Kisah dramatis kehidupan sang pangeran.
Sosok manis itu terlahir pada 15 September 1984 di London dari rahim perempuan cantik, Putri Diana, dua tahun setelah sang kakak, Pangeran William terlahir.
Layaknya keluarga kerajaan, dianugerahi dua bayi berjenis kelamin laki-laki adalah sebuah anugerah. Sebab dalam kehidupan monarki, kehadiran anak laki-laki dipercaya sebagai sebuah keberuntungan. Selain dapat mewarisi tahta kerajaan, di tangan laki-laki, sebuah kerajaan digadang-gadang akan tumbuh berkembang.
Sebenarnya, hal tersebut sudah tidak lagi menjadi pegangan sebuah negeri yang masih menganut paham monarki. Buktinya, Elizabeth II masih kokoh memimpin kerajaan Inggris selama 60 tahun.
Kehadiran Pangeran Harry yang bernama asli Henry Charles Albert David itu, semakin melengkapi kebahagiaan pasangan Pangeran Charles (pewaris pertama kerajaan Inggris) dengan Putri Diana atau yang biasa disapa Lady Di.
Sejak menghirup udara dunia, Pangeran Harry sudah berada di lingkungan keluarga kerajaan yang penuh dengan protokoler rumit yang tentunya harus dipelajari anggota keluarga kerajaan, demi meneruskan tradisi. Semua dilakukan, tentu saja untuk mengukuhkan eksistensi keluarga kerajaan di mata masyarakat (rakyat) dan membedakan warga berdarah biru dengan masyarakat biasa.
Kontroversi kelahiran sang pangeran
Harry kecil tumbuh dalam dekapan kasih sayang sang bunda, Lady Di yang bergelar Princess of Wales. Di usia belia, Pangeran Harry sempat diperdebatkan perihal ayah biologisnya, apalagi Pangeran Harry banyak disebutkan tidak mirip dengan sang ayah, Pangeran Charles.
Saat itu sang bunda, disebut-sebut memiliki affair dengan lelaki bernama James Hewitt. Namun hal tersebut dibantah Hewitt dalam sebuah jumpa pers tahun 2002 yang menyatakan, perselingkuhannya dengan Putri Diana berlangsung setelah Pangeran Harry lahir. Putri Diana juga memberikan pernyataan mengejutkan, dengan membenarkan perselingkuhannya dengan Hewitt selama lima tahun.
Terlepas dari kontroversi yang mencuat saat Putri Diana sudah tidak ada lagi di dunia, keluarga kerajaan tetap menganggap Pangeran Harry sebagai bagian dari keluarga besar kerajaan.
Meski tumbuh dengan pandangan kaum kerajaan, namun Pangeran Harry bersama kakaknya, Pangeran William diajarkan untuk melihat dunia luar oleh Putri Diana. Setiap waktu secara berkala, Lady Di membawa dua anaknya melakukan aktivitas sosial, daripada banyak mengunjungi tempat-tempat wisata seperti yang banyak dilakukan anak-anak dari keluarga kerajaan. Lady Diana memang dikenal dunia sebagai salah satu aktivis kemanusiaan, terlepas dari kontroversi dan skandalnya dengan lelaki lain.
Dengan diajarkan melihat dunia nyata, Pangeran Harry dan William diharapkan dapat sensitif melihat penderitaan kaum papa dan masyarakat yang membutuhkan, tidak hanya di kawasan Inggris, melainkan dunia.
Sejak berusia belia, Pangeran Harry telah hidup dalam lingkungan ‘skandal' kedua orangtuanya. Dari kisah perselingkuhan, baik itu yang dilakukan sang ayah maupun ibunya, serta skandal keluarga kerajaan lainnya. Secara langsung ia telah diperlihatkan kenyataan hidup di dalam ‘negeri dongeng', tempat impian masyarakat dunia berada di dalamnya.
Masa transisi
Hidup dalam keluarga broken home dan dalam lingkungan keluarga kerajaan yang kerap membuat skandal tentu akan memengaruhi psikologis Pangeran Harry. Sebagai seorang ibu, Putri Diana tentu tidak menutup mata dengan kondisi anaknya tersebut.
Aktivitas Pangeran Harry yang kerap diajak sang bunda untuk melihat dunia luar dengan mengikuti kegiatan sosial, seakan ingin mengajarkan sang Pangeran tentang makna kehidupan sesungguhnya, bahwa kebahagiaan itu tidak selalu dapat diukur dari harta dan tahta. Lady Di juga mengajarkan jika keluarga kerajaan adalah manusia biasa yang tidak lepas dari permasalahan kehidupan.
Saat kecil, Pangeran Harry harus menelan pil pahit. Perselingkuhan sang ayah dengan Camelia terbongkar media ditambah dengan pengakuan perselingkuhan sang ibu dengan lelaki lain termasuk kisah cintanya dengan pengusaha berdarah timur tengah, Dodi Al-Fayed.
Sampai tragedi tewasnya sang bunda terjadi pada 31 Agustus 1997, Pangeran Harry dan tentu saja Pangeran William, masih teramat belia untuk menerima kenyataan tersebut. Dengan wajah sendu, ia mengantarkan jenazah sang bunda ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Tumbuh di masa transisi menjadi seorang remaja tanpa adanya sosok seorang ibu, membuat Pangeran Harry tidak memiliki pegangan sehingga Harry yang masih sangat belia rentan menjadi sosok ‘bengal' di kerajaan. Banyak yang membandingkan perilaku Pangeran Harry sangat bertentangan dengan sang kakak, Pangeran William yang lebih dewasa dan berwibawa. Maklum saja, sang kakak adalah putra mahkota yang dipersiapkan untuk menjadi raja Inggris, setelah ayahnya, Pangeran Charles kelak mangkat usai menggantikan Ratu Elizabeth II.
Harry sebenarnya tumbuh dengan pengenalan tradisi keluarga yang kuat, termasuk masalah pendidikan. Namun saat memasuki pendidikan lanjutan, Pangeran Harry menimba ilmu di Eton College, mengubah tradisi keluarga yang biasanya menyekolahkan anak-anak kerajaan di Gordonstoun. Di sekolah, tampak Pangeran Harry menonjol dalam pelajaran olahraga, Polo dan Rugby.
Berkarier di dinas militer
Pangeran Harry rupanya tertarik dengan dunia militer dan mendaftar sebagai kadet di Royal Military Academy Sandhurst pada tanggal 8 Mei 2005. Di awal kariernya ia mendapatkan nama petugas kadet Wales. Di Inggris, anggota keluarga kerajaan yang mengikuti dinas militer memang memiliki nama khusus sehingga dapat membedakan mereka dengan personel yang lain. Ia bergabung dengan pasukan Alamein.
Satu tahun mengenyam pendidikan militer, pada April 2006 ia resmi bergabung dengan angkatan darat Ingris sampai dua tahun kemudian, ia dipromosikan menjadi Letnan. Sebenarnya Pangeran Harry akan dikirim ke Iraq dan bertugas di garis depan. Namun lantaran masalah keamanan, Pangeran Harry urung bergabung dengan pasukan Inggris lainnya. Sebab para petinggi militer di Inggris khawatir, Pangeran Harry akan menjadi sasaran empuk para tentara pro Saddam apalagi saat itu kondisi di Iraq makin memanas. Pangeran Harry yang kecewa dengan keputusan itu hanya bisa menerimanya.
Pangeran Harry saat itu dikenal sebagai pribadi yang setia kawan, sehingga kekecewaannya tak bisa ditutupi. Ia bahkan pernah berujar, meski anggota keluarga kerajaan yang diistimewakan, ia tidak akan tinggal diam melihat tentara Inggris berjibaku di lini depan pertempuran, sementara dirinya hanya diam saja. Tapi lagi-lagi ‘keistimewannya' sebagai keluarga raja, mematahkan harapan untuk hidup ‘bebas'.
Pangeran Harry kemudian melanjutkan pelatihan kemiliterannya di Kanada bergabung dengan pasukan gabungan Inggris dan Kanada yang sudah berada di Kanada sebelumnya. Mereka bergabung untuk mempersiapkan diri menuju Aghanistan dan masuk ke dalam kontingen NATO dalam pasukan perdamaian. Agar tidak menjadi incaran perang, keterlibatan pangeran Harry di pasukan dirahasiakan.
Inilah untuk pertama kalinya, anggota kerajaan Inggris kembali ikut ke medan perang di timur tengah setelah 735 tahun, yang dilakukan Edward I. Ia juga merupakan anggota kerajaan yang turun langsung ke pertempuran setelah pamannya, Pangeran Andrew mengemudikan helikopter dalam perang Falkland. Atas pengabdiannya itu ia dianugerahi penghargaan.
Pangeran Harry kemudian mengikuti pendidikan mengemudikan helikopter, sesuai minat dan bakatnya. Ia lulus tes awal dan berhak mengikuti pendidikan tersebut selama satu bulan. Kemudian dilanjutkan ke pelatihan penerbangan di awal tahun 2009. Ia lulus dan resmi menyandang predikat pilot Apache (helikopter tempur). Sang kakak, Pangeran William juga akhirnya mengikuti langkah Pangeran Harry untuk menimba ilmu sebagai pilot helikopter. Ia kemudian naik pangkat menjadi Kapten.
Pangeran Harry kemudian melanjutkan pendidikan pilotnya di Amerika dan kembali ke Inggris, November 2011. Di Inggris sang pangeran kembali memperdalam kemampuannya menjadi pilot Apache.
Pangeran Harry memang sudah melanglangbuana ke berbagai negara di Dunia. Namun di Amerika, ia tinggal lebih lama setelah tentu saja di tanah kelahirannya, Inggris.
Di Amerika, sang pangeran menghabiskan waktunya mengikuti pendidikan militer. Di negeri Paman Sam itu pula, Pangeran Harry banyak bersosialisasi dan menemukan teman-temannya. Karena itu tidak mengherankan Pangeran Harry memilih untuk menghabiskan liburannya di Amerika, setiap ada kesempatan.
Tugas sebagai keluarga kerajaan
Meski hanya sebagai Pangeran kedua, setelah sang kakak Pangeran William, Pangeran Harry tetap dibebankan tugas kerajaan membantu sang ayah Pangeran Charles, ayahnya yang dipastikan memegang tumpuk kekuasaan sebagai raja Inggris setelah Ratu Elizabeth II.
Di usianya yang baru menginjak 21 tahun, Pangeran Harry sudah diangkat sebagai salah satu wakil kerajaan untuk melakukan beberapa tugas yang diberikan Ratu Inggris, seperti menghadiri pertemuan negara-negara persemakmuran di Malta dan aktivitas resmi kerajaan lainnya.
Bersama sang kakak, ia juga mendirikan sebuah yayasan yang bergerak di bidang sosial. Ia juga giat mengumpulkan dana dari beragam aktivitas sosial untuk membantu para penderita AIDS dan masyarakat yang membutuhkan lainnya. Di sisi ini, sangat terasa pendidikan dasar tentang kemanusiaan yang ditanamkan mendiang ibunya, Lady Diana.