- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
60 Tahun Sudah Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir (1953 M – 2013 M)


TS
fax.must.die.v2
60 Tahun Sudah Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir (1953 M – 2013 M)
60 Tahun Sudah Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir (1953 M – 2013 M)

Tak terasa sudah kurang lebih 60 tahun Hizbut Tahrir berkiprah di medan dakwah sejak kali pertama didirikan oleh al-Imam al-’Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah pada 1953, sekaligus beliau sebagai amir pertama hizbut tahrir. Beliau banyak melakukan perjalanan guna untuk mendakwahkan Khilafah Islam.Perjalanan terakhir beliau terjadi sebelum beliau wafat ketika beliau ditangkap di perbatasan Irak dengan Suria.
Beliau ditahan tidak lama setelah adanya kampanye besar-besaran penangkapan terhadap para anggota Hizbut Tahrir di Irak. Namun para penguasa tidak mengetahui bahwa beliau adalah Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani pemimpin Hizbut Tahrir. Beliau disiksa dengan siksaan yang keras hingga beliau tidak mampu lagi berdiri karena banyaknya siksaan. Bahkan beliau merupakan tahanan terakhir di antara tahanan Hizbut Tahrir yang mereka bantu untuk berdiri ketika dikembalikan ke penjara. Beliau terus-menerus mendapatkan siksaan hingga beliau mengalami kelumpuhan setengah badan (hemiplegia).
Penyiksaan yang dilakukan oleh intelijen yang menangkap beliau tidak berhasil mengorek keterangan dari beliau hatta nama beliau saja karena beliau juga tidak membawa dokumen satupun. Kata-kata yang beliau ucapkan untuk menjelaskan diri beliau setiap kali ditanya adalah “syeikh yabhatsu ‘an ‘ilâj (orang tua yang mencari solusi)”. Maka para anggota intelijen yang menangkap beliau akhirnya merasa iba dan mendeportasi beliau melalui perbatasan Suria dalam keadaan tangan beliau terkelupas dagingnya karena siksaan yang begitu kuat dan kejamnya siksaan yang dilakukan oleh para thaghut. Pendeportasian beliau melalui perbatasan Irak-Suria terjadi sebelum intilijen Yordania datang dan memberitahu bahwa orang yang mereka tangkap adalah Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani yang mereka cari, tetapi mereka datang setelah kesempatan itu hilang.
Kemudian beliau segera ke Lebanon. Di Lebanon beliau mengalami kelumpuhan pada otak. Tidak lama kemudian beliau dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan nama samaran. Dan di rumah sakit inilah Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullahu wa ta’ala wafat. Beliau dikebumikan di pekuburan asy-Syuhada di Hirsy Beirut di bawah pengawasan yang sangat ketat, dan dihadiri hanya sedikit orang di antara keluarganya.
Tentang tanggal wafatnya masih simpang siur. Sebagian peneliti menyebutkan bahwa Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada tanggal 25 Rajab 1397 H./20 Juni 1977 M.. Pernyataan ini masih perlu dipertanyakan, sebab tanggal 25 Rajab 1397 H. tidak bertepatan dengan tanggal 20 Juni 1977 M., melainkan tanggal 30 Juni. Sedang koran ad-Dustur menyebutkan bahwa Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada hari Kamis 19 Muharram 1398 H./29 Desember 1977 M.. Mungkin saja tangal ini bukan tanggal wafatnya beliau, melainkan tanggal dipublikasikannya pengumuman kematian di koran, sebab Hizbut Tahrir mengumumkan kematian beliau dalam bayan (penjelasan) bahwa Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada tangga 1 Muharram 1398 H. atau tanggal 11 Desember 1977 M.. Dan ini yang lebih dipercaya untuk dijadikan pegangan.
Ketika beliau wafat pada 25 rajab 1398 H atau pada 20 juni 1977, kepemimpinan hizbut tahrir dilanjutkan oleh Al-’Alim al-Kabir Syaikh Abdul Qadim Zallum rahimahullah.
kemudian Beliau mengundurkan diri dari kepemimpinan Hizb pada hari Senin tanggal 14 Muharram 1424 H – 17 Maret 2003 M. Lalu sekitar empat puluh hari setelah itu, Al-’Alim al-Kabir, amir Hizbut Tahrir, Syaikh Abdul Qadim Yusuf Zallum rahimahullâh wafat di Beirut pada malam Selasa tanggal 27 Shafar 1423 H – 29 April 2003 M. Beliau meninggalpada usia lebih dari delapan puluh tahun. Rumah duka diselenggarakan di Diwan (rumah induk) Abu Gharbiyah asy-Sya’rawi di al-Khalil. Saat itu Kota al-Khalil belum menyaksikan pemandangan serupa saat masyarakat dari berbagai kota dan desa mengirimkan utusan, para penyair, para pembicara dan orang-orang yang berlomba-lomba mengirimkan kalimat dalam bentuk syair dan prosa untuk ikut serta menyampaikan bela sungkawa. Dering telepon berbunyi susul-menyusul menyampaikan kepada semua yang hadir kalimat duka dan bergabung dalam bela sungkawa dari Sudan, Kuwait, berbagai penjuru Eropa, Indonesia, Amerika, Yordania, Mesir dan dari berbagai penjuru dunia lainnya.
Hal yang sama juga terjadi di rumah duka yang diselenggarakan di Amman dan tempat lainnya. Beliau rahimahullâh senantiasa menyampaikan dan berjalan di dalam kebenaran, tidak takut sedikitpun di jalan Allah terhadap celaan orang-orang yang suka mencela. Beliau terus beraktivitas tanpa kenal lelah dan tidak pernah bersikap lemah di jalan dakwah. Beliau dikenal tawaduk, berakhlak mulia, memiliki hubungan yang damai dan sejuk terhadap selain mahram. Beliau dikenal lemah lembut dan mulia. Beliau juga dikenal banyak melakukan qiyâm al-layl dan sering menangis saat sedang membaca ayat-ayat Allah Swt. Beliau dikenal dengan kesabaran dan kekuatan di jalan dakwah. Beliau hidup terasing dan dikejar-kejar oleh orang-orang zalim hingga Allah Swt. mewafatkan Beliau. Pahalanya hanya di sisi Allah. Semoga Allah merahmati Beliau dengan rahmatnya yang mahaluas
Pada tanggal 11 Shafar 1424 H atau 13 April 2003 M, ketua Diwan Mazhalim Hizbut Tahrir mengumumkan Syaikh ‘Atha Abu ar-Rasytah-Abu Yasin sebagai amir Hizbut Tahrir (seorang mujtahid, ahli ushul fiqih). Di antara hal yang tampak menonjol dalam diri amir Hizb sekarang adalah kewaraannya dan kuatnya beliau berpegang pada syariah; juga keteguhan dan keilmuannya.
Dalam perjalanan kurang lebih 60 tahun tersebut yakni sampai sekarang, Hizbut Tahrir sering dihadapkan dengan tantangan, kendala atau rintangan dalam berdakwah, dan itu tentu sebuah sunatullah dalam berdakwah, sebagaimana yang juga terjadi dimasa rasulullah saw.
namun selain rintangan, halangan, cobaan dalam berdakwah itu juga dari berupa tuduhan fitnah keji yang datang dari negara kafir barat, atau dari rezim sekuler bahkan dari kalangan sebagian kaum muslim sendiri.
rintangan, halangan dari negara kafir barat itu lebih dikarenakan karena ketakutan negara2 kafir tsb terhadap bangkitnya ideologi Islam yang dibawa oleh Hizbut Tahrir.
sedangkan berbagai rintangan, halangan serta fitnahan keji yang datang dari para penguasa rezim penguasa di beberapa negeri Islam itu tidaklain karena mereka adalah antek-antek barat sekaligus mereka tidak mau kekuasaannya hilang.
dan sedangkan rintangan, halangan serta fitnahan keji yang datang dari dalam tubuh kaum muslimin itu sendiri sebenarnya didasarkan pada dua hal :
1. kesalahpahaman akibat tidak utuhnya menerima informasi tentang apa itu Hizbut Tahrir, atau karena
2. kedengkian terhadap eksistensi Hizbut Tahrir.
lantas apa sikap yang harus diambil :
terhadap para negara kafir barat dan penguasa rezim harus tetap melakukan aktivitas shiro’ul fikr dan kifahus siyasi sehingga bisa melakukan dharbul ‘alaqah.
adapun terhadap kaum muslimin yang masih suka memfitnah hizbut tahrir sendiri perlu semakin mengintensifkan melakukan silaturrahim untuk menjalin silah ukhuwah, sehingga mereka semakin mengenal Hizbut Tahrir secara utuh, bukan hanya berdasarkan “katanya dan katanya”.
60 tahun sudah perjuangan menegakan khilafah, banyak yang bertanya kok khilafah belum tegak? ya..60 tahun bukanlah waktu yang sebentar, namun tidak elok kalau mempertanyakan kapan khilafah tegak, tapi tanyakan kepada diri sendiri, apakah ikut memperjuangkan khilafah atau hanya berdiam diri? atau malah menjadi bagian dari yang menghalangi ide khilafah itu sendiri. wallahu a’lam.
Quote:

Tak terasa sudah kurang lebih 60 tahun Hizbut Tahrir berkiprah di medan dakwah sejak kali pertama didirikan oleh al-Imam al-’Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah pada 1953, sekaligus beliau sebagai amir pertama hizbut tahrir. Beliau banyak melakukan perjalanan guna untuk mendakwahkan Khilafah Islam.Perjalanan terakhir beliau terjadi sebelum beliau wafat ketika beliau ditangkap di perbatasan Irak dengan Suria.
Beliau ditahan tidak lama setelah adanya kampanye besar-besaran penangkapan terhadap para anggota Hizbut Tahrir di Irak. Namun para penguasa tidak mengetahui bahwa beliau adalah Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani pemimpin Hizbut Tahrir. Beliau disiksa dengan siksaan yang keras hingga beliau tidak mampu lagi berdiri karena banyaknya siksaan. Bahkan beliau merupakan tahanan terakhir di antara tahanan Hizbut Tahrir yang mereka bantu untuk berdiri ketika dikembalikan ke penjara. Beliau terus-menerus mendapatkan siksaan hingga beliau mengalami kelumpuhan setengah badan (hemiplegia).
Penyiksaan yang dilakukan oleh intelijen yang menangkap beliau tidak berhasil mengorek keterangan dari beliau hatta nama beliau saja karena beliau juga tidak membawa dokumen satupun. Kata-kata yang beliau ucapkan untuk menjelaskan diri beliau setiap kali ditanya adalah “syeikh yabhatsu ‘an ‘ilâj (orang tua yang mencari solusi)”. Maka para anggota intelijen yang menangkap beliau akhirnya merasa iba dan mendeportasi beliau melalui perbatasan Suria dalam keadaan tangan beliau terkelupas dagingnya karena siksaan yang begitu kuat dan kejamnya siksaan yang dilakukan oleh para thaghut. Pendeportasian beliau melalui perbatasan Irak-Suria terjadi sebelum intilijen Yordania datang dan memberitahu bahwa orang yang mereka tangkap adalah Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani yang mereka cari, tetapi mereka datang setelah kesempatan itu hilang.
Kemudian beliau segera ke Lebanon. Di Lebanon beliau mengalami kelumpuhan pada otak. Tidak lama kemudian beliau dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan nama samaran. Dan di rumah sakit inilah Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullahu wa ta’ala wafat. Beliau dikebumikan di pekuburan asy-Syuhada di Hirsy Beirut di bawah pengawasan yang sangat ketat, dan dihadiri hanya sedikit orang di antara keluarganya.
Tentang tanggal wafatnya masih simpang siur. Sebagian peneliti menyebutkan bahwa Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada tanggal 25 Rajab 1397 H./20 Juni 1977 M.. Pernyataan ini masih perlu dipertanyakan, sebab tanggal 25 Rajab 1397 H. tidak bertepatan dengan tanggal 20 Juni 1977 M., melainkan tanggal 30 Juni. Sedang koran ad-Dustur menyebutkan bahwa Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada hari Kamis 19 Muharram 1398 H./29 Desember 1977 M.. Mungkin saja tangal ini bukan tanggal wafatnya beliau, melainkan tanggal dipublikasikannya pengumuman kematian di koran, sebab Hizbut Tahrir mengumumkan kematian beliau dalam bayan (penjelasan) bahwa Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada tangga 1 Muharram 1398 H. atau tanggal 11 Desember 1977 M.. Dan ini yang lebih dipercaya untuk dijadikan pegangan.
Ketika beliau wafat pada 25 rajab 1398 H atau pada 20 juni 1977, kepemimpinan hizbut tahrir dilanjutkan oleh Al-’Alim al-Kabir Syaikh Abdul Qadim Zallum rahimahullah.
kemudian Beliau mengundurkan diri dari kepemimpinan Hizb pada hari Senin tanggal 14 Muharram 1424 H – 17 Maret 2003 M. Lalu sekitar empat puluh hari setelah itu, Al-’Alim al-Kabir, amir Hizbut Tahrir, Syaikh Abdul Qadim Yusuf Zallum rahimahullâh wafat di Beirut pada malam Selasa tanggal 27 Shafar 1423 H – 29 April 2003 M. Beliau meninggalpada usia lebih dari delapan puluh tahun. Rumah duka diselenggarakan di Diwan (rumah induk) Abu Gharbiyah asy-Sya’rawi di al-Khalil. Saat itu Kota al-Khalil belum menyaksikan pemandangan serupa saat masyarakat dari berbagai kota dan desa mengirimkan utusan, para penyair, para pembicara dan orang-orang yang berlomba-lomba mengirimkan kalimat dalam bentuk syair dan prosa untuk ikut serta menyampaikan bela sungkawa. Dering telepon berbunyi susul-menyusul menyampaikan kepada semua yang hadir kalimat duka dan bergabung dalam bela sungkawa dari Sudan, Kuwait, berbagai penjuru Eropa, Indonesia, Amerika, Yordania, Mesir dan dari berbagai penjuru dunia lainnya.
Hal yang sama juga terjadi di rumah duka yang diselenggarakan di Amman dan tempat lainnya. Beliau rahimahullâh senantiasa menyampaikan dan berjalan di dalam kebenaran, tidak takut sedikitpun di jalan Allah terhadap celaan orang-orang yang suka mencela. Beliau terus beraktivitas tanpa kenal lelah dan tidak pernah bersikap lemah di jalan dakwah. Beliau dikenal tawaduk, berakhlak mulia, memiliki hubungan yang damai dan sejuk terhadap selain mahram. Beliau dikenal lemah lembut dan mulia. Beliau juga dikenal banyak melakukan qiyâm al-layl dan sering menangis saat sedang membaca ayat-ayat Allah Swt. Beliau dikenal dengan kesabaran dan kekuatan di jalan dakwah. Beliau hidup terasing dan dikejar-kejar oleh orang-orang zalim hingga Allah Swt. mewafatkan Beliau. Pahalanya hanya di sisi Allah. Semoga Allah merahmati Beliau dengan rahmatnya yang mahaluas
Pada tanggal 11 Shafar 1424 H atau 13 April 2003 M, ketua Diwan Mazhalim Hizbut Tahrir mengumumkan Syaikh ‘Atha Abu ar-Rasytah-Abu Yasin sebagai amir Hizbut Tahrir (seorang mujtahid, ahli ushul fiqih). Di antara hal yang tampak menonjol dalam diri amir Hizb sekarang adalah kewaraannya dan kuatnya beliau berpegang pada syariah; juga keteguhan dan keilmuannya.
Dalam perjalanan kurang lebih 60 tahun tersebut yakni sampai sekarang, Hizbut Tahrir sering dihadapkan dengan tantangan, kendala atau rintangan dalam berdakwah, dan itu tentu sebuah sunatullah dalam berdakwah, sebagaimana yang juga terjadi dimasa rasulullah saw.
namun selain rintangan, halangan, cobaan dalam berdakwah itu juga dari berupa tuduhan fitnah keji yang datang dari negara kafir barat, atau dari rezim sekuler bahkan dari kalangan sebagian kaum muslim sendiri.
rintangan, halangan dari negara kafir barat itu lebih dikarenakan karena ketakutan negara2 kafir tsb terhadap bangkitnya ideologi Islam yang dibawa oleh Hizbut Tahrir.
sedangkan berbagai rintangan, halangan serta fitnahan keji yang datang dari para penguasa rezim penguasa di beberapa negeri Islam itu tidaklain karena mereka adalah antek-antek barat sekaligus mereka tidak mau kekuasaannya hilang.
dan sedangkan rintangan, halangan serta fitnahan keji yang datang dari dalam tubuh kaum muslimin itu sendiri sebenarnya didasarkan pada dua hal :
1. kesalahpahaman akibat tidak utuhnya menerima informasi tentang apa itu Hizbut Tahrir, atau karena
2. kedengkian terhadap eksistensi Hizbut Tahrir.
lantas apa sikap yang harus diambil :
terhadap para negara kafir barat dan penguasa rezim harus tetap melakukan aktivitas shiro’ul fikr dan kifahus siyasi sehingga bisa melakukan dharbul ‘alaqah.
adapun terhadap kaum muslimin yang masih suka memfitnah hizbut tahrir sendiri perlu semakin mengintensifkan melakukan silaturrahim untuk menjalin silah ukhuwah, sehingga mereka semakin mengenal Hizbut Tahrir secara utuh, bukan hanya berdasarkan “katanya dan katanya”.
60 tahun sudah perjuangan menegakan khilafah, banyak yang bertanya kok khilafah belum tegak? ya..60 tahun bukanlah waktu yang sebentar, namun tidak elok kalau mempertanyakan kapan khilafah tegak, tapi tanyakan kepada diri sendiri, apakah ikut memperjuangkan khilafah atau hanya berdiam diri? atau malah menjadi bagian dari yang menghalangi ide khilafah itu sendiri. wallahu a’lam.
0
1.1K
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan