2/6/13), pemilihan calon pengurus. Dan diikuti pengumuman hasil pemilihan untuk 40 kursi pengurus. Tercatat 104 kandidat, namun yang berhak dipilih dan memberikan hak suara hanya 95 orang.
“Setiap marga mengirimkan empat wakilnya, baik marga yang memiliki warga terbanyak, maupun terkecil. Perwakilan marga yang sudah terdaftar itu berhak dipilih dan memilih. Satu orang mempunyai 40 hak suara yang akan diberikan kepada 95 kandidat. Mereka bebas memberikan suara satu saja dari 40 hak suara yang dimiliki,” kata Felix Raozen, Panitia Pemilihan Pengurus YDSP.
Dalam pemilihan kali ini, dari 100 marga hanya 35 yang mengirimkan kandidat. Jumlah ini lebih baik dibanding sebelumnya, terutama setelah ada kebijakan kaderisasi pengurus YDSP, sehingga daftar kandidat pun diwarnai wajah-wajah muda.
Cara seperti itu, kata Felix, sudah berlangsung sejak awal. Hanya saja, setiap pemilihan selalu diadakan perbaikan sistem. Upaya itu dianggap ampuh mewakili suara marga di Bandung, sehingga tidak ada yang merasa dikucilkan.
Untuk menjadi pengurus, tambah Felix, persyaratannya tidak sulit. Selain direkomendasikan marganya, juga harus mau bekerja, meluangkan waktu, tenaga dan dana bagi kelangsungan organisasi.
”Calon pengurus tidak dipilih berdasarkan pangkat, jabatan, usia, agama maupun jenis kelamin. Mereka harus orang yang berdedikasi tinggi untuk organisasi dan 100 marga yang ada,” katanya sambil menambahkan, jabatan ketua dan pengurus tidak atas dasar garis keturunan pendiri YDSP, dan yayasan ini bukan milik perorangan atau keluarga.
Namun, pemilihan kali ini masih didominasi wajah-wajah lama. Nama Herman Widjaja atau Li Zhen Jian yang sudah dua periode menjadi ketua, kemungkinan masih bertahan di posisi ketua.
Herman , putra bungsu pendiri YDSP, berharap lima tahun ke depan ada calon pemimpin baru yang menggantikannya. [JX/Sas/E4]
http://jia-xiang.biz/read/ydsp-payun...hoa-di-bandung
lengkap ya marga tionghoa di bandung
Tetapi yang pasti, wadah bagi 100 marga itu adalah Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) yang didirikan oleh Li Xiang Sheng tahun 1976. Sebetulnya, mengelola YDSP yang memayungi 100 marga keturunan Tionghoa di Indonesia tidaklah rumit, namun tidak pula mudah. Bila tidak terkoordinasi dengan baik, bukan hanya kesalapahaman bakal terjadi, namun bisa menimbulkan gesekan.
Karena itu, pengurus YDSP memiliki kiat sendiri dalam mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan mereka. Kini YDSP tengah menggelar pemilihan kepengurusan baru yang ke-13.
Sudah sejak tiga bulan lalu, YDSP menggelar proses penjaringan kepengurusan baru periode ke-13.
Sejak didirikan, YDSP sudah dipimpin oleh enam orang. Pada tahun 1978-1984, Li Xiang Sheng sebagai pendiri yayasan, menjabat ketua pertama selama tiga periode. Ia kemudian digantikan Wu Shi You, selama dua periode (1984-1987).
Dua periode berikutnya, dipimpin Chen Fu Sheng (1987-1993). Lalu periode tahun 1993-1996, Liang Ba Xiu dipercaya sebagai ketua. Kemudian digantikan Li Guan Han yang menjabat dua periode (1996-2002). Selanjutnya, tampuk pimpinan YDSP dipegang Li Zhen Jian tahun 2002 hingga sekarang.
Bulan Maret, panitia kecil yang dipimpin Wong Tjandra Lesmana membuka pendaftaran calon pengurus yang direkrut dari setiap marga. Marga-marga itu masing-masing mengirim empat orang. Bulan April, proses perkenalan, dan Mei sosialisasi pemilihan.
Puncaknya, Minggu (2/6/13), pemilihan calon pengurus. Dan diikuti pengumuman hasil pemilihan untuk 40 kursi pengurus. Tercatat 104 kandidat, namun yang berhak dipilih dan memberikan hak suara hanya 95 orang.
“Setiap marga mengirimkan empat wakilnya, baik marga yang memiliki warga terbanyak, maupun terkecil. Perwakilan marga yang sudah terdaftar itu berhak dipilih dan memilih. Satu orang mempunyai 40 hak suara yang akan diberikan kepada 95 kandidat. Mereka bebas memberikan suara satu saja dari 40 hak suara yang dimiliki,” kata Felix Raozen, Panitia Pemilihan Pengurus YDSP.
Dalam pemilihan kali ini, dari 100 marga hanya 35 yang mengirimkan kandidat. Jumlah ini lebih baik dibanding sebelumnya, terutama setelah ada kebijakan kaderisasi pengurus YDSP, sehingga daftar kandidat pun diwarnai wajah-wajah muda.
Cara seperti itu, kata Felix, sudah berlangsung sejak awal. Hanya saja, setiap pemilihan selalu diadakan perbaikan sistem. Upaya itu dianggap ampuh mewakili suara marga di Bandung, sehingga tidak ada yang merasa dikucilkan.
Untuk menjadi pengurus, tambah Felix, persyaratannya tidak sulit. Selain direkomendasikan marganya, juga harus mau bekerja, meluangkan waktu, tenaga dan dana bagi kelangsungan organisasi.
”Calon pengurus tidak dipilih berdasarkan pangkat, jabatan, usia, agama maupun jenis kelamin. Mereka harus orang yang berdedikasi tinggi untuk organisasi dan 100 marga yang ada,” katanya sambil menambahkan, jabatan ketua dan pengurus tidak atas dasar garis keturunan pendiri YDSP, dan yayasan ini bukan milik perorangan atau keluarga.
Namun, pemilihan kali ini masih didominasi wajah-wajah lama. Nama Herman Widjaja atau Li Zhen Jian yang sudah dua periode menjadi ketua, kemungkinan masih bertahan di posisi ketua.
Herman , putra bungsu pendiri YDSP, berharap lima tahun ke depan ada calon pemimpin baru yang menggantikannya. [JX/Sas/E4]
http://jia-xiang.biz/read/ydsp-payun...hoa-di-bandung
lengkap ya marga tionghoa di bandung
0
1.9K
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan